"Kau bercanda, Ashana?" Darren memperhatikan mata Ashana dengan seksama. Dia mencari keraguan dari manik coklat terang gadisnya.
Keduanya berhadapan di atas ranjang, memperhatikan satu sama lain. Detak jantung Ashana sangat kencang, seolah tak tertahan. Gadis itu berusaha untuk terlihat normal. Saliva di tenggorokannya sudah sangat banyak, sulit untuk di telan. Gadis itu penuh ketakutan.
Dia meragukan dirinya sendiri. Merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk pria itu.
"Tidak. Saya bersungguh-sungguh, Sir." Jawab Ashana percaya diri.
Darren menyipitkan matanya sejenak. Dia menghela napas, mengusap rambut gadis itu dan beranjak dari sana, keluar dari kamar Ashana.
Pria tanpa atasan itu terus berjalan menuju dapur, berniat mencari air putih. Namun, tangan seseorang tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya. Membuat Darren membalik tubuhnya secara otomatis.
"Ada apa Ashan—" kalimat Darren terpotong oleh bibir Ashana yang tiba-tiba menyambar bibirnya.