Chereads / Forever in Here / Chapter 14 - 14. Dompet

Chapter 14 - 14. Dompet

Jam pulang sekolah pun berbunyi. Seluruh siswa HWS keluar dari kelas. Ada yang pulang, ada yang nongkrong di kantin, ada yang jalan dengan teman dulu, dan ada yang lain-lain.

Jeffry, Luki dan Kevin keluar dari kelas dan jalan menuju parkiran.

Kring!

Suara panggilan terdengar dari ponsel Kevin. Ia pun mengangkatnya.

"Halo, Kak." Panggilan itu berasal dari kakaknya, Nina.

"Dek, jemput, Kakak, dong. Kakak nggak bawa mobil."

"Iya, iya. Dah, Kevin matiin." Kevin menutup panggilan itu.

"Lu disuruh ngapain? Nyulik orang?" tanya Luki penasaran.

"Lu kira kakak gue sekejam itu."

"Yah, tapi emang bener, kan, kakak lu kejam."

"Lebih tepatnya cuma ama lu." Luki menatap malas Kevin. "Jeff. Lu pulang, kan?" tanya Kevin.

"Nggak. Gue nginep," ucap Jeffry dengan wajah datar. Jeffry pergi meninggalkan Luki dan Kevin.

"Vin, gue nebeng, ya?" Kevin sudah tau kalau Luki ingin minta nebeng. Karena mobil Luki mogok.

"Cih! Dah, tau gue. Tapi gue jemput kakak gue dulu, entar gue kena semprot kalo nganter lu dulu." Tanpa basa-basi, Luki langsung setuju. Ia juga tidak mau kena imbas dari omelan Nina.

Mereka berdua pun langsung pergi menuju sekolah Nina, RoSc a.k.a Rover School.

Disisi lain, Jeffry masih setia di dalam mobil tanpa menjalankannya. Pertanyaan Alona masih tetap tanpa beranjak pergi dalam pikirannya. Jeffry tidak tau bahwa Alona adalah anak yang tinggal di panti karena ditinggal oleh orang tua. Pikiran Jeffry langsung buyar ketika melihat Alona yang jalan keluar. Jeffry langsung menjalankan mobilnya.

Alona dan Revha jalan keluar bersama. Di samping mereka ada Gio dan Farel yang sedang mengganggu Revha. Karena tidak mau membuat Alona ngambek, jadi Revha tetap sabar.

"Neng Revha, kok, diam aja. Nggak mau Abang temenin?" Farel menaik-turunkan alisnya.

"Jurus kesabaran gue masih terjaga," ucap Revha.

"Yakin? Kalo yakin, ya udah, kita isengin Alona aja." Gio baru saja ingin menjahili Alona, tetapi Revha langsung menatapnya tajam.

"Natap nggak apa-apa, kan?" tanya Revha. Alona mengangguk. Setidaknya tatapan tidak akan menimbulkan keributan.

"Horor lu," ledek Farel.

"Biarin! Daripada lu bedua, bodoh!" balas Revha.

"Walaupun bodoh, lu suka, kan?" Farel menaik-turunkan alisnya lagi.

"Lu belum bangun atau gimana?" cibir Revha.

"Hahaha! Nusuk, Bro!" ledek Gio pada Farel.

"Anda menjatuhkan harga diri saya sebagai lelaki tertampan hiks!...." Farel membuat wajahnya sesedih dan sesakit mungkin.

"Alay lu! Jijik gue! Udah sana! Pulang! Jangan deket-deket gue ama Alona! Entar alay-nya nular!" Revha mendorong Farel agar menjauh.

Gio dan Farel pun langsung beranjak pergi untuk pulang. Lebih tepatnya mereka ingin pergi nongkrong dulu baru pulang.

"Ayo! Kita juga pulang!" Revha menarik Alona.

"Alona!" Revha yang mendengar ada seseorang yang memanggil Alona, langsung mendengus kesal.

"Tadi si bego dan si bodoh. Sekarang si kakak zone." Revha kesal karena sejak tadi ada saja yang menggangu mereka untuk pulang.

"Iya, Kak Robin," jawab Alona.

"Lu manggil gue kakak zone?" tanya Robin pada Revha

"Iya," jawab Revha.

"Alasan tu julukan terbentuk?" tanya Robin lagi.

"Yah, kan, lu cinta berte—"

Robin langsung menutup mulut Revha. "Cinta bertemu anak-anak, kan?" Robin menatap Revha dengan senyuman yang seakan memaksa Revha untuk setuju.

"Hmm, iya bener." Revha tidak ingin membuang-buang waktu, jadi ia setuju saja.

"Kakak, sayang sama anak-anak, ya?" Robin mengangguk untuk membalas ucapan Alona.

"Polos amat lu, Alona," batin Revha. "Oh iya, lu tadi manggil Alona, mau ngapain?" tanya Revha yang teringat dengan panggilan Robin yang membuatnya kesal.

"Gue mau nganter pulang, tapi, kayaknya lu udah duluan," ujar Robin.

"Iya, anda benar. Jadi, get lost sekarang!" Revha lanjut menarik Alona agar pulang bersama.

