Paginya, Alister terbangun dengan kepala berdenyat-denyut. Rasanya sakit sekali sampai lelaki itu kembali membaringkan tubuhnya. Alister sejenak mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Jie. Namun, gadis yang ia cari tak didapat oleh netranya. Ia sendirian di dalam sini.
Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi membuatnya bertanya-tanya apa yang ia lakukan semalam sampai kepalanya rasanya ingin pecah? Bukan hanya sakit saja, pusing juga ikutan menyerang. Alister memejamkan matanya, dengan begitu ia bisa menetralkan rasa sakitnya sembari mengingat kejadian semalam.
Ah … ya!
Sekarang ia ingat. Ia mabuk. Semalam hampir saja ia menghabiskan sebotol minuman beralkohol tinggi jika Jie tak menghentikannya malam itu. Sungguh miris keadaannya. Ingatan tentang Niel pun juga ikutan menyeruak ke dalam ingatannya. Hal itu membuat Alister kembali menahan sesak di dadanya. Rasanya, ini adalah sebuah kegagalan. Gagal, menjaga teman-temannya.
"Kenapa?"