Angin malam berhembus melalui jendela kamar yang terbuka lebar. Gadis dengan tinggi 165 centimeter bernama Rosea tengah sibuk membaringkan sahabatnya di atas ranjang berukuran besar di tengah kamar. Rosea yang dibantu dengan Darren masih kewalahan karena Alaric yang sudah mabuk sangat berat,pria yang tak sadarkan diri tersebut terus menerus mengoceh dan menggeliat tidak menentu.
"My Rose...jangan pergi....atau aku akan mati,"racau Alaric tanpa henti.
Sepertinya di otak dan pikiran Alaric hanya ada Rosea,tidak ada hal lainnya lagi. Melihat kelakuan sahabatnya,Rosea hanya menatap malas. Saat ketiganya masih kecil,Rosea yang dimanja oleh Alaric dan Darren. Bahkan kedua pria itu sudah seperti babysister untuk Rosea karena mengurus gadis itu sebaik mungkin. Dan mulai beranjak dewasa,malah sebaliknya yang terjadi. Rosea yang selalu menyelesaikan kekacauan akibat perubatan sahabatnya. Meskipun begitu Rosea sudah terbiasa.
"Aku yakin kau sangat lelah My Rose,ayo ku antar pulang!"ajak Darren.
Rosea mengangguk,sebelum dirinya pulang Rosea menyempatkan diri untuk memberi sedikit petuah kepada para pelayan Alaric.
"Besok pagi,jika dia mencariku katakan saja aku sudah pergi ke Australia."pesan Rosea yang diakhiri sebuah tawa kecil.
Dia ingin mengerjai Alaric sesekali agar pria itu tidak terus-menerus bersifat kekanakan.
"Baik Nona Rose,"pelayan tersebut patuh lalu kembali ke dapur. Tersisa Rosea dengan Darren yang mulai melangkah menuju pintu utama manshion Alaric.
"Sepertinya kau sangat kesal kepada Alaric,"ujar Darren.
Rosea mengendikkan bahunya,dia tidak kesal hanya saja dia sedang ingin menjahili sahabatnya itu.
"Bukankah itu ide terbaik agar dia mulai sadar untuk tidak mabuk lagi,Darren?"balas Rosea.
Darren tertawa kecil,pria yang terkenal dingin dan jarang senyum itu selalu tertawa kepada Rosea.
"Ide yang sangat bagus My Rose,bagaimana jika kau menginap di manshion ku agar Alaric semakin yakin bahwa kau sudah pergi ke Australia?"Darren mengutarakan ide cemerlang yang langsung disetujui oleh Rosea.
***
Pria bermata coklat terang tersebut tengah menatap wajah gadisnya penuh cinta. Dia memperhatikan wajah bak bunga mawar yang sangat cantik tersebut. Jarinya menari-nari pada permukaan wajah halus milik Rosea. Dia mengusap wajah tersebut lalu mencium kening Rosea penuh kasih sayang.
Pria dari keluarga Gale itu jadi membayangkan bahwa dirinya terikat dalam sebuah hubungan pernikahan dengan Rosea. Pasti pagi harinya terasa secerah musim panas karena wajah Rosea yang pertama kali ia lihat setiap bangun tidur.
"Kau sangat cantik My Rose,"guman Darren.
Semalam,Rosea tertidur di dalam mobilnya selama di perjalanan. Saat sesampainya di manshion,Darren tidak berani membangunkan gadis tersebut dan menggendongnya menuju kamar pribadi milik Darren. Pria itu memanfaatkan kesempatan ini agar bisa tidur bersama dengan Rosea. Hanya tidur,tidak lebih dari itu. Rasa sayang Darren kepada Rosea mengalahkan hasratnya untuk bercinta dengan gadis itu.
Rosea menggeliat dalam tidurnya,perlahan gadis itu membuka kedua matanya dan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah tampan Darren yang tengah memandanginya penuh cinta. Rosea merasa berdebar,meskipun bersahabat sejak lama tetap saja gadis itu selalu gugup jika dipelakukan dengan manis oleh Alaric maupun Darren.
"Aku yakin wajahku sangat jelek saat ini,"ujarnya sambil mengerjapkan mata agar dapat melihat lebih jelas lagi.
Darren menggeleng,"kau lebih cantik saat bangun tidur,My Rose."Darren memuji Rosea.
Bukannya berteriak histeris dan marah terhadap Darren,Rosea malah masuk ke dalam pelukan pria itu dan melingkarkan kedua tangannya pada punggung Darren. Mendapat perlakuan seperti itu,Darren jadi salah tingkah tetapi dia segera mendekap erat Rosea sambil menciumi pucuk rambutnya.
"Detak jantungmu terlalu cepat,apa kau sehat?"tanya Rosea. Gadis itu sepertinya tidak jadi bangun,dia kembali memejamkan matanya menikmati pelukan hangat dari Darren.
"Tentu saja,itu karena kau memelukku."balas Darren dengan sebuah senyuman.
