**Pukul 16.00 WIB , dirumah**
Sampailah mereka didepan rumah megah itu . Pintu gerbangpun telah terbuka lebar. Mau tak mau mereka harus masuk . Saat memasuki halaman rumahpun , mereka merasa seakan akan seperti sedang masuk kerumah hantu yang ada ditaman hiburan malam . Seperti akan uji nyali .
Rafa yang sebagai abang plus cucu tertua , memang punya tanggung jawab yang besar untuk menjaga dan melindungi saudara saudaranya . Apalagi Rachel , saudara perempuan satu satunya . Ia mungkin orang pertama yang akan diamuk nenek lampir alias Omanya karena telah lalai dalam hal ini .
Rafa telah pasrah dengan apa yang sedang terjadi. Apapun konsekuensinya , ia akan terima . Ia sudah menguatkan mentalnya untuk menghadapi amarah keluarganya .
Tibalah mereka digarasi mobil . Rafa sengaja menurunkan mereka digarasi , supaya bisa masuk kedalam rumah lewat belakang .
"Bang , elo duluan deh yang jalan." celetuk Rafi . "Biar gue tuntun Rachel masuk ke dalam ." timpahnya .
"Gue yang bareng Rachel , karna gue yang lebih tanggung jawab atas perbuatan kalian semua ." ketus Rafa .
"Tapi bang , elo gak papakan ?" tanya Rafi .
"Gak usah pikirin gue ." balas Rafa dan segera turun dari mobil . "Ayok turun !" titahnya.
Merekapun mengikuti perintah Rafa . Kemudian masuk kedalam rumah . Tiba tiba , ada satu pembantu yang tak sengaja lewat dan melihat mereka masuk lewat belakang .
"Aden ? Kok lewat belakang ." tanya Bi Sumi , pembantu dirumah itu .
"Sssttt.... !!!" Rafapun langsung mengkode Sumi .
"Lho ? Non Rachel kenapa wajahnya ?" tanyanya lagi dengan pelan .
"Ceritanya panjang Bi ." jawab Rafa sedikit gugup . "Bi tolong , bawakan es batu sama kain ya ." titah Rafa .
"Baik Den ." Sumipun segera menuju dapur dan membawakan es batu yang diminta Rafa . Setelah itu mereka segera memasuki ruang keluarga .
"Duduk !" titah Rafa kepada Rachel . Dan Rachelpun menurutinya .
"Ini Den ." ujar Sumi seraya menyodorkan es batu dan satu lembar kain .
Kemudian Rafa menutupi es batu tersebut dengan kain agar tidak terlalu dingin . Lalu mencoba menempelkannya kewajah Rachel yang memar akibat tamparan itu .
"Aahh ! Pelan pelan dong , bang ." rengek Rachel .
"Biar saya saja yang obatin Non Rachel , Den ." ujar Sumi . Rafapun mengiyakan .
"Ehheemm !"
Lagi lagi sosok nenek lampir itu tiba tiba muncul dihadapan mereka yang entah datang dari mana . Sontak mereka semua merasa kaget dan terjadilah goncangan yang sangat dahsyat dalam diri mereka . Jantung mereka seakan akan sedang mengalami bencana hebat .
"O-oma ?" ucap Rafa gugup .
Melihat sorot matanya yang tajam , seperti mata yang hendak keluar dari sarangnya. Kini Rere terlihat sangat mengerikan bagaikan monster yang ingin memakan mangsanya. Tatapannya membuat cucu Winata itu bergidik ngeri dan hanya menundukkan kepala karena tak sanggup melihat wajah omanya sendiri. Rerepun melirik kepada Rachel , dan menatap lekat lekat wajah Rachel .
"Ada apa dengan wajah Rachel ?" tanya Rere ketus.
"Maaf Oma , ini salah Rafa ." kata Rafa meminta maaf terlebih dahulu.
