Rintik hujan tiba-tiba saja membasahi Jerman. Turun dengan derasnya tanpa celah. Awan mendung seolah menyelimuti mansion tersebut. Semesta seakan menjelaskan betapa sedihnya gadis cantik bermanik terang tersebut.
Rosea menangis di dalam dekapan Alaric. Gadis itu terus menangis meskipun mereka berada di dalam kamar dan tak lagi melihat Tuan Zeas. Alaric yang melihat itu sangat tidak tega. Dia tidak bisa melakukan apapun selain menepuk punggung Rosea dan berusaha untuk membuat gadis itu tetap sabar.
Hingga akhirnya, Rosea kemudian mulai menghentikan tangisnya. Perlahan tapi pasti, air mata tak lagi menetes. Dia mulai tenang hingga kini sudah terlelap di atas ranjang Alaric.
Pria itu duduk di lantai, memperhatikan wajah Rosea yang terlihat sangat damai. Tangan Alaric mengusap pipi Rosea yang sudah tak lagi dialiri air mata. Tangan berotot itu terus saja mengusap hingga ke mata dan bibirnya.