"Ayah?" Rosea mendekati Ayahnya yang saat ini sedang duduk di balkon kamar.
Dia memeluk ayahnya dari belakang, mengecup singkat pipinya tanda kasih sayang.
Ayahnya tersenyum, menyambut putri tunggalnya dengan pelukan yang hangat. Tak terasa, sebentar lagi putri tunggalnya ini akan menjadi istri dari seseorang.
Waktu memang berjalan terlalu cepat. Padahal, rasanya baru kemarin Rosea terlahir. Semua keluarga besar merasa sangat beruntung dengan kelahiran Rosea yang merupakan seorang perempuan.
Mereka sangat menanti bayi perempuan.
Bayi kecil Rosea menjadi rebutan keluarga besar. Dia di sayang oleh banyak orang, di puji, dan dimanjakan. Semua yang diinginkan selalu dia dapatkan.
Meski begitu, Mom Zeas tetap mendidiknya dengan baik. Membuat Rosea tidak tumbuh menjadi gadis sombong dan angkuh. Alih-alih menjadi sombong, Rosea justru tumbuh menjadi gadis sederhana di tengah kekayaan yang berlimpah.