Chereads / Queen mafia / Chapter 55 - Bab 55

Chapter 55 - Bab 55

Ivana menyadari bahwa mommy-Nya menangis sekarang. Ia lalu menghampirinya dan memeluk seseorang yang melahirkan-Nya itu.

"Kenapa momy nangis?Hmm".

"Momy bersyukur mempunyai anak seperti kalian. Entah dulu momy makan apa. Tapi, momy sekarang terharu". Ucap Celina membuat Rakhan tertawa tiba-tiba.

"Kau memakan banyak buah milik orang waktu itu".

Celina lalu melempar sarung tangan ke arah Rakhan. "Diamlah! Kau membuatku semakin sedih sekarang!".

"Tapi ada baik-Nya juga kau mengambil mangga itu dulu". Ucap Rakhan membuat Mood Celina memburuk dan sedikit kesal dengan suami-Nya itu.

Mereka semua lalu tertawa meliaht pertengkaran kecil kedua orangtua mereka. Dan tiba-tiba Ivana mengeluarkan banyak darah di bagian pinggang dan punggung-Nya yang sudah diperban.

"Ivanaa! Kau berdarah!". Ucap Avina membuat Ivana melihat kearah baju-Nya. Padahal ia kini tengah menggunakan piyama hitam dan tetap saja terlihat.

Ia lalu menaikan sedikit baju-Nya dan benar saja. Darah yang dikeluarkan Ivana cukup banyak. Tapi, ia tidak merasakan kesakitan. Sedangkan kedua orangtuanya nampak panik.

"Ahh tenanglah. Ini hanya darah. Lagipula tidak sakit". Ucap Ivana.

Plakk

Avina lalu memukul lengan Ivana dan membuat Ivana merintis kesakitan. "Auu sakit ka! Disini ada luka lembam". Teriak Ivana.

"Ahh benarkah? Maafkan aku! Kau juga kenapa tidak berobat ke rumah sakit bukan? Kau hanya mengobati-Nya sendirikan? Aku tau! Ini kebiasaanmu". Teriak Avina kesal dengan kebiasaan Sang adik.

"Panggil dokter sekarang Alvian!". Ucap Celina khawatir melihat kondisi Ivana.

Alvian lalu menelpon dokter keluarga mereka. Dokter yang bekerja di rumah sakit Leonard. "Aku tidak apa-apa mom. Hanya luka kecil".

"Diam! Apa kau mau momy masukan telur ini kemulutmu?! Turuti saja permintaan mommy apa susahnya!!". Ucap Celina kesal. Ia sebenarnya khawatir dengan Sang putrinya. Tapi lihat saja Ivana sangat susah jika diperiksa seorang dokter.

Ivana hanya diam. Ia mengumpar di hati-Nya. Bukan memaki sang momy. Melainkan pria yang berani membuatnya seperti ini.

"Sudah kau hubungi Vian?". Tanya Celina ke Alvian.

"Sudah mom. Aku tidak menelpon dokter yang bekerja di Rumah sakit kita. Takutnya ada yang mengikuti-Nya. Siapa yang tidak mengetahui keluarga leonard? Pasti beberapa oranv itu tengah mengawasi orang-orang memiliki hubungan dengan kita". Kata Alvian.

"Nahh seperti ini dong. Otakmu cukup pintar. Kau baru adekku". Ucap Ivana bersamaan dengan Avina.

"Maaf ya. Dari dulu aku sudah memiliki kecerdasan melebihi RM mu itu". Ucap Alvian bangga.

"Apaa?! Prfffff kau mau menyamakan isi kepalamu yang seperti kungkang itu dengan RM? Kim namjoon? Yang benar saja! Jangan membuatku ingin memukulmu Alvian". Ucap Avina memasang raut wajah datar+dingin.

"Sudahlah. Kita perlu mendengarkan cerita Ivana". Ucap Rakhan.

Ivana lalu kembali ketempat duduk-Nya dan melanjutkan kisah-Nya yang sedikit terlambat karena drama yang dibuat kedua bersaudara itu.

"Jadi, aku sudah menangkap salah satu pria diantara mereka. Dia sedang berada di Markas Marvel. Sampai saat ini dia belum membuka suara-Nya dan memberitahu kami, siapa yang mengirimnya".

Ding dong

Tidak beransur lama. Ada yang menekan bell. "Siapa itu?". Gumam Celina khawatir.

Alvian lalu memeriksa siapa yang datang. Pintunya dilengkapi sistem kunci digital yang dibuka dengan kombinasi password. Ia juga dapat melihat seseorang dibalik pintu itu dengan menggunakan kamera. Dan mempermudah mereka untuk mengetahui siapa yang berkunjung.

"Ahhh. Dokter". Gumam Alvian lalu membuka pintu-Nya.