"Bukan !" timpah Rafi . " Ini salah kita bertiga ." tukasnya .
"Bukan salah mereka , Oma ." sanggah Rachel seraya berdiri dari tempat duduknya . "Ini salah Rachel ."
"Bukan maaf yang Oma mau ." tukas Rere . "Tapi penjelasan ." Mereka hanya terdiam saat Rere minta penjelasan . "Rafa !" panggil Rere dengan nada agak tinggi.
"Iya , Oma ." sahut Rafa .
"Apa kamu bertanggung jawab atas semua ini ?" tanyanya .
"Iya , Oma . Rafa yang bertanggung jawab ."
"Jelaskan !" pinta Rere menekankan .
"Baik Oma ." Rafapun segera menjelaskan semua yang terjadi kepada Rachel .
"Apa ? Ditampar ?" Rerepun kaget ketika mendengar penjelasan dari Rafa . "Rafa ! Kamu lupa dengan tugas kamu ?" tanyanya lagi dengan amat sangat kesal .
"Tidak , Oma ." jawab Rafa .
"Kalau tidak , kenapa kamu bisa sampai lalai ? Mana tanggung jawab kamu sebagai cucu Oma paling tua ?" Mana tanggung jawab kamu sebagai abang tertua untuk saudara saudaramu ?" Rere terus melontarkan pertanyaan pertanyaan kepada Rafa sehingga Rafa dibuat seolah olah ini adalah kesalahan Rafa .
"Stop Oma !" potong Rachel . "Bang Rafa tidak bersalah . Mereka tidak bersalah . Semua ini salah Rachel , Oma . Oma jangan terus terusan menyudutkan bang Rafa . Sudah Oma , jangan marahin bang Rafa lagi . Rachel minta maaf , Oma . Rachel gak hati hati ." ucap Rachel tak berhenti membela saudaranya .
"Diam kamu , Rachel !" bentak Rere . Rachelpun langsung terdiam dan tak berbicara lagi . "Sumi ! Hubungi semua orang tua mereka . Suruh pulang cepat sekarang ." titahnya kepada Sumi sang pembantu .
"Baik Nyonya ." Sumipun segera bergerak cepat melaksanakan perintah majikannya .
"Kalian tetap disini , sampai orang tua kalian pulang ." ujar Rere .
"Baik , Oma ." balas mereka serempak .
*****
**Pukul 17.00 WIB**
Hari sudah mulai sore , sebentar lagi langit jingga berubah kian memudar menjadi gelap . Satu persatu , anak anak Winata telah sampai dirumah . Kebetulan yang pulang pertama adalah Adriana dan Haris , orang tua dari Rafa dan Rafi . Merekapun segera masuk kedalam rumah menuju ruang keluarga .
"Assalamu'alaikum !" ucap salam Adriana .
"Waalaikum salam ." sahut Rere yang telah menunggu kedatangan anak anaknya diruang keluarga . Adriana sangat terkejut ketika melihat anak anaknya masih memakai seragam sekolah . Sedangkan waktu sudah hampir maghrib .
"Lho ? Kalian kenapa masih pakai seragam jam segini ?" tanya Adriana . Namun tak ada jawaban dari mereka ber 4 . Mereka hanya duduk terdiam sambil menundukkan kepala .
"Mah ? Ini ada apa sih sebenarnya ? Kenapa anak anak masih pada pake seragam ? Bukannya sekolah bubar pukul 16.00 WIb ? Harusnya mereka kan sudah ganti baju ." Adrianapun terus bertanya tanya kepada Rere .
"Coba kamu tengok Rachel !" titah Rere kepada Adriana .
Adrianapun mencoba melirik Rachel , namun wajahnya sedikit tertutupi oleh helaian rambut Rachel . Karena Rachel enggan menampakkan wajahnya , iapun tetap dengan posisi menundukkan kepalanya . "Memangnya kenapa dengan Rachel ?" tanyanya lagi .
