Chereads / Mengejar Cintamu / Chapter 14 - 14. Kembali ke Jakarta

Chapter 14 - 14. Kembali ke Jakarta

Setelah menempuh penerbangan dari Singapura ke Jakarta. Di bandara Alekta berusaha untuk menghubungi seseorang untuk menjemputnya. Siapa lagi jika bukan sang sopir yang selalu ada untuknya jika dia sedang malas menyetir sendiri.

"Alekta...!" teriak seseorang yang dari suaranya sangat dikenalnya.

Alekta tidak menyangka jika yang menjemputnya adalah Casandra. Terlihat senyum khasnya yang selalu diperlihatkan pada dirinya.

"Bagaimana perjalananmu?" tanya Casandra sembari memeluk Alekta.

"Lancar," jawabnya singkat sembari memegang travel bag lalu berjalan.

Casandra pun berjalan mengikutinya, dia sebenarnya ingin mengetahui lebih jelas tentang apa yang dipintanya yaitu mencari informasi tentang Bisma dan Elvano.

"Kamu memakai sopir?" tanya Alekta pada Casandra yang tepat ada di sampingnya.

"Iya. Ayah dan ibu belum mengizinkan aku untuk mengendarai mobil sendiri," jawabnya sembari berjalan memasuki mobil lebih dulu.

Alekta berjalan mengikutinya memasuki mobil lalu berkata, "Salahmu sendiri menjadi bengal! Tentu saja kamu di hukum."

"Tutup mulutmu itu! Aku yakin sebentar lagi kamu akan merengek!" timpal Casandra.

Mobil pun berjalan meninggalkan bandara menurut rumah Alekta. Dia bingung dengan perkataan Casandra bahwa dirinya akan merengek.

Dia terus berpikir apakah akan ada sesuatu hal yang akan terjadi. Entah mengapa dia merasa jika yang dikatakan oleh Casandra mengandung arti yang lain.

Selama dalam perjalanan Alekta hanya diam akhirnya dia tertidur. Tidak terasa mobil pun terhenti tepat di depan rumah Alekta.

"Hai, Alekta Suryana...," panggil Casandra dengan menggoyangkan pundaknya.

"Mmmm...," Alekta membuka kedua matanya "apa sudah sampai?"

"Iya. Ayo kita temui ayah dan ibumu," jawab Casandra.

Sopir membukakan pintu mobil, Casandra keluar terlebih dahulu lalu diikuti oleh Alekta. Sang sopir pun mengeluarkan tas yang dibawa oleh Alekta dan membawanya masuk kedalam rumah.

Alekta merasa ada yang aneh dengan suasana rumah. Dia menarik tangan Casandra lalu menatapnya seraya bertanya apa yang terjadi.

Casandra tersenyum tetapi tidak mengatakan sesuatu. Dia merahasiakan apa yang akan terjadi karena semua itu sudah diatur oleh kedua orang tua Alekta.

"Katakan padaku? Apa yang terjadi?!" tanya Alekta pada Casandra dengan sedikit penekanan.

"Jika aku mengatakannya padamu, aku yang akan terkena hukuman dari ayah dan ibumu. Makin banyaklah hukuman yang kuterima!" jawabnya.

Alekta menghela napasnya, dia tahu jika Casandra sudah seperti itu maka akan sulit mengorek informasi darinya.

"Akhirnya kamu tiba, Sayang." Ibu Angela berkata sembari memeluk Alekta.

"Iya, Bu...," jawab Alekta "sebenarnya akan ada apa ini?"

"Istirahat saja dulu, setelah itu kamu bersiap! Dan Casandra akan membantumu," ucap Ibu Angela dengan lembut lalu dia berjalan meninggalkan Alekta yang masih kebingungan.

"Jangan tanya aku," sambung Casandra dengan senyum menggoda.

Mereka pun berjalan menuju kamar, Casandra menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Begitu pula dengan Alekta, dia merebahkan tubuhnya tepat di samping Casandra.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya Casandra pada Alekta.

"Siapa yang kamu maksud? Bisma atau Elvano?" Alekta balik bertanya karena dia yakin yang dimaksud Casandra adalah mereka berdua.

"Bisma," jawabnya singkat.

Alekta terdiam sejenak, dia berpikir apakah sahabatnya itu mencintai Bisma. Dia semakin penasaran dengan perasaan yang dimiliki oleh Casandra.

"Apa dia yang ingin kamu kejar selama ini? Sehingga kamu dihukum ayahmu?" Alekta bertanya dengan nada menyelidiki.

"Katakan saja bagaimana keadaannya!" tukas Casandra.

"Tidak. Sebelum kamu mengatakan siapa yang dikejar, Bisma atau Elvano?" timpal Alekta.

Cassandra terkekeh sat mendengar apa yang ditanyakan oleh Alekta. Itu membuat Alekta bingung mengapa sahabatnya itu tertawa.

"Bagaimana aku bisa mencintai Elvano, dia adalah kakakku sendiri."

"Apa?!" pekik Alekta saat mendengar apa yang dikatakan oleh Casandra.

"Pelankan suaramu ... tidak perlu sampai teriak begitu! Telingaku sakit tahu!" timpal Casandra.

