"Aw!" Ashana merasakan heelsnya patah. Dia segera mengangkatnya, meratapi sepatu heels kesayangannya yang kini sudah terbelah.
"Yah, patah." Lirihnya.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Para karyawan kantor sedang bersiap untuk pulang. Beberapa bahkan sudah menghilang entah kemana.
Gadis itu kini menenteng kedua heelsnya, berjalan menuju ruangannya dan segera menggunakan sandal biasa untuk pulang.
Saat dia sedang bersiap, tatapan tajam dari sepasang mata elang yang berada di sudut ruangan terus saja memperhatikannya. Mengamati gerak-gerik Ashana dengan seksama.
"Ekhem!" Hingga akhirnya, suara dehaman itu berhasil membuat Ashana terjungkal seketika. Dia kini sudah terduduk lemah di atas lantai. Wajahnya tepat mengarah pada Darren, pria yang ternyata duduk pada kursi single di pojok ruangannya dengan kedua kaki terbuka.