Beberapa pria berjalan mendekat pada mobil yang ditumpangi oleh Alekta. Mereka terlihat sangat tidak bersahabat, salah seorang mengetuk jendela mobil dan menyuruh semua yang ada di dalam keluar.
"Nona, sebaiknya Anda tetap di dalam!" ucap Bisma lalu dia keluar dari mobil begitu pula sang sopir.
Alekta mengikuti apa yang dikatakan oleh Bisma, dia ingin melihat sejauh mana pria itu bisa melindunginya. Namun, dalam hatinya paling dalam ingin menggerakkan tubuhnya yang sudah terasa kaku.
Bisma yang sudah tahu jika mereka semua orang-orang suruhan yang ingin mencelakai Alekta. Dia tidak akan membiarkan apa yang diinginkan mereka tercapai dengan mudahnya.
"Apa yang kalian inginkan?!" tanya Bisma dengan sedikit penekanan.
"Jangan banyak bicara!" Seorang pria berkata dan langsung menyerangnya.
Bug! Bug! Pukulan dari pria itu berhasil dihindari oleh Bisma. Namun, dia tidak menyerah dan terus melayangkan pukulannya pada Bisma.
Tidak hanya satu orang yang mulai menyerang tetapi semuanya mulai menyerang. Sang sopir pun mulai bertahan dan melakukan perlawanan. Perkelahian terjadi terlihat tidak seimbang karena mereka mengeroyok Bisma dan sopirnya.
Bruggg! Sang sopir terjatuh karena berhasil dikalahkan oleh musuh. Dia berusaha untuk bangkit tetapi tidak bisa sebab kaki kirinya terkilir.
Bisma melihat sopir terjatuh, lalu dia menghadang para musuhnya yang hendak menyerang sang sopir.
"Mundur!" perintah Bisma pada sopir.
Sopir pun berusaha dengan sekuat tenaga untuk mundur agar tidak merepotkan tuannya. Karena dirinya bisa saja jadi kelemahan bagi Bisma.
Para musuhnya terus saja menyerang Bisma, terlihat oleh Alekta jika Bisma sudah kelelahan. Tidak mungkin baginya untuk menghadapi semua musuh yang menyerang secara bersamaan.
Alekta pun membuka pintu mobilnya, sebelum keluar dia menghubungi pihak berwajib. Dia tidak mau mengotori tangannya dengan darah para preman yang tidak berguna itu.
Dia berniat untuk menunggu beberapa saat lagi hingga polisi tiba. Namun, dia sudah tidak bisa menahan rasa yang ada dalam dirinya untuk ikut membantu Bisma.
"Apa kamu perlu bantuanku, Bisma?" tanya Alekta sembari berjalan mendekat.
"Nona, sebaiknya Anda di dalam mobil saja!" tukas Bisma yang tidak ingin terjadi sesuatu lagi padanya.
"Biarkan aku ikut bermain denganmu!" balas Alekta.
Bug! Bug! Pukulan dilayangkan oleh Alekta pada seorang musuh. Dia masih bisa menghajarnya meski tangannya baru saja sembuh dari luka tembak.
"Nona, apa yang Anda lakukan? Lengan Anda baru saja sembuh!" teriak Bisma yang merasa khawatir.
"Sial! Mengapa kau berkata seperti itu hah!" pekik Alekta.
Seorang musuh langsung menyerang Alekta dengan pukulan bertubi-tubi. Dia mendengar apa yang dikatakan oleh bidan. Sehingga dia berusaha untuk menyerang bagian lengannya.
Alekta menghindari setiap serangan dari pria itu, dirinya tidak akan semudah itu kalah oleh orang seperti mereka yang tidak memiliki rasa.
Bug! Bug! Alekta menyerang balik, sekarang dia tidak akan memberikan kesempatan bagi pria itu untuk menyerang balik dirinya.
Bisma yang semakin khawatir langsung mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melumpuhkan mereka semua. Dia tidak ingin jika Alekta terluka lagi. Karena Bisma pasti tidak bisa menjelaskan semuanya ini pada Tuan Suryana.
Bruggg! Satu per satu musuh berhasil dilumpuhkan. Tidak begitu lama terdengar sirene yang mendekat. Beberapa mobil patroli posisi tiba, mereka dengan cepat menangkap para penjahat yang sudah tidak berdaya.
Semua sudah ditangkap, Bisma pun harus ikut bersama dengan polis. Sedangkan sang sopir dibawa ke rumah sakit untuk diobati.
