Kening Arland mengernyit heran. Matanya menatap sang kakak yang kini berdiri di depannya dengan tangan penuh luka cakaran.
"Lo kenapa?" Tanya Arland pada Dylan.
Dilihatnya Dylan yang mendengus kesal. Dia berjalan santai, memasuki penthouse keluarga Alaric.
"Dicakar kucing." Jawab Dylan sembari cemberut.
Arland tertawa terbahak-bahak. Dia tidak menyangka Dylan sungguh-sungguh mengikuti saran yang dia berikan, membelikan kucing untuk Arasha sebagai hadiah ulang tahun.
"Terus dimana kucingnya sekarang?" Tanya Arland lagi. Dylan kini sudah duduk di sofa, bersandar di sana.
"Ada di rumah. Lagi dijinakkan sama Bunda." Dylan memejamkan matanya sejenak. Dia benar-benar habis berperang dengan seekor kucing kecil yang sangat nakal. Benar-benar menguras kesabaran Dylan yang notabenenya termasuk orang tersabar.
Arland kini tertawa terbahak-bahak. Entahlah, dia suka melihat Dylan sengsara. "Jadi, lebih susah mana? Jinakkin gue apa kucing?"