Salju turun secara bersamaan. Warna putihnya mulai memenuhi jalanan dan tanah. Jendela penthouse Rosea yang sedikit terbuka, kini membuat hawa ruangan tersebut menjadi sangat dingin.
Dalam selimut yang cukup tebal, seorang perempuan dengan matanya yang terbuka terus memandang ke arah jendela. Matanya terlihat kosong seolah tengah memikirkan sesuatu.
"Mr. Gale mencintaiku?" Lirih Ashana tanpa sadar.
Semalam suntuk dia memikirkan hal ini. Bahkan, Ashana sampai tidak tertidur padahal kepalanya sudah terasa sangat sakit. Jari-jemarinya secara tiba-tiba menyentuh bibirnya sendiri. Mengusapnya lembut.
Masih dia ingat dengan jelas apa yang Darren lakukan padanya tadi malam. Bagaimana Darren menciumnya sangat rakus hingga membuat Ashana kehabisan napas.
"Apa aku bermimpi?" Ashana terus mencoba memikirkan kemungkinan tersebut. Tetapi, dia tidak tidur yang artinya itu bukanlah sebuah mimpi.