Keduanya makan dalam diam. Ashana tak bisa berkata-kata setiap tangan mata Darren terus memperhatikan pipinya. Gadis itu bahkan sesekali menunduk malu. Dia takut hatinya semakin liar dengan harapan-harapan yang tak akan menjadi nyata.
"Kak, Noah mau tidur." Noah tiba-tiba saja turun dari kursi, berlari menuju kamarnya sendiri.
Melihat hal itu, Ashana menelan ludahnya susah payah. Dia sejak tadi merasa sangat gugup karena berdekatan dengan Darren. Pria itu belum melakukan apapun. Bahkan, masih membiarkan Ashana dengan pipinya yang memar.
"Duduk di sini, Ashana." Gadis dengan rambutnya yang terikat segera mendongakkan kepalanya. Yang dia dapati adalah mata tajam Darren yang membuat bulu kuduknya berdiri sempurna.
"I-iya." Karena takut Darren semakin marah padanya, alhasil Ashana memilih untuk menurut. Gadis itu berpindah untuk duduk di samping Darren.