Chereads / Mr. A / Chapter 25 - 25. Ditampar

Chapter 25 - 25. Ditampar

Hanya Jie gadis itu yang berani meruntuhkan keras hati A yang sombong dan kasar. Baru kali ini mereka jarang melihat A yang sombong dan sangat kasar itu.

Entahlah, cinta memang dapat mengubah sesuatu, baik itu perilaku atau kesukaan. Semua berubah karena cinta.

Jie menghembuskan nafas dengan kasar kala melihat Reyna gadis centil itu sedang duduk di teras panti. Gadis itu datang membuat Reyna menoleh menghadapnya.

Tatapan Jie yang tajam lantas gadis itu berkata. "Ada apa kak kemari?" tanya Reyna sok polos.

"Jangan sok polos deh, ngapain lo dekat-dekat sama pacar gue?" tajam Jie.

"Kak, maksud kakak apa?"

"Cewek kayak lo gak pantes sok polos begini. Lo ngaku deh, lo, 'kan yang hasut A supaya ngacuhin gue?"

"E-enggak kak, saya gak rebut kak A dari kakak," balas Reyna ketakutan.

Karena belum mengaku juga, Jie tambah emosi dan menarik rambut Reyna dengan kasar, hingga gadis centil itu berteriak kesakitan.

"K-kak! kakak sakit kak!" teriak Reyna kesakitan.

"Dasar pelakor, PHO LO!" Jie tambah menarik rambut Reyna dengan kasar.

Banyak yang melihat kejadian itu, tapi tak ada satupun yang melarai Jie yang terus menarik rambut Reyna dan gadis itu terus berteriak kesakitan. Amarah Jie curahkan dengan menyakiti Reyna. Jie sudah lama curiga dengan Reyna yang terus cari perhatian kepada A. Namun Jie tak ambil pusing, karena ia mengerti kalo Reyna hanya sekedar fans saja kepada A, tapi ternyata Jie salah pikir, gadis ini memiliki unsur untuk merebut A darinya.

Ini pernah terjadi dua tahun yang lalu, dimana kepolosannya juga mengakibatkan Guan meninggalkannya. Padahal ia dulu sangat mencintai Guan.

Flasback on

"Guan, ini permen buat kamu," ujar seorang gadis seraya menyodorkan setangkai permen kepada seorang laki-laki yang sibuk memainkan handphonenya.

Gadis yang merupakan most wanted sekolah menengah pertama itu tersenyum dengan manis ketika lelaki di sampingnya menerima permen itu. Lelaki tampan merangkul gadis cantiknya itu dengan hangat. Begitu pula dengan sang gadis yang bernama Jie melingkarkan tangannya di perut Guan.

Terlihat, mereka sangat saling mencintai.

Tiba-tiba sebuah tangan yang menyentuh punggung Guan membuat lelaki itu menoleh ke belakang. Seorang gadis satu lagi sedang tersenyum ke arah Guan. Jie mendongak lalu menatap wajah Guan yang sedang melihat sesuata.

"Ada apa Guan?" tanya Jie. Lalu gadis itu duduk dengan tegak. Matanya menatap aneh seorang gadis yang berdiri di belakang mereka.

"Kamu Anna ngapain di sini?"

"Kak Jie, boleh gak aku pinjam kak Guannya untuk membantu mengajariku tentang fisika soalnya satu minggu lagi kami akan menghadiri lomba olimpiade," ujar gadis itu.

Jie mengangguk. "Baiklah. Guan pergilah."

"Aku pergi dulu, gih makan duluan di kantin." Guan tersenyum lalu mengacak-ngacak rambut Jie yang seleher itu.

Jie pergi ke kantin sendiri, padahal setiap harinya Jie selalu bersama-sama dengan Guan. Rasanya beda sekali jika pergi tanpa Guan. Jie mengambil duduk dengan males di depan adik kelasnya. Jie kelas 3 Smp. Jie sangat cantik dengan tubuh yang pendek, Jie tetap menjadi idola para laki-laki seumuran dia. Bahkan sangking cantiknya Jie sampai murid sekolah menengah atas pernah mengungkapkan cinta kepadanya, tapi Jie tolak karena ia sudah memiliki Guan.

"Hei, kalian tahu Anna? Kelas 2B. Dia pernah keciduk berciuman dengan Guan kakak kelas kita," ucap seorang murid perempuan. Jie terbelalak saat mendengar itu.

Jie menunduk sambil menatap ke bawah meja. Hatinya sedikit bergetir ketika ucapan adik kelasnya itu menusuk telinganya.

"Sepertinya Anna itu punya hubungan gelap dengan Guan, deh. Padahal Guan udah punya pacar, kakak Jie. Dasar pelakor!" cetus seorang lagi.

Jie sudah menahan amarah mendengar penuturan gadis itu. Dengan gemetar Jie mendongak dan betapa terbelalaknya murid perempuan itu ketika melihat Jie di hadapan mereka.

"K-kak Jie."

"Apa yang kalian katakan? Maksud kalian Guan selingkuh dengan Anna?"