"Lihat wajahnya Adriana !" tegas Rere .
Karena penasaran , Adriana menghampiri Rachel dan mencoba sedikit mengangkat dagu Rachel sehingga wajahnya benar benar terlihat oleh dirinya. "Astaga ! Kenapa ini ?" Adriana dibuat kaget dengan wajah memar Rachel . "Rafa ! Rafi ! Jelaskan !" titahnya kepada anak kembarnya .
"Maaf Mah , ini salah Rafa ." jawab Rafa yang memang sudah merasa bersalah sejak zmasih disekolah .
Mamah tidak butuh maaf dari kamu ! Mamah butuh penjelasan Rafa !" Bentak Adriana . "Rafi ! Tolong jelaskan sama Mamah !" ujar Adriana menekankan Rafi .
"Tunggu yang lain Adriana !" ketus Rere .
"Ck ! Rachel sayang ?" ujar Adriana dengan lembut seraya menyentuh wajah Rachel dengan kedua tangannya . "Apa ini sakit ?" tanyanya dengan perasaan khawatir yang dibalas dengan anggukan kecil oleh Rachel .
Beberapa menit kemudian , tibalah Cellyna alias mamih Rachel . Yang kemudian diikuti oleh Andrian dan Marissa , orang tua Rio . Dengan berbarengan , mereka segera masuk rumah . Alhasil mereka dibuat terkejut dengan perkumpulan dadakan ini . Saat memasuki ruang keluarga , mereka telah mendapati semua keluarga yang sedang berkumpul .
"Ke-kenapa semua kumpul disini ?" tanya Andrian penasaran . "Mah , mamah suruh kita pulang cepat . Ada apa ini mah ?" tanyanya lagi kepada Rere .
"Cellyn !" panggil Rere .
"Iya , mah ." sahut Cellyn .
"Kamu lihat wajah anak kamu !" ujar Rere dengan nada agak tinggi .
"Rachel ?" Cellynpun melirik ke arah Rachel yang nampak tak ingin memperlihatkan wajahnya . Ia segera mendekati Rachel , lalu menyibakkan rambutnya kebelakang telinga Rachel yang sedikit menutupi wajahnya . "Hah !? Wajah kamu kenapa sayang ?" tanya kaget Cellyn yang mendapati wajah anak kesayangannya memar dibagian pipi sebelah kiri . Rachel hanya terdiam dan mulai terisak menangis dipelukan Cellyn . Andrian dan Marissapun kaget melihat wajah Rachel yang bengkak dan memar .
"Silahkan , kamu jelaskan Rafa ." titah Rere .
"Sebelumnya , Rafa ingin minta maaf terlebih dahulu ." ujar Rafa mengawali penjelasan . "Rafa tahu . sebagai cucu tertua , Rafa punya tanggung jawab yang besar untuk saudara saudara Rafa . Untuk pertama kalinya , Rafa minta maaf tante . Rafa lalai menjaga Rachel ." kata maaf terus menerus keluar dari mulut Rafa . Entah sudah ke berapa kali Rafa mengucap kata maaf untuk keluarganya . "Jadi..." Rafapun segera menjelaskan apa yang terjadi disekolah .
Mendengar penjelasan Rafa , Cellyn sangat terkejut sampai tak bisa berkata kata . Begitu juga dengan Andrian . Ia nampak kaget dan kesal.
"Apa ? Ditampar ? Berani banget tu anak nampar seorang cewek . Ini gak bisa dibiarin . Mah , mamah harus bertindak ." ujar Andrian kepada Rere .
"Jangan gegabah ! Ini bukan urusan mamah ." bantah Rere .
"Rio !" panggil Marissa . "Kenapa kamu diam saja ?" tanyanya . Namun Rio tetap saja diam dan tak mengeluarkan sepatah atau dua patah kata .
