Hari tampak cerah karena musim penghujan telah berlalu, Anna tampak sudah rapi, seperti hari-hari sebelumnya ia akan pergi kemakam untuk membersihkannya dan mengganti bunga. Ia berjalan dengan tenang dikomplek perumahan yang sepi, tak ada yang perlu ditakutkan karena selalu ada pos penjagaan disetiap persimpangan komplek untuk menjamin keamanan setiap penghuni.
Bougenvil Residence itulah nama komplek perumahan yang akan ditemui setiap orang yang akan memasuki gerbang komplek yang menjulang tinggi, dikota D komplek ini adalah komplek yang di huni oleh pengusaha dan pejabat yang ada dikota tersebut, tidak heran jika penjagaan sangat ketat, dan tamu yang datang harus meninggalkan kartu identitas sebagai jaminan, tidak peduli seberapa kaya dan setinggi apa jabatan mereka, peraturan tetaplah peraturan yang harus dipatuhi. Itu sebabnya keamanan selalu terkendali.
*******
"Fateh, hari ini aku tidak bisa bersamamu lebih lama, aku harus mengunjungi rumah kita, setelah kepergianmu hingga sekarang, aku belum melihat kondisinya, pasti sangat berdebu dan kotor dengan banyaknya sawang laba-laba," Ucapnya sembari menabur bunga dimakam itu.
Biasanya Anna tidak akan pernah membersihkan rumah karena Fateh tidak mengizinkannya melakukan itu, Fateh hanya ingin Anna menikmati hari tanpa di sibukkan dengan pekerjaan rumah yang akan membuat Anna lelah meskipun ia senang mengerjakannnya.
Anna membersihkan area makam sambil bercerita banyak hal pada gundukkan tanah yang baru di beri batu nisan dengan bertuliskan nama Fateh di sana yang terpahat rapi.
"Aku pergi dulu." Pamitnya pada makam itu.
Setelah menutup mata untuk membaca do'a ia lalu mencium lembut batu nisan untuk menyalurkan rasa sayang dan rindunya pada sosok yang sudah terbaring damai lebih dari 3 bulan yang lalu.
Saat Anna melangkahkan kakinya keluar pintu masuk makam, perhatiannya sedikit teralih pada sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di sana, mobil yang sebelumnya tidak pernah ia lihat. Ingat akan tujuannya, tanpa ingin tau siapa orang yang berada didalam mobil, Anna langsung berbalik dan ingin pergi sebelum suara seseorang mengintrupsinya.
"Nona, saya ditugaskan tuan besar untuk mengantar kemana pun anda pergi hari ini." Anna menoleh kesumber suara dan mendapati pak Santoso, supir paruh baya yang selalu tersenyum hangat padanya, pak Santoso supir pribadi ayah mertuanya yang telah mengabdi pada sang ayah lebih dari 30 tahun.
Anna hanya menjawab dengan anggukan dan sesegara mungkin supir itu membukakan pintu belakang untuk nona mudanya ini dengan membungkuk sopan. Ayah mertuanya selalu saja tau apapun yang akan Anna lakukan, oleh sebab itu ia meminta supirnya untuk menemani Anna, karena ia tau Anna tidak akan mengatakan apapun padanya.
"Silahkan nona." Ucapnya, Anna langsung masuk kedalam mobil dan berlalu dari tempat itu, tanpa ia sadari ada sepasang mata setajam elang yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
********
Seorang pria gagah terlihat berdiri didepan makam yang bertuliskan nama M. Fateh Al-Ghifary. ia menatap lama nama itu dengan fikiran yang menerawang jauh saat pertama kali ia bertemu dengan pria ini, pria yang dengan gigih memaksanya untuk bertukar kehidupan dengannya, pria yang mempercayai bahwa ia mampu menjaga orang yang paling dicintainya.
Entah ia harus merasa bersyukur atau sebaliknya karena telah bertemu dengan pria keras kepala yang membuatnya memiliki kesempatan kedua untuk hidup. Tidak pernah terfikirkan sedikit pun olehnya akan terlibat dengan orang asing yang pada akhirnya terikat dalam takdir.
