Sekarang di halaman depan panti, semua orang berkumpul. Yah, malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu setelah penataan yang begitu memakan waktu yang cukup lama.
Pesta sudah dimulai dari tadi. Ada yang joget gak jelas membuat A tertawa terbahak-bahak. Bahkan sangkingnya itu A memukul perutnya yang keram akibat terlalu keras tertawa.
Di sisi lain itu, juga ada murid yang berlari kecil menenteng sebuah alat manggang dan tak selang dari situ, seorang siswi datang membawa sebangkom daging yang telah di iris-iris.
Mereka berpikir akan bagus jika ada acara manggang-memanggang.
"Wow, manggang!" teriak mereka dan langsung menyebur ke sana.
A melihat itu hanya bisa menghela nafas. Ia beranjak menghampiri kumpulan itu. Kedatangannya yang mendadak membuat murid-murid tersebut memberi jalan.
"Kai, kenapa dagingnya gosong begini?"
"Ehk!" Lelaki itu Tersentak saat A tiba-tiba mengambil daging gosong itu dari tangannya.
A kemudian mencium dagingnya. Astaga benar-benar tak ada aroma sedap-sedapnya. Membuat hidung A mengernyit menjauhi daging gosong itu.
"Begini cara kalian memanggang?" Pertanyaan A itu membuat murid-murid yang berada di sana hanya menunduk pasrah. A geleng-geleng kepala.
"Kalo begini, ini namanya buang-buang daging. Bikin uang gue tekor aja lo pada. Gak tahu dana pesta ini dari gue?"
"Maafkan kami Master A," ujar mereka meminta maaf.
"Oke. Liatin baik-baik. Gue bakal kasih tahu bagaimana cara yang baik."
A pun membuang daging gosong itu. Meminta salah satu murid laki-laki untuk mengambil tempat sampah. Kemudian A membuang daging gosong tersebut pada tempatnya. Lalu mengambil daging yang baru.
"Liatin baik-baik. Kalo manggang daging itu pertama ngolesin mentega dulu pada dagingnya. Udah kalian lakuin begitu?" tanya A.
Murid-murid tersebut menggeleng kepala mereka. Toh, mereka salah. Belum ngolesin mentega.
Kemudian Master A tersebut mengoleskan mentega pada daging menggunakan kuas. Kuas itu sudah bersih, memang digunakan untuk mengoleskan mentega pada makanan.
"Setelah itu, tinggal panggang deh, tapi...." A terkekeh geli membuat murid-murid tersebut saling memandang. Mereka angkat bahu seolah tidak tahu kenapa A tertawa.
"Pantesan aja gosong. Kalo manggang itu nyala apinya dimatiin. Ntar arangnya yang masih terbakar bikin nih daging masak. Ketahuan bener gak pernah masak. Dasar!" celetuk A. Ia mematikan api tersebut meninggalkan arangnya saja.
"Dagingnya dibalik-balik. Jangan sebagiannya matang dan sebagiannya lagi mentah. Lo sini." A memanggil seorang laki-laki. Menyerahkan daging yang telah diolesi oleh mentega ke tangan lelaki tersebut.
Lelaki itu hanya menerima saja. Tak ada niat nolak.
"Sekarang lanjutin." Mereka semua tersenyum sembari melihat A yang kian lama menjauh dari mereka.
Tiba-tiba salah satu dari mereka berkata, "Master A berbeda, ya? Gue suka dia yang sekarang."
"Iya. Gue juga ngerasa Master A yang ini orangnya hangat," timpal yang disampingnya.
"Mungkin moodnya lagi baik," sahut yang lainnya.
Mereka manggut-manggut. Mungkin saja.
Setelah selesai dari acara manggang-manggang yang bikin A geleng-geleng kepala. Lelaki itu kemudian berjalan menghampiri kumpulan perempuan yang sedang bercanda ria bersama para lansia.
Ada juga para gadis yang sibuk joget gak jelas dengan para lansia di tengah-tengah pesta ini. Dengan lampu yang berkelap-kelip seperti lampu DJ di club malam.
Namun, belum juga langkah sang Master sampai pada tempat tujuannya, Bryan tiba-tiba saja menghalanginya membuat A mendengus kesal, tapi berusaha untuk biasa-biasa saja.