"Rafa ! Rafi ! Rio ! Kalian , oma hukum ." ketusnya . "Terutama kamu , Rafa ." lanjutnya .
"Iya , Oma ." timpal Rafa .
"Abang macam apa kamu ? Disuruh jagain adeknya kagak becus ." omel Rere . "Sebelum berangkat sekolah , kalian harus bersih bersih rumah . Ngepel , nyapu , nyuci piring , kalian kerjain selama 1 minggu ." jelasnya .
"Siap laksanakan , oma ." jawab Rafa , Rafi , dan Rio serempak .
"Sudah ! Kalian cepat ganti baju . Pukul 19.00 , Oma tunggu dimeja makan ." Titah Rere kepada seluruh anggota keluarganya . "Cellyn ! Kamu telpon Dokter Bagas , suruh ke rumah sekarang ." sambungnya .
"Baik , Mah ." Cellynpun segera mengambil ponsel dari dalam tasnya . Lalu mencari nomor Dokter Bagas didial kontaknya .
Setelah itu , seluruh anggota keluarga Winata segera beranjak dari ruang keluarga menuju kamarnya masing masing untuk membersihkan diri dan berganti pakaian .
Tak lama kemudian , Dokter Bagaspun telah tiba dirumah Winata . Ia disambut hangat oleh Rere .
"Apa kabar dokter Bagas ?" tanya Rere .
"Alhamdulillah , sehat oma ." jawabnya . "Oma sendiri gimana kabarnya ? Sehat juga kan ?" tanya balik Dokter Bagas .
"Oh , saya baik baik saja kok." jawab Rere .
"Jadi , siapa yang sakit nih oma ?" tanyanya penasaran .
"Cucu saya ." jawabnya lagi . "Cucu perempuan saya , anak dari Andrea ." jelasnya .
"Oh , anak Andrea . Kalau gak salah namanya... ?"
"Rachel ." potong Rere .
"Ah , iya Rachel ." timpahnya . "Dulu , terakhir ketemu Rachel masih umur 10 tahun . Pasti sekarang udah dewasa ." ujarnya seraya berjalan menaiki anak tangga menuju lantai 3 . "Kenapa dengan Rachel ? Apa maagh dia kambuh lagi ?" tanyanya lagi .
"Oh , enggak ." jawab Rere . "Untuk saat ini , dia slalu makan terartur . Hanya saja , dia mengalami musibah kecil ." jelas Rere .
Setelah kurang lebih 2 menitan , Rere mengobrol dengan dokter Bagas sambil berjalan . Akhirnya mereka sampai dikamar Rachel yang berada dilantai 3 .
"Ini kamar Rachel , silahkan masuk ." Rerepun membukakan pintu dan mempersilahkan masuk kepada dokter Bagas . Cellynpun sudah menunggu kedatangan Dokter Bagas dikamar Rachel .
"Malam dokter ." sapa Cellyn .
"Oh , selamat malam juga ." sahutnya . "Emmpp , sudah lama menunggu ya ?" tanyanya kepada Cellyn .
"Enggak dok , saya juga baru pulang kok ." ujar Cellyn .
"Jadi , apa yang bisa saya bantu ?"
"Ini dok...." ujar Cellyn seraya memperlihatkan wajah Rachel yang memar . Bagaspun kaget dengan luka memar diwajah Rachel .
"Uuhhh , kenapa ini ?" tanya Bagas sambil mencoba memeriksa wajah Rachel .
"Cucu saya ditampar seseorang." jelas Rere .
"Jadi gimana Dok ? Apa wajah Rachel baik baik saja ? Saya takut , ada luka yang serius diwajah anak saya ." ucap Cellyn khawatir .
"Mmm...? Rachel baik baik saja kok . Ini cuma mengalami memar dan sedikit bengkak ." jelas Bagas . "Ini juga tidak akan lama , paling sekitar 2-3 hari sudah sembuh . Saya kasih obat oles saja sebagai pereda nyeri ." Bagaspun menyodorkan satu obat oles tersebut kepada Cellyn .