"Nona, apakah Anda akan ikut bersama saya ke kantor polisi?" tanya Bisma.
"Apa kamu bisa mengurus semuanya? Aku akan kembali ke kantor ada yang harus aku selesaikan," jawab Alekta.
"Baik. Kalau begitu Nona bisa memakai mobilnya, saya akan ikut dengan mobil polisi." Timpal Bisma.
Alekta mengangguk lalu dia berjalan memasuki mobil. Menyalakan mesin mobil dan menjalankannya secara perlahan meninggal tempat kejadian.
Dia kembali ke kantor untuk menyelesaikan sebuah dokumen. Jika dokumen ini selesai di periksa maka dia akan bisa kembali ke Jakarta.
Dengan harapan jika di sana dia bisa bertemu kembali dengan Caesar. Alekta ingin mengatakan padanya jika dia sangat mencintainya dan akan terus berada di sisinya. Meski dia akan dicap sebagai wanita ketiga.
Alekta berpikir jika pekerjaannya hanya sedikit, ternyata dia salah. Pekerjaannya masih terlalu banyak. Sehingga membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya.
Terdengar suara ketukan pintu, Alekta pun menyuruhnya untuk masuk. Terlihat Bisma yang membuka pintu dan berjalan memasuki ruangan.
"Apa urusanmu sudah selesai?" Alekta bertanya sembari kembali membaca dokumen yang hampir rampung.
"Sudah, Nona. Saya juga sudah menyiapkan tiket untuk kepulangan Anda," jawabnya sembari menyerahkan sebuah tiket pesawat menuju Jakarta.
"Bagus. Aku akan pulang setelah menyelesaikan semua pekerjaanku," balas Alekta.
"Apakah, Nona memerlukan sesuatu lagi?" tanya Bisma.
"Tunggu sebentar lagi, aku akan menyelesaikan ini. Kamu akan menerima semua dokumen ini dan aku harap dengan kepulanganku kamu bisa mengatasi semua tentang perusahaan ini." Ucap Alekta.
Alekta pun mulai memeriksa dokumen yang tinggal sedikit lagi. Dia memeriksa semuanya dengan saksama agar tidak terjadi lagi kesalahan yang bisa membuatnya kembali ke Singapura dalam waktu dekat.
Dia menghela napasnya lalu menutup map dokumen yang sudah diperiksanya. Merapikan beberapa dokumen yang ada dibatas mejanya. Lalu memberikan semuanya pada Bisma.
"Aku serahkan semuanya padamu," ucap Alekta sembari menyodorkan beberapa dokumen.
"Baik, Nona. Saya akan bersusah sekuat tenaga dan semua kemampuan saya." Dia menjawab dengan tegas.
"Baiklah. Aku akan kembali ke apartemen, besok pagi aku tunggu kamu di apartemen dan mengantarku ke bandara." Alekta berkata sembari beranjak dan berjalan keluar ruangan.
Bisma mengangguk lalu dia berjalan di belakang Alekta. Dia tidak bisa mengantarkan Alekta karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Setibanya di apartemen Alekta merebahkan dulu tubuhnya di atas tempat tidur. Dia mengistirahatkan semuanya setelah kejadian tadi siang.
Tidak terasa kedua matanya terpejam, dia merasa sangat lelah. Seharunya dia merapikan semua barang-barangnya karena besok dia akan kembali ke Jakarta.
Dua jam berlalu, Alekta terbangun karena mendengarkan suara ponselnya yang berdering. Dia mengambil ponsel dari dalam tas yang tergeletak di sampingnya.
Tertata nama ayah, dia pun langsung mengangkat teleponnya. Ayah mengatakan jika semuanya sudah selesai dan menunggunya di rumah.
Mereka berbicara selama beberapa menit untuk memastikan bahwa semuanya sudah benar-benar membaik. Sehingga Alekta bisa kembali ke Indonesia.
Sang ayah pun mengatakan jika dirinya akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Sehingga Alekta harus langsung kembali ke Jakarta dan jangan membelok ke negara lain.
Karena ayahnya tahu jika Alekta ingin mengunjungi sebuah negara yang sangat diinginkannya. Namun, sang ayah tidak tahu jika sebenarnya Alekta sudah tidak sabar ingin kembali ke Jakarta.
Alekta pun memutuskan sambungan teleponnya, dia kembali berpikir apa yang hendak dikatakan oleh ayahnya.
"Apa yang terjadi? Mengapa ayah terlihat khawatir?" gumam Alekta.