Jie kembali ke kamarnya, tapi baru setengah perjalanan saja, ia bertemu dengan Nesti yang nampaknya begitu kesal.
"Kenapa dengan wajah lo, ditekuk begitu?" tanya Jie tak ada semangat pun untuk berbicara. Yang ada di pikiran gadis itu hanya tentang A, A dan A.
"Kenapa lo ninggalin gue begitu saja?" Bukannya menjawab, Nesti malah balik bertanya sambil berkacak pinggang. Menatap Jie dengan horor.
"Gue cari Saka," jawab Jie malas. Entah kenapa saat mengatakan nama lelaki itu ia menjadiitdak bersemangat.
Nesti menunjuk dirinya. "Lo lebih mentingin Saka daripada gue, gitu?" Benar-benar tak masuk di akal. Padahal Saka selalu berbuat jahat terhadap Jie, tapi gadis itu malah mementingkan Saka daripada dirinya. Sahabat bisa cemburu juga lho.
Jie menghela nafas berat. Ia menatap Nesti dengan tajam. "Bisa gak lo diam sebentar aja? Kepala gue lagi pusing, nih." Jie mendudukkan bokongnya pada sofa.