Sesuai janjinya,malam ini Rosea harus tidur dengan Alaric dan tentunya juga Darren yang merasa tersaingi dan memaksa meminta ikut bersama mereka. Awalnya Alaric tidak menyetujui hal tersebut,tetapi Darren si keras kepala tidak akan mundur sebelum keinginannya ia dapatkan. Akhirnya Rosea dengan susah payah membujuk Alaric dengan alasan Darren akan tidur lebih dahulu.
Rosea mengenakan piyama babydoll berwarna merah muda yang baru saja dibelinya. Gadis itu tak mungkin tidur mengenakan pakaian berbahan satin tanpa lengan yang dapat membangkitkan gairah seorang laki-laki.
Dia mengambil tempat tengah kedua sahabatnya. Sebelum berbaring,Rosea sempat mengambil remote TV terlebih dahulu lalu menyalakannya dan mulai mencari chanel yang sesuai. Sampai akhirnya gadis berusia 20 tahun itu menemukan sebuah tayangan drama korea yang tengah viral di kalangan masyarakat.
"Haruskah kita menonton ini,My Rose?"tanya Alaric dengan raut wajah enggan.
Rosea mengangguk dan mulai fokus pda tayangan tersebut,sedangkan Darren sedang bergelung di dalam selimut berusaha untuk tidur. Besok pria itu harus terbang pagi-pagi ke Jakarta karena ada meeting penting yang harus dihadirinya.
"Apa Darren sudah terlelap?"tanya Alaric yang mulai mendekat ke Rosea. Gadis itu terlihat sangat kecil diantara tubuh penuh otot milik Alaric dana Darren.
Rosea mengangguk lagi,dia memperhatikan Darren dan mengusap rambutnya agar pria itu dapat tertidur nyenyak. Sedangkan Alaric sudah mulai melingkarkan tangannya pada lengan Rosea yang hanya berukuran setengah dari pergelangannya. Dia tidur pada pundak dengan tulang selangka yang terlihat sexy milik Rosea.
"Sepertinya ada yang mengeras di bawah sana,"ejek Rosea saat merasakan sosis milik Alaric mulai mengeras di pahanya.
Sedangkan di pemilik hanya menunjukkan sebuah senyuman lebar dengan deretan gigi terawat yang berjajar rapi di dalam mulutnya.
"Ehm,apa kau benar-benar harus pergi?"tanya Alaric lagi membuat Rosea merasa jengah. Entah sudah berapa kali dalam sehari pria itu menanyakan hal yang sama berupa kepergiannya.
"Apa kau tidak kasihan terhadap Darren?"tanya Alaric lagi.
Rosea menoleh menghadap wajah tampan yang menjadi pujaan para wanita diluar sana. Dia tidak paham dengan maksud dari perkataan Alaric. "Maksudnya?"
"Kau tau seberapa sensitifnya Darren, Kan?"tanya Alaric.
"Maksud kau mengenai Darren yang setiap pagi harus sarapan telur mata sapi yang dibolak balik selama 8 kali dengan api medium dan mentega sebanyak dua sendok makan?"Rosea mengatakan hal tersebut dalam satu tarikan nafas. Dia benar-benar gadis cerewet yang dingin.
"Ehm, itu salah satunya."Alaric menganggukkan kepalanya.
"Kau lupa kalau kau juga sensitif? Kau harus meminum kopi merk tertentu dengan perbandingan air dan susu 1:3 dan suhu air yang digunakan adalah 95derajat lalu diaduk sebanyak 18 kali berputar searah jarum jam?"Rosea membuang nafasnya yang terasa berat. Setelah dipikir-pikir ternyata kedua sahabatnya itu sangat bergantung kepadanya. Darren yang tidak mau sarapan jika bukan Rosea yang memasak,dan Alaric yang tidak mau meminum kopi jika bukan Rosea yang menyeduhnya.
Gadis itu memijit pelipisnya yang terasa menegang. Pantas saja hidupnya terasa berjalan mulus selama 20 tahun ini,ternyata yang membuat hidupnya berat adalah kedua sahabatnya di usia dewasa ini. Mungkin ini hanya permulaan dari segala guncangan hidup yang akan mulai dirasakannya.
"Wah,sepertinya aku terlahir sebagai babysister dari dua orang bayi yang bisa membuat bayi lagi."Rosea meratapi nasibnya.
***
Pagi-pagi sekali Darren sudah pergi kembali ke Jakarta. Sebelum itu,ia sempat berpamitan dengan Rosea,bahkan Darren sempat mengecup singkat kening gadis tercintanya.
