Luka di tangan sudah sembuh, Alekta mulai melakukan semua pekerjaannya. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan semuanya, sehingga dia bisa kembali ke Jakarta.
Namun, sebelum itu dia harus memenuhi permintaan Casandra yaitu mencari informasi tentang dua orang pria yang dikenalnya.
Alekta sudah memberikan satu pria pada Casandra, sekarang tinggal satu orang lagi. Sepertinya akan sangat sulit untuk mengumpulkan semua informasi itu.
Karena orang yang diinginkan informasi itu adalah pria yang super sibuk. Dalam hidupnya sepertinya tidak ada kata menikmati hidup. Sebab hanya bekerja saja yang ada dalam benaknya. Siapa lagi jika bukan Elvano Mahardika.
Alekta tidak tahu ada hubungan apa antara Elvano dan Casandra. Karena sahabatnya itu tidak pernah mengatakan sesuatu tentangnya.
Sempat terpikir olehnya bahwa Casandra menyukainya. Namun, apa hubungannya dengan Bisma karena pria yang satunya lagi adalah Bisma.
"Aku tidak menyangkak jika Casandra mencintai dua pria sekaligus," katanya sembari menggelengkan kepalanya.
Terdengar suara ketukan pintu, Alekta pun menyeluruhnya untuk masuk. Pintu terbuka perlahan, terlihat Bisma masuk sembari membawa dokumen ditangannya.
"Ini harus Anda periksa, sebelum acara meeting di sebuah restoran siang ini."
Bisma berkata sembari menyodorkan dokumennya, Alekta mengambil beberapa buah dokumen. Dia pun memeriksa dokumen tersebut satu per satu. Bisma pun pamit untuk melakukan pekerjaannya yang belum selesai.
Rasa penasaran Alekta tentang hubungan Bisma, Elvano dan Casandra semakin kuat. Dia ingin menghubungi sahabatnya itu. Namun, pekerjaan di atas meja begitu banyak dan harus selesai sebelum makan siang.
Semua dokumen sudah diperiksanya, dilihatnya jam yang menempel di dinding. Sudah menunjukkan waktunya jam makan siang dan dia harus meeting pula.
Alekta mengambil tas dan ponselnya lalu beranjak dan berjalan keluar ruangan. Saat membuka pintu, dia terkejut melihat Bisma yang sudah ada dibalik pintu. Begitu pula dengan Bisma.
"Kamu mengagetkan aku saja!" ucap Alekta pada Bisma.
Bisma meminta maaf lalu mengajak Alekta untuk segera pergi karena dia tidak mau meeting kali ini mendapatkan masalah. Sebab orang yang akan ditemui kali ini adalah orang yang selalu tepat waktu.
Alekta pun berjalan terlebih dahulu lalu diikuti oleh Bisma. Dia kembali terpikir tentang Casandra, terniat untuk bertanya langsung pada Bisma apakah dia mengenal sahabatnya itu.
Mobil sudah di siapkan, seorang sipir sudah membuka pintu mobil yang menandakan mempersilakan Alekta untuk masuk. Dia pun memasuki mobil dan duduk dengan santainya.
Saat dia hendak bertanya tentang Casandra pada Bisma. Ponselnya bergetar yang mendalam jika ada pesan yang masuk, dia pun membuka pesan tersebut. Rupanya Casandra yang mengiriminya pesan.
Dalam pesan tersebut Casandra mengatakan jika Alekta tidak boleh mengungkapkan jati dirinya terhadap Bisma atau Elvano.
Alekta semakin penasaran mengapa tidak boleh menyebutkan nama Casandra pada mereka berdua. Dia pun membalas pesannya yang isinya mengapa dia tidak boleh menyebutkan nama Casandra.
Casandra tidak memberikan jawaban yang membuatnya puas. Namun, dia mewanti-wanti untuk tidak mengatakan tentang dirinya pada kedua orang itu.
Alekta menghela napasnya, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia tahu dengan pasti jika Casandra sudah mengatakan itu maka dia tidak ingin semua itu terjadi.
Namun, rasa ingin tahu Alekta begitu besar dan dia harus menahannya lebih lama lagi. Setelah kali dari Singapura, dia akan langsung bertanya pada Casandra.
Mobil terhenti tepat di sebuah restoran, Bisma pun turun dari mobil. Dia membukakan pintu mobil, Alekta pun keluar dari mobil dan merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.
"Tunjukkan jalannya!" perintah Alekta pada Bisma.
Bisma pun berjalan terlebih dahulu untuk menunjukkan jalannya dan mencari keberadaan orang yang hendak ditemuinya.