Robin menatap sedih kepergian Alona. Baru saja ia ingin mengantar Alona, tapi sudah keduluan sama Revha. Vano dan Bima yang baru keluar langsung menepuk pundak Robin.

"Yang tabah, ya, Bin," ucap Vano.

"Tenang, Bro. Hari esok pun masih bisa. Tidak ada yang namanya telat," timpal Bima.

"Berisik lu!" ketus Robin.

Vano dan Bima saling pandang. Seakan bisa membaca pikiran, mereka langsung mengangguk dan pergi meninggalkan Robin.

Robin tersadar kalau Vano dan Bima tidak ada. Ia melihat sekelilingnya, Vano dan Bima sudah pergi.

"Anjink! Ni anak kabur, nyet! Tadi katanya mau kerkom!" gerutu Robin sambil mengejar Vano dan Bima.

***

Kevin sudah sampai di Rover School. Dari tadi Kevin hanya menunggu Nina di dalam Mobil. Tapi karena kakaknya tidak muncul-muncul, jadi ia turun dan pergi mencari kakaknya.  Sama di HWS, sama juga di RoSc. Kevin menjadi pusat perhatian RoSc karena ketampanannya.

"Cih! Padahal gue cuma mau jemput Kakak, tapi malah jadi pusat perhatian," batin Kevin sedikit kesal.

Kevin mencari-cari di mana kakaknya berada. Saat sedang jalan, tidak sengaja Kevin menabrak seorang siswi RoSc.

"Aduh!" Kevin yang tersadar menabrak seseorang, langsung membantunya berdiri.

"Maaf." Siswi itu langsung melihat ke Kevin.

"Loh, Kevin," ucap siswi itu.

"Eh, Kak Eylia." Kevin tersenyum melihat Eylia.

"Kamu kenapa ke sini?" tanya Eylia sembari membersihkan bajunya yang kotor karena jatuh.

"Mau jemput Kak Nina."

Eylia langsung mengerutkan keningnya. "Jemput?" Kevin mengangguk. "Bukannya Nina mau kerkom sama gue?"

Kevin langsung membulatkan matanya. "Wah! Ni orang ngerjain gue, sat!" gerutu Kevin dalam hati. "Oh, gitu." Kevin tetap menampilkan senyumannya, walaupun sedikit jengkel dengan kakaknya, tapi ia harus jaga image.

"Tadi, sih, Nina udah duluan sama Seira," ucap Eylia.

"Terus, kenapa Kakak nggak ikut?" tanya Kevin.

"Tadi piket sebentar, biar nggak kelamaan nunggu, jadi gue suruh duluan." Kevin ber-oh ria.

"Mau aku antar?" tawar Kevin.

"Nggak usah. Gue bawa mobil sendiri."

"Oh, oke." Kevin tetap tersenyum, walaupun dalam hati ia sedikit kecewa.

"Gue duluan, ya, bye." Eylia pergi meninggalkan Kevin.

"Tenang Kevin. Masih ada hari esok." Kevin menyemangati dirinya.

Kevin kembali beranjak pergi kembali ke mobil. Tapi, saat ingin melangkah, Kevin menginjak sesuatu.

"Dompet," gumam Kevin.

Kevin mengambil dompet itu. "Punya siapa, dah?" Kevin membuka dompet itu dan terlihat foto dan nama Eylia. Kevin langsung tersenyum kembali. Rasa kecewa Kevin tergantikan dengan dompet Eylia yang terjatuh. Tanda mereka akan bertemu lagi.

Kevin menaruh dompet Eylia di saku celananya, lalu pergi ke parkiran di mana mobilnya berada. 

Kevin masuk ke dalam mobil. Terlihat Luki yang sedang memainkan ponselnya dengan muka galaunya.

"Napa lu?" tanya Kevin.

"Gue lagi mikir gimana biar Revha nggak marah sama gue," jawab Luki.

"Oh, lagi ngebucin, toh," ledek Kevin.

"Ye, lu jomblo," balas Luki.

"Setidaknya gue udah punya gebetan." Luki yang sedari tadi memainkan ponselnya, langsung menatap Kevin.

"Temen kakak lu yang lu ceritain?" tanya Luki memastikan.

"Yoi."

"Dan sayangnya kakak lu ga merestuinya," tambah Luki.

Jleb!

Ucapan Luki benar-benar menusuk Kevin. "Ohok! Nggak perlu diperjelas wahai Luki Warles." Kevin tersenyum kesal.

"Biar lu sedikit sadar dengan kenyataan," cibir Luki.

"Lu ngomong gitu lagi, gue turunin!" Luki langsung diam.

Kevin langsung menjalankan mobilnya. Luki sedang galau memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa meyakinkan Revha. Berbeda lagi dengan Kevin yang sedang senang. Bisa ketemu dompet Eylia benar-benar membuat Kevin senang. Bahkan, sedari tadi ia terus tersenyum. Luki yang melihatnya, langsung menatap Kevin aneh. Bertemu dengan dompet, pasti juga akan bertemu dengan pemiliknya. Kevin sudah bertekad untuk mendekati Eylia. Tentu bukan memberi harapan palsu, tapi harapan yang tulus ingin membangun hubungan.