"Selamat malam tuan. Sa—". Ucap dokter itu ingin memperkalkan dirinya lalu dipotong dengan Alvian.

"Aku tau. Kau dokter Yang dikirim sama dokter andre bukan?".

"Iya. Saya diminta kemari untuk mengobati seseorang"

"Hmmm. Kau tampan juga. Masuklah". Ucap Alvian.

Sedangkan dokter itu terlihat canggung berhadapan sosok manusia tidak tau malu itu.

"Ivanaaa! Kau harus diobati. Dokter-Nya sudah dateng!". Teriak Alvian.

Avina lalu melemparkan barang kewajah sang adik." Tidak usah berteriak! Dia tidak tulii!". Jawab Avina kesal.

Avina lalu melihat dokter itu dibalik punggung Alvina. Ia terpesona dengan ketampanan yang dimiliki dokter itu. Dan poin bonus-Nya adalah. Dia orang korea.

"ahhhh Annyeong haseyo". Ucap Avina lalu membungkuk hormat ke dokter itu.

Sedangkan pria yang berpropesi sebagai dokter itu terkejut. Ia berfikir kenapa tiba-tiba?!.

"Ahh annyeong haseyo". Jawabnya lalu membungkuk hormat ke Avina dengan tersenyum canggung.

"Ahh. Maaf, kau pasti merasa canggung. Tidak perlu merasa begitu. Aku sudah beberapa tahun tinggal dikorea, Kau orang korea bukan ?". Tanya Avina masih tidak berkedip melihat-Nya.

Sedangkan Alvian mendesis melihat kakaknya itu ."dihh mentang-mentang tinggal di korea sekarang. Ketemu orang korea sok kenal". Gumam Alvian yang bisa didengar Avina.

Brakk

Avina lalu menginjak kaki sang adik ."kau mau mati ?". Geram Avina.

"Nama kamu siapa ?". Tanya Avina.

"Namaku Choi soobin. Kamu ?".

"Avina". Jawanya sambol berjabat tangan.

"Sudahlah Avina. Sekarang biarkan dia memeriksa Ivana". Ucap Rakhan yang sedari tadi memperhatikan-Nya.

Sedangkan Ivana sibuk dengan dunia-Nya sendiri. Ia sibuk memakan buah yang dikupaskan oleh mommy-Nya.

"Biarkan saja mom. Aku ingin makan". Jawab Ivana sambil mengunyah buah yang dikupaskan.

"Pergilah kekamarmu! Ini sudah malam. Kesian dokter soobin entar pulang kemaleman".

Ivana lalu bangkit dan menuju kekamar. "Mari saya antar dok. Maafkan anak-anak saya. Mereka memang seperti itu". Ucap Celina lalu mengantarkannya ke kamar untuk memeriksa Ivana.

Ivana lalu pergi ke kamar mandi untuk menggosok giginya. Sedangkan sang dokter sudah berada dikamarnya berserta seluruh keluarganya.

"Cepatlahh Van!!".

"Iya iya".

Ivana lalu merebahkan dirinya di kasur dan membiarkan Dokter itu memeriksanya.

"Saya periksa ya". Ucap dokter Soobin lalu membuka baju Ivana setengah untuk memeriksa.

Selurub keluarga sedang berada di kamar sekarang. Mereka khawatir dengan keadaan Ivana dan menemain pemeriksaan Ivana.

Sedangkan Ivana ia merasa risih sekarang. "Mommy sama daddy keluarlah. Aku tidak mau kalian melihat ini". Ucap Ivana. Ia tidak mau mereka berdua melihat keadaannya sekarang. Apalagi mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya.

Ivana memberi kode ke Alvian untuk membawa merea keluar. "Ayo. Kita tunggu di luar saja". Ucap Alvian lalu membawa mereka keluar.

Kini hanya ada mereka bertiga di dalam kamar. Soobin membuka perban yang baru saja Ivana pasangkan. Avina yang tidak kuat melihat banyak darah yang dikeluarkan Ivana lalu keluae dari kamar itu.

"Kakak keluar dulu ya".

"Iya. Kau kan tidak bisa kuat melihat darah. Jadi keluarlah. Aku bisa saja sendiri". Ucap Ivana.

Kini hanya ada mereka berdua dikamar. Jujur saja Ivana merasa canggung dengan situasi seperti ini. "Kau tertusuk? Kenapa tidak ke rumah sakit ?". Tanya Soobin terkejut.

"Obati saja luka ku. Tidak perlu bertanya. Sttt". Ucap Ivana merasakan perih diarea yang terkena tusukan itu.

"Untunglah tusukan ini tidak dalam. Jika dalam, ini akan berbahaya". Ucapnya lalu mengobati luka itu.