Alekta tidak mengetahui jika yang akan ditemuinya adalah seseorang yang diinginkan informasinya oleh Casandra. Dia tak lain adalah Elvano.
Elvano sudah menunggu sembari membaca beberapa dokumen yang harus diperiksanya. Dia merupakan pria yang gila kerja, hidupnya hanya kerja dan kerja. Tidak ada kata lain selain kerja.
"Maaf kami sedikit terlambat," ucap Bisma sembari sedikit membungkukkan tubuhnya.
Alekta sedikit terkejut dengan karena Bisma meminta maaf karena sudah terlambat. Padahal mereka sama sekali tidak terlambat jika dilihat dari jam yang melingkar di tangan kirinya.
Namun, dia tidak mau banyak bicara karena melihat wajah Elvano yang sudah terlihat tidak bersahabat. Alekta pun duduk di hadapan Elvano dengan santainya.
Sekarang giliran Bisma yang menjelaskan apa yang harus dijelaskan tentang kemajuan hotel yang kemarin mengalami masalah.
Setelah ditangani oleh Alekta, permasalahan yang terjadi di hotel sudah mulai teratasi. Ada ke lonjakkan pengunjung dua hari ke belakang.
Bisma menyerahkan dokumen pada Elvano, dokumen tersebut adalah semua laporan hasil kerja yang sudah dilakukan oleh Alekta.
Elvano membuka berkas itu dan membacanya dengan saksama. Tidak ada satu kata pun yang lepas dari kedua matanya. Dia begitu sangat teliti dalam membaca setiap hasil laporan yang sampai di tangannya.
Dia menutup dokumen tersebut, sepertinya dia sudah selesai membaca semua lembar setiap laporan dari Bisma. Wajahnya tidak memiliki ekspresi yang bagus atau buruk. Begitu datar dan dingin, sehingga Alekta tidak bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkan olehnya.
"Hasilnya sudah bagus, semuanya sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya. Kerja bagus, Alekta Suryana." Elvano berkata dengan nada datar.
"Syukurlah jika Anda suka dengan kinerja saya. Kalau begitu tugas saya sudah selesai, sekarang waktunya saya kembali ke Jakarta." Alekta berkata dengan data datar juga.
Selama beberapa menit ini Alekta selalu memperhatikan segala sikap Elvano. Dia sedang menilai orang seperti apa Elvano Mahardika itu.
Alekta pun menilai jika Elvano adalah pria serius dan lebih mementingkan pekerjaannya. Dia berpikir untuk mencari informasi tentang Elvano pada Bisma. Karena dia melihat jika Bisma sangat mengenal Elvano.
"Baiklah. Kita sudah selesai, saya akhiri saja semuanya. Saya harap semuanya akan berjalan dengan baik," ucap Elvano sembari beranjak lalu mengulurkan tangannya.
Elvano berniat untuk berjabat tangan dengan Alekta. Meski tatapannya tidak terlalu bersahabat, Alekta pun menerima uluran tangan Elvano dengan senyum khasnya.
"Terima kasih atas semua bantuan Anda, Tuan Elvano." Alekta berakta sambil menarik tangannya.
Elvano pun berjalan meninggalkan Alekta dan Bisma. Setelah melihatnya pergi, Alekta pun pergi dan diikuti oleh Bisma.
Dalam perjalanan menuju kantor, Alekta mulai berpikir untuk bertanya tentang Elvano pada Bisma. Alekta pun memulai pembicaraan.
"Apa kamu mengenal Elvano dengan baik?" tanya Alekta pada Bisma.
"Saya sudah mengenalnya beberapa tahun," jawabnya.
"Bagaimana menurutmu tentang dia?" Alekta kembali bertanya.
"Tuan Elvano, dia adalah pria yang gila kerja. Hidupnya hanya kerja dan kerja tidak ada yang lain. Sesungguhnya banyak para wanita yang ingin mendekatinya. Namun, tidak ada yang pernah berhasil, dia pun adalah tipe pria pendendam. Setiap orang yang bermasalah dengannya akan berakhir buruk." Jelas Bisma.
Setelah mendapatkan penjelasan Bisma, akhirnya Alekta mengirimkan pesan pada Casandra. Dia mengatakan jika Elvano baik-baik saja dan gila kerja.
Ckitttt!
Mobil berhenti mendadak, ada yang menghalau mobil Alekta. Entah apa yang terjadi, mengapa mobil di depan tidak mau berjalan.
"Siapa mereka?!" tanya Alekta.