"Oh , syukur kalau gitu . Terima kasih banyak Dok ." ucap Cellyn berterimakasih .
"Rachel sudah gede ternyata ." gumam Bagas . "Makin cantik aja , kamu ."
"Terima kasih , Dok ." sahut Rachel .
"Sekolah dimana kamu ?" tanyanya kepada Rachel .
"Di SMA Antariksa , dok ."
"Oh ! Sekolah itu kan , milik...."
"Heuheuu... Iya ." potong Rere kembali .
"Anak saya juga kerja disana lho , sebagai perawat ." ujarnya .
"Perawat ?" tanya Rachel yang seperti mengingat sesuatu . "Oh iya ! Rachel baru ingat Mih . Perawat disekolah Rachel bilang katanya dia sahabat mamih sewaktu kuliah . Namanya kalau gak salah....???" Rachel mengingat ingat nama perawat itu .
"Yura . Namanya Yura kan ?" potong Bagas .
"Iya betul . Bu Yura ." tegas Rachel.
"Itu anak saya ." ujar Bagas lagi .
"Yura ?" tanya Cellyn . "Yuranita Berlin ? Ah , saya ingat sekarang . Lho ? Bukannya dia lanjut kuliah di Amerika ?"
"Ahahaa... Hanya 1 tahun . Setelah itu dia lanjut kuliah di Yogya ." jelas Bagas .
"Jadi ? Yura anak Dokter Bagas ?" tanya Rere .
"Oma kenal juga ?"
"Iya , Yura sering kesini ."
"Hahaa... Gak nyangka banget ."
"Ini harus mengadakan pertemuan , wajib ini ." ujar Rere . "Oke , kapan kapan kita undang keluarga dokter Bagas . Gimana ?"
"Siap Oma ." balas dokter Bagas .
Setelah selesai mengobrol , Dokter Bagaspun pamit pulang . Dan keluarga Winata telah siap untuk makan malam . Seperti intruksi yang diberikan istri Sultan , pukul sekian semua keluarga Winata harus siap kumpul dimeja makan . Kecuali Rachel .
*****
**Dimeja makan**
Pukul 19.00 WIB , semua keluarga Winata telah berkumpul diruang makan dan duduk dibagian kursi masing masing .
"Rafa !"panggil Rere . "Antarkan makanan kekamar Rachel ." titah Rere .
"Baik , Oma ." Rafapun segera mengambil jatah makan Rachel lalu mengantarkannya kekamar Rachel . Kemudian bergegas kembali keruang makan .
Seusai makan , Rafa , Rafi dan Rio segera menjalankan hukumannya . Mereka membereskan meja makan lalu mencuci piring sesuai hukuman yang diberikan Rere .
"Apakah aku harus pergi kesekolah ?" pikir Rere dalam hati . "Tapi ini bukan tanggung jawab aku . Jika aku ikut campur urusan sekolah , bisa bisa Bram hukum aku juga ."
Wanita paruh baya itu , terus berpikir dengan apa yang harus ia lakukan atas kejadian yang menimpa cucu kesayangannya itu . Ia sama sekali tak terima , cucunya diperlakukan seperti itu oleh kakak kelasnya sendiri .
"Ini gak bisa dibiarin . Sekolah Antariksa harus bersih dari anak anak yang perilakunya buruk . Aku memang harus pergi . Urusan Bram , urusan nanti . Ini demi nama baik Winata . Aku harus ngatur rencana ." gumam Rere .
*****
•••Kira kira , oma Rere punya rencana apa ya ? Wah , wah , wah... bahaya banget tuh kalau istri Sultan sudah bertindak . Pasti kalian penasaran kan ? Pantengin terus ya cerita Sultan Family . Dukung terus dan jangan lupa kasih komentar :)•••