"Aku datang untuk menepati janji," ucapnya tenang tapi suaranya terdengar seperti melodi yang indah dalam keheningan. Ia menaruh seikat besar bunga segar yang telah ia bawa, dan meletakkannya dikepala nisan. Menutup mata sejenak untuk berdo'a.
Ia bukanlah penganut agama yang taat, tapi ia yakin setiap kehidupan yang telah berakhir akan memulai kehidupan abadi di alam yang selamanya menjadi rashasia milik Tuhan.
*****
Tuan Zakaria telah kembali menyibukkan diri dengan berkas-berkas pekerjaan yang telah ia tinggalkan tiga bulan lebih lamanya, begitupun dengan Fitra dan juga Fania yang telah kembali sibuk kepada pekerjaan, serta istrinya yang menyibukkan diri untuk kembali kekegiatan amal seperti biasa, meski duka masih menyelimuti mereka. Tapi mereka tidak ingin Tuhan marah terhadap kesedihan yang berlarut.
Keluarga Anna juga telah kembali pada aktifvitas masing-masing meski beban pikiran mereka masih terus menghantui, tapi ada tanggumg jawab yang harus mereka penuhi dalam pekerjaan. Waktu akan memperbaiki semua keadaan dan mereka percaya itu.
Waktu tidak akan bisa berputar kembali atau berjalan lebih cepat meski mereka berduka dan menangis setiap hari, yang Tuhan inginkan hanya ikhlas dan menjalani apa yang telah ia gariskan kepada setiap makhluk yang bernyawa.
Tuan Wijaya mendapat kabar dari besannya kalau hari ini pria yang telah lama mereka tunggu akan datang malam ini. Pria yang akan membawa anak bungsunya kedalam hidup yang berbeda, hidup yang lebih baik adalah do'a dalam setiap sujud malamnya, ia berharap pria ini bisa menjadi obat penyembuh luka terbaik seperti harapan almarhum suami Anna dan tentu saja mereka.
Putri kecil yang selalu menjadi sumber kebahagiaannya, yang selalu menjadi prioritas keluarga, putri kecil yang tidak pernah merasakan duka dan airmata, putri yang selalu ia jaga lahir dan batinnya. Tuan Wijaya dan seluruh keluarga yakin bahwa Anna akan mendapat hadiah dari Tuhan yang sangat indah. Hadiah yang tidak akan mampu ia berikan sebagai manusia.
Anna tidak mengetahui jika hari ini adalah hari yang paling menakutkan dalam hidupnya. Ia hanya berharap bahwa ada keajaiban jika hari ini tidak akan pernah datang, tapi sepertinya kali ini do'a Anna tidak akan dikabulkan, karena Tuhan telah menyiapkan jalan cerita yang akan mengantarkan Anna mendapatkan apa yang selama ini ia harapkan dalam hidupnya. Cara Tuhan adalah cara yang terindah yang tidak akan mampu bisa ditebak manusia.
*******
"Kita sudah sampai non," ucap pak Santoso yang mengembalikan Anna dari lamunannnya.
Anna menoleh kerumah berlantai dua itu dari kaca mobilnya, ada ketakutan dalam dirinya untuk masuk dan melihat seluruh kenangan Fateh yang tertinggal.
Rumah ini bukanlah rumah yang mewah seperti rumah mertua dan ayahnya, tapi juga tidak bisa dibilang sederhana, rumah ini terlihat pas untuk mereka berdua dengan ekonomi yang stabil. Karena sedari awal mereka ingin membangun istana dengan kerja keras mereka berdua.
Fateh memiliki penghasilan yang lebih dari cukup dari perusahaan tempat ia bekerja sebagai kepala IT. Dan Anna yang tidak diizinkan Fateh bekerja setelah menikah membuatnya harus pintar mengelola uang yang Fateh berikan.
Rumah ini berada ditengah kota dengan akses mudah untuk kemanapun, rumah ini Fateh beli dengan harga murah lewat salah seorang temannya yang butuh uang saat itu, rumah ini dulu tidak semenarik sekarang, Fateh banyak melakukan renovasi yang sesuai selera Anna, karena ia ingin Anna nyaman dan bahagia kala ia ditinggal sendiri untuk bekerja.
