Chereads / Forever in Here / Chapter 13 - 13. Ingin Kembali

Chapter 13 - 13. Ingin Kembali

Alona sedang mencari-cari tempat pensilnya. Saat bunyi bel istirahat, Alona ingin memasukkan tempat pensilnya ke kolong meja, tetapi saat Alona cari malah tidak ada.

"Revha, kamu liat tempat pensil aku?" tanya Alona sembari mencari.

"Nggak, tuh. Mungkin lu taruh ditempat lain kali?"

"Nggak. Aku beneran yakin tadi ada di sini." Revha langsung berpikir di mana tempat pensil itu.

"Nih, tempat pensil dikira lagi maen petak umpet kali," ucap Revha.

"Alona, lu nyari tempen alias tempat pensil, ya?" tanya Cecilia.

Alona mengangguk. "Tadi gue liat si Farel yang ngambil."

Mendengar itu, seketika amarah Revha langsung meledak. Bahkan, Pak Haris yang masih berada di sana untuk menata bukunya langsung merinding.

Revha langsung keluar dengan amarah yang membara. "Eh, Revha! Tunggu!" Alona menahan Revha.

"Nggak bisa! Tu anak harus gue ulek dulu!" Revha langsung jalan cepat meninggalkan Alona. Alona langsung mengejar Revha.

Saat Alona mengejar, ia menabrak seorang wanita dan membuat wanita itu jatuh.

"Sialan! Siapa, sih?!" Wanita itu langsung mengutuk.

"Ditha, lu nggak apa-apa?" tanya Febi, temannya.

"Lu nggak liat emang? Gue jatuh!" Febi langsung membantu Ditha untuk berdiri.

Setelah berdiri, Ditha langsung menatap tajam Alona. "Heh! Lu punya mata nggak?! Atau lu buta?!" bentak Ditha.

"Ma-maaf."

"Maaf, maaf. Lu kira bisa selesai dengan minta maaf?! Hah! Ya, nggak!" Ditha menunjuk-nunjuk Alona.

"Udah, Tha, biarin aja. Toh, ni orang nggak sengaja," ucap Febi menenangi Ditha.

"Oke. Kali ini gue maafin, tapi nggak untuk nanti-nanti. Sampah!" Ditha langsung mengentak pergi.

Alona kembali mengejar Revha. Ia berharap Revha belum bertemu dengan Farel.

Disisi lain, Revha sedang mencari Farel. Revha sudah kesal dengan Farel. Tanpa dicari anaknya nongol. Farel sedang jajan dengan Gio. Revha langsung menghampiri Farel.

"Gio. Kok, gue gerah, ya." Farel mengipas-ngipas menggunakan tangannya.

"Gue juga, Bro." Gio setuju dengan Farel.

"Kalo gitu, pas hitungan ketiga, kita lari, yo. 1 ... 2 ... 3 lari." Sayangnya saat mereka ingin lari, Revha sudah menangkap kerah mereka.

"Mau kemana?" tanya Revha dengan senyum horornya.

"Ah, itu, k-kita, mau ke sana." Farel menunjuk arah lapangan.

"Gue tau lu boong!" Revha masih memasang senyum horor.

"Gue nggak tau apa-apa, Vha." Gio mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

"Nggak! Lu temannya!" ketus Revha.

"Gue bukan temannya. Gue figuran doang." Farel langsung menatap kesal Gio yang tidak setia kawan.

Revha langsung menarik telinga mereka berdua.

"Eh, sakit! Sakit, Vha! Ampun!" rintih Farel.

"Vha! Ya ampun! Sakit, Vha!" rintih Gio.

"Mana tempat pensil Alona?" tanya Revha dengan penekanan.

"Di kelas. Gue umpetin di kelas. Btw, lepas jewerannya, dong. Sakit!" Revha tidak peduli dengan rintihan mereka, ia langsung menarik Gio dan Farel ke kelas.

Alona yang melihat Revha sedang menarik telinga Gio dan Farel, langsung menghampiri.

"Revha! Udah lepas aja, Vha!" pinta Alona.

"Nggak ada! Ni orang belum gue blender trus ulek trus buang ke laut." Revha masih menarik telinga mereka.

"Ngapain diblender, tinggal dibuang langsung aja, beres," ucap Gio. Revha langsung menguatkan tarikan telinganya pada Gio.

Revha jalan ke kelas tetap dengan tangan yang menarik telinga Farel dan Gio. Alona sudah berusaha untuk menghentikan Revha, tapi Revha tidak mau.

Jeffry, Luki, dan Kevin tepat berada di depan Farel dan Gio. Jeffry yang berada paling belakang merasa risih dengan Gio dan Farel yang berisik seperti toa. Jeffry pun melihat ke belakang untuk meluncurkan kata-kata tajamnya. Saat Jeffry melihat ke arah belakang, ia merasa tidak asing dengan wajah Gio.

"Ini, kan, cowo yang ngerangkul Alona," ucap Jeffry dalam hati. Jeffry mengingat wajah Gio.