"Ada apa?" tanya A tanpa basa-basi.
"G-gue minta maaf." Mendengar pernyataan Bryan yang meminta maaf kepadanya membuat A mengerutkan keningnya.
Bingung.
"Buat apa?" Dengan wajah datarnya A bertanya lagi.
"Gue minta maaf karena udah jadi pengganggu hubungan lo dan Jie," ucap Bryan.
"Bukannya gue mau ngerusak hubungan kalian, cuma gue takut lo gak bisa ngejaga Jie. Itulah kenapa gue sering buat lo cemburu."
Master A hanya diam saja, tak berniat ingin membalas ucapan Bryan. Bahkan sekedar untuk memaafkan Bryan tak ingin ia ucapkan. A hanya mendengar saja. Sampai ada waktu baginya untuk berbicara.
"Jadi, lo mau maafin gue?" tanya Bryan.
A hanya mengangkat bahu acuh. Ada rasa tak percaya dengan Bryan yang tiba-tiba minta maaf tanpa ada angin ada hujan.
Permintaan maaf dari Bryan itu memang tulus dari hatinya. Lelaki itu sudah berpikir dua kali saat akan meminta maaf kepada A. Ia tahu kalo A itu tidak suka kepadanya karena sering mengganggu hubungannya dengan Jie.
Jadi, sekarang ia ingin meminta maaf kepada A. Ia tak mau jika dirinya dianggap sebagai PHO. Amit-amit. Memikirkan itu saja sudah membuat Bryan bergidik ngeri.
"Maafin lo?" A terlihat menimbangi permintaan maaf dari Bryan.
"Ya, gue mohon," pinta Bryan.
A menggangguk. "Oke, tapi awas kalo lo dekatin Jie lagi." Peringat A.
"Iya, gue janji. Lagipula gue gak suka sama Jie. Gue hanya sayang sama dia sebatas sahabat saja. Gak ada yang spesial kok. Jadi, gak usah cemburu lagi, ya?" Mata Bryan berkedip sebelah. Seolah menggoda A.
"Hmm. Gak usah goda gue kali. Gak tertarik. Sama Lucy sana!" cetus A membuat Bryan terkekeh.
Akhirnya kesalahpahaman antara dua lelaki itu sudah terselesaikan. A kemudian berpamitan kepada Bryan untuk menemui Jie.
"GASKEUN BRO!" seru Bryan. A menoleh kebelakang dengan senyum miringnya.
Seiringan dengan itu, A malah berdecak kesal melihat pak Beny yang menghalanginya untuk bertemu dengan Jie. Padahal malam ini ia berniat menembak gadis itu.
A sudah memantapkan hatinya tentang apa yang ia rasakan kepada Jie. Yang jelas rasa ingin melindungi gadis itu sudah siap menjadi tanggungjawabnya. Senyum Jielah yang membuat hati A selalu berbunga-bunga. Sedangkan saat melihat airmata gadis itu, entah kenapa A merasa sangat bersalah.
Meski bukan ia yang menangisi gadis itu. Sekarang Ehk, malah pak Beny menghalanginya. Seolah niat A itu tak diizinkan oleh alam semesta.
Pak beny yang matanya memberat, tapi dipaksakan terbuka. Efek minuman alkohollah yang membuat pak Beny seperti itu.
A saja bisa mencium bau pak Beny yang bau alkohol.
"A, Ikut bapak."
"M-mau kema-na pak?" tanya A bingung, tapi seakan tuli pak Beny tak menghiraukan pertanyaan A itu. Pak Beny malah menarik A ke tengah-tengah perkumpulan para hadirin pesta itu.
A memutar bola matanya malas. Kini mereka jadi bahan perhatian.
"Pak Beny! Gaskan!" teriak salah seorang murid membuat perhatian teralihkan kepadanya.
"Ngapain nengok gue? Pak Beny lagi ngajak hajatan," tukas lelaki itu.
Mereka semua mengerutkan kening.
BINGUNG.
Ngajak hajatan? Sekalian ngajak buang hajat massal deh.
"Murid-muridku yang paling kece and hits. Bapak mau ngasih tahu. Disamping bapak sekarang sudah ada siapa?!" tanya pak Beny berteriak.
"Mr. A!" teriak murid- murid itu.
