"Achin!" Tak henti-hentinya gadis itu bersin sejak beberapa jam yang lalu. Sepertinya Rosea benar-benar terkena karma. Dia sekarang menyesal karena telah berbohong pada Alaric.
"Aish! Sialan." Umpatnya kesal.
Dia membuka ponselnya, mencari obat herbal yang paling ampuh untuk mengobati flu yang di deritanya. Tetapi, sepertinya obat herbal yang sedang Rosea bayangkan akan seterusnya berada di dalam bayang-bayangnya.
Karena sekarang, gadis itu menganga sempurna saat menengadahkan kepalanya, mendapati seorang perempuan yang berdiri di ambang pintu bersama Alaric.
Secepat mungkin, Rosea memutar bola matanya malas. Entah harus cara apa dia berbicara pada Alaric bahwa dirinya tidak membutuhkan dokter.