"Baru kupeluk saja kau sudah seperti ini,jika aku benar-benar menerima lamaranmu mungkin kau akan mati ditempat,"ujar Rosea dengan mata terpejam menikmati detak jantung Darren.
"Tidak apa-apa asalkan aku mati dalam kondisi dicintaimu,"ujar Darren dengan sebuah senyuman.
***
Alaric mengucek kedua matanya. Kepalanya terasa pusing karena dia terlalu mabuk semalam. Ingatannya saat ia tak sadar masih belum pulih sepenuhnya. Pria itu terdiam merasa hampa tinggal di rumah semegah ini sendirian,itu yang selalu ia rasakan setiap bangun tidur.
Seperti biasanya Alaric menggosok gigi dan mencuci wajah bak dewa yunani tersebut. Selesai dengan bersih-bersih diri,Alaric turun menuju dapur dan mencari keberadaan Rosea. Hal ini selalu ia lakukan setiap pagi. Entah ada atau tidak ada Rosea,dia akan mencarinya.
Alaric merasa lesu saat menyadari bahwa Rosea tidak meninggalkan apapun untuknya. Biasanya Rosea akan meninggalkan sebuah note yang bertuliskan, 'kau akan ku bunuh jika mabuk lagi!'
Tetapi hari ini note berisi ancaman tersebut tidak ada membuat Alaric merasa janggal. Dia menuju dapur dan membuka lemari pendingin lalu menenggak air es. Jakunnya naik turun saat air dingin tersebut melewati tenggorokannya.
"My Rosee...where are youu?"Alaric bersenandung dengan lirik dan nada seadanya.
Tiba-tiba seorang pelayan yang semalan ditemui Rosea menghampiri Alaric dan menyampaikan pesannya.
"Tuan,ada pesan dari Nona Rose."ujar pelayan tersebut.
"Apa dia bilang dia mencintaiku?"tanya Alaric dengan mata berbinar.
Pelayan tersebut menggelengkan kepalanya,"tidak tuan,Nona Rose bilang dia berangkat ke Australia pagi ini."pelayan tersebut memberitahu.
Alaric merasa mendapat sebuah bom aton di pagi hari. Dengan boxer kesayangannya,dia menyambar kunci mobilnya di dalam kamar dan pergi ke rumah Rosea tanpa pakaian. Alaric shirtless.
"Rose!"teriaknya saat sudah berhasil memasuki rumah bernuansa merah muda milik gadis itu.
Di tangannya Alaric terlihat benda persegi panjang yang sedang menghubungi Rosea. Tetapi ponsel gadis itu tidak aktif. Alaric semakin merasa kesal saat tak menemukan Rosea di dalam rumahnya. Setelah beberapa saat,Alaric memutuskan untuk menghubungi Darren berniat memberi tahu berita ini kepada sahabatnya itu.
"Darren,gawat!!"teriak Alaric sesaat Darren menjawab panggilan tersebut.
"Ada apa?"tanya Darren. Padahal pria itu tengah menahan tawanya mati-matian agar aktingnya berjalan sempurna.
"Rose,My Rose sudah berangkat ke Australia!"Alaric histeris dengan sebuah isak tangis.
Darren menjauhkan ponselnya sejenak dan tertawa kecil. Dia berkata dalam hatinya,'Rosea sedang tertidur di sebelahku bodoh!'
Sesaat kemudian Darren kembali berbicara kepada Alaric. "Benarkah?!"
"Iya! Aku sekarang berada di rumahnya dan dia tak ada di sini,apa aku harus ke bandara barangkali dia belum naik pesawat?"tanya Alaric yang terdengar panik.
"Kau bisa ke bandara dulu,aku akan menyusul."balas Darren sebelum mematikan panggilan teleponnya.
Saat Darren menoleh,dia melihat Rosea dengan raut wajah penuh kemenangan,sepertinya Rosea sangat puas mengerjai Alaric.
"Aku bisa menebak dia masih mengenakan boxernya,"kata Rosea di sela tawanya.
"Kau tidak akan benar-benar pergi kan My Rose?"tanya Darren tiba-tiba. Entah kenapa dia jadi memikirkan gadis itu yang hampir pergi keluar negeri bertahun-tahun untuk kuliah. Ini pertama kalinya mereka berpisah dalam waktu yang lama.
"Aku tidak bercanda soal akan pergi ke Australia,Darren."balas Rosea setelah tawanya terhenti.
"Jika kau sangat ingin menemui kanguru,kita bisa ke kebun binatang sekarang My Rose."ujar Darren dengan wajah sendu.
"Aku bukan mau menemui kanguru Darren,"
Darren menghela nafasnya kasar,dia tidak siap ditinggal oleh Rosea. "Apa aku harus menikahimu agar kau mau menurut padaku,My Rose?"Darren bertanya.
Rosea mengangguk dengan sebuah senyuman,"kalau begitu,nikahi aku."