"I-iya kkak, Anna itu ceweknya gak baik. Saya pernah lihat mereka berpelukan di belakang sekolah."

Jie hancur seketika, seakan hatinya di tusuk ribuan jarum dan itu sangat sakit sekali. Tak terhenti lagi, bulir bening mengalir di pipi Jie. Emosi serta rasa sakit bercampur aduk begitu saja di hati Jie. Ia kemudian keluar dari kantin untuk menemui Guan dan Anna yang sedang belajar bersama.

Namun, jika perkataan adik kelasnya itu tadi benar, maka Guan dan Anna sekarang bukan sedang belajar bersama, tetapi....

Jie berlari menuju kelas Anna, namun, mereka tidak ada di sana. Kecurigaan Jie semakin menjadi-jadi.

"Kalian Lihat Guan?" tanya Jie kepada seorang murid yang ia jumpai.

"Oh, Guan tadi sama Anna ke belakang sekolah."

Jadi begini alasannya. Gadis sok polos itu bermain dengan pacarnya dengan alasan belajar bersama. Benar-benar, Jie terkecoh. Rasanya Jie ingin mencabik-cabik dua wajah manusia yang telah mengkhianatinya itu. Terlebih Guan yang sangat membuatnya marah besar, kecewa dan sakit hati.

"Jadi, bagus begini di belakangku?" Tepuk tangan Jie berikan ketika melihat Guan dan Anna bermesraan di belakang sekolah. Airmata sudah berlinang.

Guan dan Anna menoleh dengan terkejut melihat kehadiran Jie.

Flashback off

Dari situlah Jie belajar untuk tidak percaya dengan orang yang berpura-pura dekat dengan orang yang ia cintai, apapun alasannya. Jie belajar dari masa lalu.

Sekarang Jie tidak akan memberi ampun kepada gadis seperti Reyna. Jie terus menarik rambut gadis itu tanpa ampun hingga suara bariton yang memanggil namanya membuat Jie berhenti seketika. Tatapannya menatap A yang menghampirinya. Jie gelegapan dan langsung melepas cengkeramannya dari rambut Reyna. Gadis itu menghampiri A, tetapi yang ia dapatkan hanya sebuah tamparan dari A.

Plak!

Jie memegang pipinya yang sangat nyeri yang ditampar oleh A.

"M-maaf."

Satu kata itu yang keluar dari mulut A, lelaki itu menatap Jie dengan tatapan rasa yang sangat bersalah telah menampar gadis itu.

"Jie, aku minta maaf aku gak bermaksud menamparmu," ujar A. Baru kali ini ia marasakan rasa sakit saat menampar seseorang. Sungguh, A tidak bermaksud, ia hanya kesal karena Jie sudah main hakim sendiri.

Setidaknya kalo ada masalah dibicarakan. Bukan main hakim begini.

Jie mendongak dengan tatapan tajam. "Lo jahat A!" tajam gadis itu lalu meninggalkan A begitu saja. A tak bisa berkata apa-apa melihat Jie yang meninggalkannya.

Ia hampir lupa dengan Reyna yang kesakitan akibat ulah Jie. Ia ingin menghampiri Reyna, tapi belum sempat itu terjadi Gilang datang dan langsung mengangkat Reyna ala bridel style.

Gilang menghampiri A. "Jaga pacar lo!" tekan Gilang.

"Kakak!" A berteriak lalu mengejar sang kakak.

***

Perkelahian yang terjadi antara Jie dan Reyna sudah sampai di telinga guru pembimbing. Jie dan Reyna di panggil di salah satu ruangan. Hanya ada Reyna dan Jie serta bu Merry yang mengadili permasalahan ini.

Bu Merry menatap Jie dan Reyna satu persatu. "Kalian kenapa berantem?" tanya bu Merry. Namun tak ada seorang pun yang menjawab.

"Sekali lagi ibu bertanya kenapa kalian berantem?"

"Tidak bu. Kami tidak bertengkar hanya bercanda saja tadi." Jie menatap Reyna tak percaya.

'Dasar cari muka!' celetuk Jie dalam hati.

"Benarkah begitu Jie?" Jie menatap bu Merry lalu mengangguk.

"Baiklah ibu beri kalian konsekuensi kali ini, tapi jika hal ini terjadi, ibu akan menghukum kalian."

"Baik bu."

"Baik bu."

***

Alister berjalan menghampiri sang kakak yang duduk dengan para lansia dan sibuk memainkan handphoennya. Gilang marah kepada A karena Jie telah menyakiti Reyna.

Sekarang kita berbicara tentang Reyna. Masih ingat gak gadis yang tak sengaja ditabrak oleh Gilang? Yah, kalo masih ingat, gadis itu adalah Reyna. Sejak hari itu Gilang menyukai Reyna dan berusaha mencari tahu tentang Reyna.

Baik kembali ke laptop. A duduk di samping Gilang, tetapi Gilang masih tetap mengacuhkannya.

"Kakak menyukai Reyna?" tanya A, tapi Gilang tak menyahut.

"Ayo kak please, kok marah sama A, A gak tahu kalo Jie sama Reyna itu bermusuhan."