Maria Lucille, 24 tahun, status saat ini bekerja sebagai bagian finansial di salah satu perusahaan yang tidak begitu besar. Kalau hidup berputar seperti alur cerita sebuah novel, Maria mungkin sudah menikah dan memiliki seorang bayi menggemaskan. Kalau genrenya mainstream, Maria sudah melarikan diri dengan bayinya karena ternyata suaminya adalah ketua mafia yang benci anak kecil....
Tentu saja, karena hidup ini berjalan tanpa tekanan, Maria menjalani hidupnya dengan normal. Sekalipun dia cantik, manis, dan tubuhnya melengkung selayaknya biola, menunggu drama seberapa lama pun tak kunjung datang. Kenapa? Banyak kriteria serupa Maria yang sudah lebih dulu mem-blok pria tampan dengan tipe ksatria dan playboy. Yang tersisa untuk Maria yang kini bekerja sebagai pekerja kantor hanyalah atasan menyebalkan yang kadang 'tidak sengaja' sentuh sana sentuh sini.
Maria rasa ada yang salah dengan deskripsi alur hidupnya. Kenapa hidupnya 24 tahun ini justru terdengar seperti kisah pemeran figuran yang tidak penting sama sekali? Kematian dan keberuntungannya seperti tidak ada pengaruhnya dengan jalan cerita novel--tapi sekali lagi ini dunia nyata.
"Sialan, si Surya lagi-lagi cari kesempatan." salah satu teman kerjanya yang kini tengah memulas kembali make-up nya menggerutu di depan cermin. Maria melirik Eka, perempuan yang sama mencolok penampilannya ini tergolong lebih berani. Karakternya kuat, tubuhnya sensual, dan kalau ada yang berani sinis, dia tidak takut balas menindas. Kalau kedua wanita ini jalan bersisian, pria akan mendiskusikan tipe perempuan mana yang paling cocok dengan selera mereka, Eka biasanya mendapatkan suara lebih unggul meskipun Maria juga sama populernya. Tapi karena karakternya yang lembut, jarang ada orang yang berani mengambil langkah frontal.
"Maria, jangan sampai kamu dekat-dekat dengan Surya, oke? Kalau kebetulan kalian satu ruangan dan cuma berdua, langsung melarikan diri." tak merasa bersalah sekali pun Eka menyebut nama atasannya tanpa hormat. Maria yang mendengarnya mengangguk setuju. Baginya, apa yang Eka katakan adalah kepercayaan. Siapa pun yang keluar dari mulut Eka dengan ulasan jelek artinya orang itu buruk untuk di dekati. Maria sekali pun lemah dalam menilai kepribadian seseorang, bisa dibilang beruntung karena tidak sekali pun terjerumus dalam perhitungan orang-orang culas. Bakatnya dalam menghindari masalah tidaklah buruk.
Semua itu tentu saja karena Eka. Sebelum orang berani mengambil langkah, Eka akan lebih dulu jadi perisai. Maria dan Eka sudah saling kenal sejak zaman sekolah dasar. Tidak disangka SMP, SMA, kuliah, bahkan sampai tempat kerja pun mereka bersama. Maria harap kalau Eka adalah pemeran utama, dia tidak akan jadi penghalang baginya. Keduanya memiliki kekuatan untuk berkorban demi satu sama lain, namun tidak ada yang menyatakannya dalam kata-kata. Sekuat itu ikatan mereka, bahkan saudara kandung pun kalah.
Orang bilang hubungan antara teman perempuan itu dangkal, kalah hanya dengan tarikan lelaki, tapi mereka bukan teman biasa.
"Omong-omong aku ada acara sepulang kerja. Kamu mau ikut?" tanya Eka. Setelah memastikan kedua ekor eyelinernya setara, dia melirik Maria yang sejak tadi membaca komik romantis lewat ponselnya.
"Acara apa?"
"Kencan." mata cokelat Eka berkelip senang. Tentu saja, setiap kencan buta yang di rancang Eka bukan acara sembarangan. Pertama, tidak melibatnya orang satu kantor. Kedua, orang yang mengikuti acara ini sudah melewati saringan. Bukan bajingan, bukan penipu, dan yang utama, tidak terikat hubungan dengan siapa pun. Memikirkan Eka yang EQ-nya menandingi seorang idol, Maria tidak merasa terbebani untuk ikut bergabung. Meski pun alasan terbesarnya hanya untuk menemani sahabatnya. Eka bukan satu-satunya yang ingin menjaga sahabatnya dari serigala.
"Oke,"
"Bagus. Aku ada kerjaan sampe jam tujuh. Jam delapan acaranya mulai."
Karena hari itu akhir minggu, lembur tidak dapat di hindari. Tapi yang bagusnya adalah, besok mereka libur.
"Aku mungkin selesai jam enam. Aku tunggu di kost-anku?"
"Oke, oke."
Keduanya sepakat untuk menciptakan cinta satu malam yang sempurna.