Jika bisanya Darren menikmati pertemuan penting seperti sekarang,tetapi tidak dengan hari ini. Di pikirannya hanya ada Rosea yang sedang melakukan apa bersama Alaric,apa mereka akan bercinta dan menjalin hubungan dibalik Darren? Astaga Darren jadi ingin cepat-cepat menyelesaikan meeting ini lalu kembali terbang menuju Bali dan menyusul kedua sahabatnya.
"Wait,"Darren menemukan sebuah keganjilan saat tengah memperhatikan materi pertemuan kali ini. Ada typing yang salah di sana,dan Darren membenci hal tersebut. Dia pria yang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan ketelitian,sehingga para karyawan tidak diijinkan typo satu katapun.
"Siapa yang membuatnya?!"bentak Darren. Dia menatap tajam satu-persatu karyawannya yang sedang menunduk.
Merasa diabaikan karena tak ada yang menjawab,akhirnya Darren kembali berbicara."jika tak ada yang mengaku,kalian semua saya pecat."
Darren tidak suka buang-buang waktu,apalagi jika perihal Rosea. Seharusnya sekarang dia menikmati pesta perpisahannya dengan Rosea dan Alaric tentunya,dia jadi merasa sia-sia terbang ke Jakarta untuk menghadiri langsung meeting ini jika pada akhirnya tidak sesuai dengan ekspetasinya. Jika sudah seperti ini,Darren mau tidak mau akan kembali ke Bali bersamaan dengan pekerjaannya.
Para karyawan yang berada di ruang meeting membelalak kaget. Mereka saling senggol satu sama lain agar ada yang mengaku,di saat seperti ini keputusan Darren sifatnya mutlak tak bisa diubah. Setiap titah yang keluar dari bibir Darren adalah pasti.
Darren terkenal sebagai CEO yang dingin dan kejam,pernah suatu ketika sebuah rumor mengenai Darren yang gay merebak ke seisi perusahaan. Bahkan hingga ada sebuah artikel yang terbit mengenai hal tersebut juga. Karena itu,karyawan yang menggosipkan rumor tersebut di kantor harus kehilangan pekerjaannya. Terhitung 15 orang yang di pecat oleh Darren saat itu.
***
"Kau sudah menemukan sekretaris untuk Darren?"tanya Alaric. Pria tersebut tengah memanggang tenderloin yang akan mereka makan untuk sarapan,sedangkan Rosea sedang membuatkan kopi untuk Alaric.
Rosea menghampiri Alaric dan meletakkan kopi buatannya di atas meja. Dia memeluk erat tubuh Alaric dari belakang,pundang lebar milik Alaric adalah favoritnya selain dada bidang milik Darren.
"Sudah,aku yakin gadis itu akan sangat sempurna disatukan dengan Darren."jawab Rosea sambil memejamkan matanya menikmati rasa nyaman yang tersalur melalui punggung tersebut.
"Memangnya gadis seperti apa dia?"tanya Alaric. Tangannya susah payah membalik daging besar tersebut agar dapat matang sempurna. Medium well adalah favorit mereka.
"Gadis polos dan penurut,sepertinya Darren akan menyukainya."jawab Rosea.
"Apa hatimu tidak sakit mengatakannya?"tanya Alaric. Pria itu terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Kukira kau mencintainya,"lanjutnya.
Sebuah senyum terlukis di bibir gadis itu sebelum menjawab,"aku mencintai kalian berdua,apa sebaiknya aku menikahi kalian sekaligus?"
Alaric langsung menolak,"tidak! Kau harus memilih,My Rose."
Selesai memasak,Alaric memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Rosea dan meletakkan kedua tangannya di pinggang ramping milik Rosea. Dia menatap lekat wajah gadis itu yang terlihat sangat cantik sekarang dengan ekspresi bingungnya.
"Jika kau menjadi diriku,siapa yang akan kau pilih?"tanya Rosea.
Alaric dengan percaya diri menjawab,"sudah pasti Alaric."
Ekspresi wajah Rosea langsung terlihat malas. Dia menuju meja makan dan mendaratkan pantatnya di sana disusul oleh Alaric yang membawa daging hasil masakannya. Walaupun terlihat kekanakan dan manja,tetapi Alaric bisa masak makanan simple seperti nasi goreng,steak,dan mie instan tentunya.
"Selamat makan sayang,"ujar Alaric saat melihat Rosea yang tengah menyantap steak buatannya.
Setelah menelan steak di mulutnya,Rosea angkat bicara,"selamat makan juga sayang."