Tangannya tak henti barang sedetikpun untuk mengusap wajah Rosea yang saat ini sedang terlelap di sampingnya. Alaric tidak akan membiarkan Rosea sakit. Dia lekas membawanya ke dalam kamar, menyuruhnya untuk berganti pakaian dan tidur.
Jari Alaric kini telah sampai pada mata Rosea yang terlihat sedikit membengkak akibat tangisannya. Padahal, mata itu adalah sesuatu yang sangat Alaric sukai dari Rosea.
Helaan napas berat terus keluar dari bibir Alaric. Dia merasa tidak tahu harus melakukan apa. Pasalnya, memang tak ada yang bisa dia lakukan. Tidak mungkin Alaric marah kepada Darren karena menolak cinta Rosea. Bukankah hati tidak bisa dipaksakan? Begitu yang ada di pikirannya.
Dan pemikiran itu juga yang membuat Alaric tidak akan memaksakan perasaan Rosea nantinya. Dia tidak akan terburu-buru menyuruh Rosea untuk melupakan Darren dan jatuh cinta padanya.
Tok
Tok
Tok