Anna bukan wanita yang suka pergi dengan teman untuk menghabiskan waktu yang tidak berguna menurutnya, lagi pula ia tidak memiliki banyak teman sedari dulu. Jadi Fateh harus membuat kenyamanan yang terbaik untuk istri tercintanya itu.
Meski ini bukanlah komplek mewah, tapi keamanannya sangat terjaga dengan Fateh memenuhi rumah itu dengan teckhnologi tinggi, setiap sandi yang rumit untuk diretas, dan dia langsung menyambungkan cctv rumah keponselnya, dengan begitu ia bisa memantau Anna saat ia sedang berada diluar rumah.
Tetangga mereka terdiri dari pasangan muda sama seperti mereka, disibukkan dengan pekerjaan membuat mereka jarang bertemu atau bertegur sapa, bahkan Anna tidak mengenal tetangga disebelah rumahnya, bukan ia tidak bersosialisasi, tapi memang ia lebih senang menyendiri atau menghabiskan waktu bersama kakak-kakaknya jika Fateh lembur atau sedang tugas keluar kota.
Anna menarik nafas pelan dan keluar dari mobil tanpa menunggu pak Santoso membukakannya, dengan langkah pelan dan berat ia mencoba memberanikan diri, saat akan memasuki rumah, ponsel dengan nada dering 'you are my sunshine' berdering dengan nyaring dan menampilkan nama 'mama mertua' sebagai pemanggil.
"Halo, Anna." Panggil orang di sebrang sana saat Anna telah menekan lambang telpon berwarna hijau dan mendekatkan benda itu ketelinganya serta dalam diam membiarkan orang disebrang sana bicara maksud dari ia menghubungi Anna. Suara ini milik mama mertuanya, suara yang dulu selalu ia harapkan memanggil lembut namanya seperti sekarang.
"..." Anna,
"Anna, kamu disana, kamu dengar mama sayang?" tanya suara itu dengan nada khawatir.
"...."Lagi-lagi Anna tidak menjawab.
Anna memejamkan matanya saat mama mertuanya memanggilnya dengan sebutan 'sayang', sebutan yang ia fikir tidak akan pernah ia dapatkan.
Setelah lama diam tanpa menjawab mamanya yang terus memanggilnya, "ya," jawab Anna pada akhirnya.
"Segeralah pulang, kita akan kedatangan tamu, kamu harus sudah ada dirumah sebelum makan malam."
Deg!
Jantung Anna berdetak hebat, ia merasakan firasat buruk kali ini, firasat yang mengatakan ia tidak akan bisa lari kemanapun lagi. Ini sungguh menakutkan, sekeras apa ia mencoba tenang dan dingin tapi pasa kenyataannya ini membuatnya menggigil ketakutan.
'Tuhan tolong aku' rapalnya dalam hati.
"Anna."
"..." Anna
"Anna, kamu dengar mama?" Tanya mertua Anna dari sebrang telpon.
"....." Lagi-lagi Anna tidak menjawab.
"Anna, jawab mama jangan seperti ini."
"Anna kam-"
Anna memutuskan sambungan telpon itu tanpa menjawab dan tidak menghiraukan lagi ponsel yang kembali terus berdering.
'Ya Tuhan berilah aku harapan bahwa ini tidak seperti yang aku fikirkan.' Jerit batin Anna yang merasakan takut luar biasa.
Membuat langkahnya tidak jadi masuk kedalam rumah yang menjadi tujuan awalnya hari ini. Ia berbalik menuju supir yang menunggunya, ia mengatakan akan pergi kesuatu tempat dan tidak ingin diantar.
Supir yang berusaha membujuk pun hanya pasrah saat nona mudanya sudah memesan taksi online melalui ponsel, lalu pergi begitu taksi itu tiba tanpa memperdulikan tawarannya, nona mudanya benar-benar telah berubah menjadi asing. Sedangkan Anna membutuhkan waktu sendiri sekarang dan tujuannya adalah tempat yang mereka tidak ketahui.