Manik coklatnya perlahan terbuka. Hari masih sangat pagi, sekitar pukul enam. Gadis berambut keriting tersebut merasakan tubuhnya yang pegal. Dia berusaha membuka matanya susah payah, menatap sekitar, memperhatikan isi kamarnya yang berantakan.
Sebuah lengan kini menindih perutnya. Lengan kekar dan berat milik seseorang, membuat Ashana sedikit kesulitan bernapas.
Gadis itu terdiam sejenak, mencoba mencerna pikirannya.
"Semalam... astaga!" Ashana membelalak seketika setelah ingatannya kembali.
Dia menelan ludahnya susah payah, merasakan pipinya yang perlahan mulai memerah sempurna bagaikan kepiting rebus.
"Diamlah Ashana, aku butuh tidur lebih banyak lagi." Tak sampai di situ, rasa terkejutnya kembali bertambah saat mendengar suara seseorang di belakangnya.
Bahkan, kini dia merasakan hembusan napas seseorang di telinganya dalam jarak yang cukup dekat.