Chereads / SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard / Chapter 104 - KITA BELUM JADIAN !

Chapter 104 - KITA BELUM JADIAN !

Rachel membawa Jason ke sebuah taman yang tak jauh dari gedung tersebut dan membiarkan Leon menjadi urusan Rafa cs. Mereka duduk disalah satu bangku taman yang memang keadaannya begitu sepi. Mungkin yang ada hanya mereka berdua saja.

"Elo kenapa bisa bonyok begini sih?" tanya Rachel sembari mengobati luka lebam diwajah Jason.

"A-awh!" ringis Jason sedikit kesakitan karena lukanya yang sengaja ditekan oleh Rachel. "Pelan-pelan dong, parsel!" ucapnya kesal.

"Ya, gue gak habis pikir aja. Elo kan jago beladiri, kenapa bisa sampai kek gini? Sebenarnya elo berantem sama siapa?" Rachel pun terus mengoceh dan mengomel.

"Gue gak berantem!" sangkal Jason santai.

"Nih orang kagak waras kali ya?" umpat Rachel. "Kalau gak berantem gak mungkin elo bonyok gini, Es batu! Leon itu gak bisa bela diri."

"Ya itu karena gue gak melawan aja."

"WHAT!? Elo gila ya? Kenapa elo gak melawan? Kalau sampai lebih dari ini gimana? Kalau sampai elo kenapa-kenapa bagaimana, JASON?" Jason pun hanya tersenyum mendengar ocehan Rachel.

"Ciee... Ada yang lagi khawatir nih!" cibir Rafi tiba-tiba datang mengejek Rachel.

"Si-si-siapa yang khawatir?" sangkalnya. "Gu-gue cuma mikir kalau Leon berbuat nekat itu pasti bahaya." Rachel pun mencari alasan lain. "Elo tahu sendiri kan, Leon itu orangnya emosional."

"Iya,iya! Gue tahu. Tapi kalau elo khawatir sama Jason juga gak papa kali." ejeknya lagi. "Kalian kan pacaran?"

"NO!" kata Rachel langsung membantah. "KITA GAK PACARAN!" ucap Rachel dan Jason kompak.

"Loh, bukannya kalian udah jadian?"

"KITA BELUM JADIAN, RAFI!" ungkapnya serempak sambil menatap tajam Rafi.

"Hah! Kompak amat sih." ujar Rafi lagi. "Kalau belum, berarti...."

"Bacot elo!"

***

Usai makan malam, Rachel segera menjalani hukuman yang diberikan oleh Rere. Mulai dari membereskan meja makan, sampai mencuci piring. Padahal mood nya sedang tidak baik-baik saja. Namun Rachel tetap melakukannya.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Rachel tengah baringan di kasur kesayangannya sembari menatap layar laptopnya. Ia sedang menyelesaikan gambar untuk produk baru Lolly Cloth yang akan launching pada bulan Oktober mendatang.

"Hufh! Lelahnya diri ini." ucap Rachel menghela nafas lega. "Selesai juga kerjaan gue." Lalu menggeliat meregangkan otot-ototnya yang pegal.

Sesaat Rachel membuka internet diponselnya. Ia melihat satu berita yang muncul dibilah notifikasi tentang perusahaan Winata Family yang ada di Bekasi dinyatakan kalah tender dengan perusahaan baru milik Pt.Tanggang Berjaya.

Mata Rachel membelalak tak percaya jika perusahaan milik keluarganya kalah begitu saja dan mengalami kerugian begitu besar sampai miliyaran rupiah.

"Ada yang gak beres nih." gumam Rachel. "Harus telpon om Undul malam ini juga." Rachel melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya. Kemudian tanpa berpikir panjang, ia langsung membuat satu panggilan.

📞"Halo om! Gimana tugasnya?" tanyanya to the point saat panggilan sudah terhubung.

📞"Siap non! Ini baru selesai saya print."

📞"Oke! Besok pagi, berkas itu om Undul kasih saja sama pak Anton."

📞"Laksanakan, non!"

📞"Terima kasih, om Undul."

***

Esok paginya, pukul 4 subuh Rachel sudah terbangun karena harus menjalankan hukumannya kembali untuk membereskan semua ruangan dilantai 3. Seperti halnya menyapu dan mengepel.

Karena Rachel sedang tidak shalat, ia sedikit lebih santai untuk mengerjakan semuanya. Meskipun sendirian. Rachel anggap hukumannya seperti olahraga pagi.

Beberapa menit setelah adzan subuh berkumandang, Rachel melihat Bram dan Rere sudah rapi. Ia tahu, bahwa eyang dan omanya akan pergi meninjau perusahaan yang ada dikota Bekasi.

Berita terkait perusahaannya yang kalah sudah menyebar luas diseluruh media. Ditambah dengan munculnya gosip baru jika sebagian karyawan diperusahaan itu tidak diberi upah sudah hampir 3 bulan.

Rachel berpikir dengan sangat keras dan ia yakin kalau semua berita itu tidak benar. Pasti ada seseorang yang telah memanipulasi semuanya dan berbuat curang.

Pukul 6 pagi, Rachel pamit berangkat duluan ke sekolah usai menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga yang lainnya.

"Elo berangkat sama siapa?" tanya Rafi.

"Kang ojeg." jawab Rachel seraya memasukkan roti kedalam mulutnya.

