Segala macam serangan Alaric berikan pada Rosea. Dari mulai mencium hingga membuat banyak tanda di lehernya. Saat ini, pria itu sedang sibuk melumat bibir manis yang sudah lama menjadi candu nya. Jika beberapa bulan yang lalu dirinya dihadapkan dengan banyak pukulan setelah menciumnya, kali ini sepertinya tidak.
"Langsung ke intinya saja, Alaric." Kata Rosea di tengah gairahnya yang melambung tinggi. Miliknya sejak tadi terus digoda tanpa henti. Dipermainkan pria tampan diatasnya ini.
Alaric menggeleng. Dia menarik dirinya, tersenyum. Sebuah kecupan manis mendarat di bibir gadis itu. "Rasanya akan sangat menyakitkan, My Rose." Balas Alaric.
Rosea menghela napasnya. Dia tidak tahan, terlebih saat jari Alaric mulai membelai celah sempitnya di bawah sana.
Hingga tiba-tiba, sebuah dering telepon membuat keduanya sama-sama mengerutkan kening. Wajah merah padam Rosea kini terkubur dalam-dalam. Lenyap dan menghilang.