Baru saja Jeffry ingin mengutuk mereka, tapi mereka malah ingin lari. Tetapi rencana mereka gagal karena Revha menangkap mereka. Jeffry tidak peduli dengan urusan mereka, jadi ia kembali menghadap ke depan.

Luki dan Kevin yang sadar ada keributan langsung melihat ke belakang, tepatnya belakang Jeffry. Luki terkejut melihat Revha yang sedang meledak-ledak. Revha tidak sadar dengan kehadiran Luki karena ia sedang fokus memarahi Farel dan Gio.

Luki langsung menyunggingkan senyum. Jeffry yang sadar dengan senyuman Luki, langsung memutarkan badan Luki untuk hadap ke depan.

"Itu cewe yang lu kejar, kan?" tanya Kevin dengan suara pelan.

Luki mengangguk. "Serem juga."

Luki langsung menoyor kepala Kevin. "Enak aja, lu."

"Dasar bucin," ledek Kevin.

Revha langsung menarik Farel dan Gio. Alona yang entah datang darimana langsung menghentikan Revha.

Jeffry merasa tidak asing dengan suaranya jadi ia melihat ke belakang dan memang benar orang itu adalah Alona.

"Itu cewe yang nabrak Jeffry, kan?" tanya Luki pelan agar tidak didengar Jeffry.

"Yoi." Kevin menautkan ibu jarinya. "Bisa banget, ya. Cewe yang lu kejar ama yang nabrak Jeffry temenan."

"Gue dengar." Jeffry sedikit jengkel dengan Kevin dan Luki.

"Buset! Kupingnya nyaring," ucap Luki pelan.

"Diem lu!" Jeffry kembali menatap Luki dan Luki langsung menutup rapat mulutnya.

Dalam hati Luki, ia sangat senang melihat Revha. Walaupun ia diabaikan Revha, tapi Luki tetap senang.

Jeffry, Luki, dan Kevin mencari tempat duduk. Memang tempat duduk sudah penuh, tetapi dengan ketampanan mereka bertiga, siswi manapun pasti akan luluh dan memberikan tempat duduk mereka.

"Permisi, boleh gue duduk sini?" tanya Luki. Senyuman yang manis dan tampan itu membuat siswi itu mengangguk. Akhirnya mereka pergi dari situ.

"Pantes diputusin dia lu," ledek Kevin.

"Kok, lu tau," heran Luki.

"Elah! Kemaren pas kita dateng bawa alat lukis lu yang ketinggalan, lu langsung curhat dengan wajah sedih dan SOK tersiksa." Kevin menekan kata 'sok'.

"Oh iya, lupa." Kevin benar-benar ingin menenggelamkan Luki ke dasar laut. "For your information! Itu jurus gue pake kalo lagi mendesak kek gini aja, ya."

"Jeffry." Luki dan Kevin langsung menatap malas wanita yang datang memeluk Jeffry.

"Apa, sih?! Lepas!" Jeffry risih dengan wanita itu.

"Ya ampun, kok, kamu gitu," sedih wanita itu.

"Ditha," panggil Febi, temannya.

Luki yang melihat kedatangan Febi langsung kesal. Febi sadar dengan raut kesal Luki, tetapi ia malah menyeringai melihatnya. Luki semakin kesal melihat seringaian Febi.

"Ngapain di sini?" tanya Kevin kesal.

"Emang kenapa? Nggak boleh?" tanya Ditha balik.

"Bukan nggak boleh, tapi kitanya nggak mau," ujar Kevin.

"Ditha, pergi, kek!" usir Jeffry.

"Ish! Kamu kenapa, sih?! Aku maunya di sini, kok." Ditha sedikit kesal saat Jeffry mengusirnya.

"Tapi gue nggak mau!" Ucapan Jeffry benar-benar menusuk Ditha.

"Udahlah, Tha. Kita pergi aja." Febi menarik Ditha pergi, tetapi sebelum pergi, Febi menatap Luki dengan senyumannya. Luki tau arti sebenarnya dari senyuman Febi.

Kevin menatap Luki dan Febi. Saat Kevin dan Jeffry ingin mengembalikan alat lukis Luki ke rumahnya, Luki menceritakan masalah ia dengan Revha. Semua masalah Luki yang berkaitan dengan Revha ia ceritakan.

"Gue bingung." Luki memejamkan matanya.

"Lu napa?" tanya Kevin.

"Cewe yang gue kejar," ucap Luki.

"Siapa?" Jeffry bingung dengan ucapan Luki.

"Waktu lu ditabrak cewe barbar berkedok kalem, si Luki ngejar cewe gitu," jelas Kevin.

"Dia mantan gue." Kevin dan Jeffry hanya memasang wajah datar, karena ia sudah tau kalau Luki adalah playboy.

"Terus?" Jeffry tidak mengerti maksud Luki.

"Gue putus sama dia karena gue selingkuh."

"Ooonghey." Luki menatap Kevin. "Oh, lu lagi serius, toh, maaf." Luki kembali memejamkan matanya.

"Gue mau kembali kayak dulu. Tapi Revha udah terlanjur kecewa...," lirih Luki. "Gue berharap ... gue nggak ketemu wanita itu. Febi."