Rosea terdiam dengan senyumnya yang penuh paksaan. Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Entah mengapa, secara mendadak Rosea merasa seolah tak mengenali dirinya sendiri. Mengapa dia jadi perempuan menyedihkan seperti ini? Apa yang salah dengannya sebenarnya?
"Berhenti bodoh, Rosie... kau tak boleh memperjuangkan Darren lagi. Kau harus mencintai Alaric cepat atau lambat. Kematian sedang mengejarmu. Dan kau tak boleh menyia-nyiakan waktumu lagi." Tegas Rosea.
Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum. Ambisi dan tekad sudah bercampur menjadi satu, berkumpul seolah menyuruhnya untuk berhenti mencintai Darren.
"Ini saatnya aku untuk berhenti. Darren sudah bahagia dengan Ashana. Aku tak seharusnya menjadi penghalang di antara mereka." Katanya dengan hati yang sedikit berat.