"Lo beneran gak tidurin dia 'kan?" Dylan yang kini tengah menyetir melirik Arland penuh curiga, mengamati pemuda di sampingnya dengan seksama.
Dilihatnya wajah Arland yang masih sangat kusut, seolah tidak pernah di setrika.
Arland Maurozeas Cashel, pemuda tampan berusia tujuh belas tahun. Matanya berwarna biru, rambutnya berwarna hitam legam. Dia memiliki sebuah julukan unik di sekolah.
Yaitu, Lucifer.
Ya, Arland bagaikan iblis. Dia tidak kenal ampun terhadap lawannya, selalu seenaknya dan tak tahu tata krama. Arland tidak pernah tanggung-tanggung dalam berbuat. Terlebih jika emosinya sudah diujung tanduk. Dia tak akan bisa mengontrolnya.
Saat Arland marah, bukan hanya satu atau dua kelas yang panik. Tetapi, seluruh siswa. Mereka akan berbondong-bondong mencari dolan, Si Second Lead.
Second lead adalah julukan yang para siswa berikan untuk Dylan. Mereka berpikir bahwa Dylan hanyalah teman dari pemeran utama, yaitu Arland.