"Halah, bilang aja elo berangkat sama si Jason." ucap Rafi asal nebak.

"Kalian jadian?" tanya Rio penasaran.

"Ish! GUE BE-LUM JA-DIAN!" tekan Rachel menegaskan. "Jangan sok tahu deh!" tambahnya kesal dengan bibir sedikit maju ke depan.

"Oohhh... Anak mamih sudah mulai pacaran?" kata Cellyn ikutan mengejek anaknya.

"Ah mamiiihhhh...!!! Rachel gak pacaran, ish!" bantahnya lagi meyakinkan Cellyn. Seluruh anggota keluarga pun tertawa melihat tingkah Rachel. "Sudahlah, Rachel pamit." ucapnya. "Gue tunggu kalian ditempat biasa." sambungnya dan berlalu pergi.

***

"Ini berkas milik Melani." tunjuk Rachel pada Rio seraya menyodorkan map berwarna merah. "Dan ini berkas atas nama Darwin Sitanggang." lanjutnya dengan menunjukkan map berwarna hijau tua. Rachel dan yang lainnya kini sedang berada dirooftop sekolah.

Mendengar kata Sitanggang, Rafi sedikit merasa tak asing dengan nama marga itu. "Tunggu deh!" ujarnya. "Bukannya, Sitanggang itu nama marga si Melani?"

Ucapan Rafi membuat Rio bergegas membuka map merah dan segera melihat berkas yang ada didalamnya.

"Dia memang pemilik marga itu." ungkap Rafa. "Tapi bokapnya bernama Daren Sitanggang. Dan nyokapnya Melati Indah Sitanggang. Mereka hanya memiliki nama marga yang sama." jelasnya.

"Apa elo pernah bertemu dengan bokapnya?" tanya Rafi penasaran.

"Sekali saja." jawabnya.

Saking penasarannya, Rio pun segera menunjukkan berkas milik Darwin Sitanggang dimana terdapat foto di dalamnya. "Inikah orang yang bertemu sama elo?"

Rafa menatap lekat-lekat foto yang ditunjukkan oleh Rio. Laki-laki setengah paruh baya memakai jas berwarna abu muda ditambah dasi navy polos dikerah kemejanya juga rambutnya yang sedikit beruban. Wajahnya bulat hitam dan berkacamata. Itulah yang Rafa lihat difoto yang berukuran hanya 4x6.

Sedangkan orang yang Rafa temui tidak memakai kacamata. Selebihnya, Rafa berpikir memang ada kemiripan diantara foto dengan orang yang mengaku orang tuanya Melani. "Sedikit mirip." katanya singkat.

"Coba elo baca bagian keluarganya!" titah Rio. Seketika mata Rafa membulat seperti bola pingpong.

***

Kelaspun dimulai. Jam pertama diisi oleh guru Matematika. Semua murid tiba-tiba fokus mengerjakan soal latihan dan membuat suasana kelas menjadi hening.

Lagi-lagi Jason dan Rachel berhasil menjadi orang pertama yang selesai mengerjakan soal latihan seperti itu.

"Barengan terus?" gumam Shandy heran.

"Nyontek kali!" tuduh Melani.

"Ha..ha..ha... Lucu banget sih elo jadi orang." cibir Nadin. "Kerjain yang benar. Jangan sampai kalah sama si cupu." ejeknya sambil mengumpulkan buku latihannya ke depan setelah Rafa cs dan Laura.

Melani pun merasa kesal dengan ejekan Nadin yang membandingkannya dengan Benny si cupu dikelasnya.

"Sudah, sudah! Jangan pada berisik." kata bu Endang menenangkan.

Selang beberapa menit, seluruh murid pun telah mengumpulkan tugasnya. Kini giliran guru menilai hasil latihan para muridnya.

"Bukannya kelas ini kelas elit ya?" kata Melani mulai mencari masalah kembali. "Harusnya gak ada yang miskin dong."

"Heh cocomelon! Maksud elo apa?" tanya Nadin tak paham.

"Masa seorang Queen disekolah ini orang miskin yang beruntung dapat beasiswa?" pernyataan Melani membuat murid dikelas tertawa terbahak-bahak. Mereka tahu siapa yang dimaksud oleh Melani.

"Baru sekolah disini 4 bulan aja sudah berani kek gitu. Disentil macan baru tahu rasa elo." tukas Ripan.

"Memangnya elo tahu, siapa disini yang jadi murid beasiswa?" tanya Hesti pada Melani.

"Ya siapa lagi kalau bukan Rachel." jawabnya sok tahu. "Kesekolah aja nebeng sama pacar orang. Hah gak malu tuh?"

"Melani! Jaga ucapan kamu!" bentak bu Endang yang mendengar perkataan Melani. "Kamu jangan asal bicara! Saya disini sebagai guru pun tidak tahu, siapa saja yang menjadi murid beasiswa disekolah ini."

Sesaat kelaspun hening kembali setelah guru matematika itu angkat bicara. "Lebih baik kamu perbaiki nilai matematika kamu." lanjutnya seraya menyerahkan buku latihan milik Melani. Lalu pamit karena jam pertama sudah habis.

"Percuma kaya, tapi tablo!" cibir Nadin lagi. "Tampang blo-ooonnnnn!" jelasnya dengan nada mengejek.

★★★★★