"Yeah, betul! K...." Ucapan pak Beny menggantung akibat tubuhnya yang tiba-tiba oleng membuat A siap siaga menangkap tubuh pak Beny.
"Kalian tahu tidak? Kalian harus menghormati A. Karena dialah yang membuat pesta ini." A tak menggubris ucapan konyol dari pak Beny. Matanya malah fokus ke arah seorang gadis yang tak lain adalah Jie.
Sedangkan yang ditatap malah membuang muka acuh. Sontak saja A melihat itu langsung keheranan. Otaknya terus bertanya-tanya dengan sikap Jie yang acuh itu. Biasanya saat ditatap seperti itu, Jie bakal berbunga-bunga dan tersenyum. Namun ini ... gadis itu acuh.
Harus dimintai pertanggungjawaban nih.
A ingin menghampiri Jie, tapi terhalang dengan pak Beny yang memegang pergelangan tangannya guna menopang tubuhnya yang terkadang oleng.
DOR!
Mata mereka membulat sempurna mendengar suara ledakan itu. Semua panik dan terdengar bisikan dan murid-murid yang saling berlarian.
"Hey! Tenang! Itu semua suara kembang api!" teriak pak Beny yang masih belum sadar kalo itu bukan suara kembang api, tapi suara tembakan.
Sangat terdengar begitu jelas. Suara tembakan itu membuat bu Merry dan pengurus panti, juga murid-murid berbondong-bondong membantu para lansia untuk masuk ke panti.
"Ada yang terkena tembakannya, gak?!" seru Jie. Ia juga sangat panik, tapi berusaha untuk tetap tenang. Supaya dia bisa berfikir jernih.
Dari mana suara tembakan itu dan, siapa pelakunya di balik tembakan?
"ALISTER!" Semua terkejut dengan teriakan Gilang. Sontak pandangan mereka membulat kala A terjatuh dengan dada yang berlumuran darah. Pak beny yang berada di samping A terkejut bukan main.
Gilang segera mengangkat tubuh A. Memangku tubuh adiknya itu.
Sementara Jie yang melihat berdiri terpaku menatap tubuh A yang berlumuran darah. Darah segar terus mengalir dari dada lelaki itu.
Ternyata tembakan itu mengenai A. Seakan jantung berhenti dan tenggorokannya terasa keluh, Jie tak bisa menghirup udara dengan jelas kala melihat tubuh A yang terbaring. Dadanya sangat sesak.
Tanpa diundang lagi, air mata Jie langsung membasahi pipi gadis itu. Dia perlahan terduduk. Tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Lantas gadis itu langsung meraih kepala A dari Gilang dan memangkunya. Tangannya bergetar saat mencoba menyentuh dada A yang tertembak.
Meski sudah terkena peluru itu, A masih bisa membuka matanya. Walau sayup-sayup akan tertutup lalu terbuka lagi.
"H-ei, k-kenapa n-n-nang-is?" Tangan A terulur menyentuh pipi Jie yang berlumuran airmata. Lihatlah betapa kuatnya lelaki itu.
Sedangkan Gilang sudah seperti orang gila. Membelah kerumuan anak-anak itu.
"Panggil ambulance!" teriaknya. Ia sangat takit jika sampai sesuatu terjadi pada A.
"Lo pasti kuat." Terlihat Jie menyemangati. Ia menahan tangisnya agar A tak terus bertanya kenapa ia menangis.
"P-peluru ... nya sa-sangat p-panas," ujar A terbata-bata. Peluru itu seakan menggorogoti daging A.
"P-panas?" Jie menahan airmatanya. Mendekatkan wajahnya lalu meniup pelan dada A yang terkena tembakan. Tangisnya pecah kala itu. Sambil meniup, airmata Jie terus mengalir.
Sudah jelas karena lelaki yang berstatus sebagai pacarnya tertembak. Siapapun akan menjadi Jie saat melihat orang yang ia sayangi terluka.
"Pinjam mobilnya pak satpam di depan," ujar seorang nenek.
Akhirnya A dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil satpam guy itu. Semua sangat khawatir melihat keadaan A. Jie dan Gilang serta bu Merry ikut ke rumah sakit. Sementara yang lain di panti jompo. Mereka membantu dengan doa. Berharap Master mereka itu baik-baik saja.