"Aku tidak pernah mendengar tentang kakakmu itu?!" ucap Alekta yang masih tidak percaya.

Casandra pun menceritakan semuanya, jika Elvano adalah kakaknya. Namun, Elvano tidak mau semua orang mengenalinya sebagai putra dari ayahnya.

Sehingga dia menggunakan nama belakang dari keluarga ibunya. Tidak semua orang tahu dengan nama belakang sang ibu, termasuk Alekta.

"Kenapa bisa begitu? Hingga tidak mau menggunakan nama belakang ayahmu?" Alekta kembali bertanya.

"Terjadi sesuatu yang membuatnya memutuskan seperti itu. Aku tidak ingin mengingatnya lagi," jawab Casandra.

"Mmmm ... jadi pria yang kamu cintai adalah Bisma? Lalu mengapa kamu tidak langsung mengabarinya? Sejak kapan kamu menyukainya?"

"Hari ini jangan menginterogasiku...," jawabnya sembari mengubah posisi tidurnya menjadi memunggungi Alekta.

Alekta hanya bisa melihat punggung Casandra, begitu banyak hal yang belum diceritakan sahabatnya itu pada dirinya.

Dia merasa bersalah jika dirinya bukanlah sahabat yang baik bagi Casandra. Alekta menatap langit-langit kamarnya dan akhirnya memejamkan kedua matanya.

***

"Alekta, cepat bangun. Kita harus bersiap!" Casandra membangunkan Alekta.

Alekta membuka kedua matanya perlahan, dia terdiam sejenak lalu melihat Casandra yang sudah duduk di sampingnya.

"Ayo cepat bangun!" ucap Casandra lalu dia beranjak dan berjalan menuju kamar mandi.

Yang bisa dilakukan Alekta hanya terdiam sejenak, melihat pada jam yang menempel di dinding. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.

Matanya tertuju pada sebuah gaun yang ada di pojok kamarnya. Dia baru melihat gaun itu sebab tadi siang tidak melihatnya sama sekali.

Tunggu. Bukan satu melainkan ada dua gaun yang tergantung di pojok kamarnya. Alekta semakin ingin tahu sebenarnya ada apa ini, apakah akan ada pesta malam ini.

Begitu banyak pertanyaan dalam hatinya tetapi dia tidak berhasil menemukan jawabannya. Jika bertanya pada Casandra, dia pun tidak akan mendapatkan jawabannya.

Terlihat Casandra berjalan keluar dari kamar mandi. Dia terlihat begitu segar, pemandangan ini sudah biasa bagi Alekta.

Sebab Casandra sering menginap dan membersihkan diri di sini. Sehingga dia memiliki beberapa barang miliknya di dalam kamar Alekta.

"Apa aku cantik, Sayang? Cepat bersihkan dirimu! Kita harus mulai bersiap!" ucap Casandra dengan sedikit gurauan.

"Katakan dulu ada apa sebenarnya? Aku tidak akan membersihkan diri sebelum kamu jawab pertanyaanku!" tukas Alekta.

"Nanti aku ceritakan, seorang bersihkan dirimu terlebih dahulu!" timpal Casandra.

Alekta pun beranjak, dia langsung berjalan menuju kamar mandi. Dengan semua kebingungan yang ada dalam benaknya.

Dia kembali teringat kembali akan Caesar, senyumnya muncul di kedua ujung bibirnya. Berharap jika malam ini dia bisa melihatnya.

Rutinitas membersihkan diri pun selesai, Alekta membuka pintu kamar mandi dan berjalan keluar. Terlihat Casandra sudah mengenakan gaunnya, dia terlihat sangat cantik.

Terdengar suara ketukan pintu kamar, Casandra pun berjalan mendekat pada pintu kamar lalu membukanya.

"Masuk, Bu." Casandra berkata sembari membuka lebar pintu kamar.

"Belum dandan saja sudah cantik, bagaimana kalau sudah dandan." Ibu Angela berkata pada Casandra sembari melangkah masuk kedalam kamar.

"Bu, sebenarnya ada apa ini? Apa akan ada pesta? Mengapa semuanya begitu merahasiakannya dariku?" pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan pada sang ibu.

Angela hanya tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan putrinya itu. Dia belum bisa menjelaskan apa yang akan terjadi malam ini.

"Bersiap dulu, sebentar lagi para tamu undangan akan tiba. Ibu berharap putri kesayangan ini tidak membuat kecewa pria dan wanita tua ini," imbuh Angela.

"Bu...,"

Angela berjalan menuju gaun yang masih tergantung di pojok kamar. Dia mengambilnya lalu menyuruh Alekta untuk segera bersiap.

"Bersiaplah, Ibu akan menunggu kalian di bawah. Ibu sayang kamu," Angela berkata lalu berjalan keluar kamar.

Alekta menatap kepergian ibunya lalu tatapannya kembali mengarah pada Casandra. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Jangan bertanya lagi padaku!" ucap Casandra sembari menutup pintu kamar.

Helaan napas panjang Alekta terdengar oleh Casandra. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kali ini sebab ini adalah hal yang terbaik untuknya.