Cicit burung yang bertengger di kabel listrik berbunyi merdu. Sinar matahari masuk malu-malu dari balik gorden berwarna cyan, mengetuk mata Maria yang masih terpejam. Perempuan itu bergerak, berusaha mengusir sinar yang mengganggu retina di balik kelopak matanya. Tiba-tiba sesuatu menghalagi cahaya itu masuk, membuat Maria sekali lagi lelap dalam dekapan.
Damon bangun perlahan, bergerak ke dapur, sambil menggumamkan nada tanpa lirik, tangannya sibuk bergerak menyiapkan hidangan pagi itu. Sudah jelas pagi itu mood-nya baik. Rasanya seakan keberuntungan menghujaninya sejak semalam.
Dalam tidurnya, Maria hanya mengingat kenikmatan dan kenyamanan yang dia rasakan. Dia merasa semalam dia berendam di dalam air hangat, bajunya juga harum detergen, membuat Maria semakin tidak ingin untuk bangun. Tapi aroma masakan dari dapur mengetuk kesadarannya, membuatnya sadar kalau ada orang lain yang bersamanya....
"Damon?!" Maria tersentak bangun, kemeja longgar yang dikenakannya merosot sampai ke bahu, rambut panjangnya yang lembut jatuh dari bahu ke punggungnya.
"Mencariku?" Damon masuk ke kamar hanya dengan celana selutut, di tangannya ada nampan berisi dua potong roti panggang, telur dan sosis goreng. Segelas susu dan secangkir kopi di sisihkan ke meja tepi ranjang lebih dulu.
"Lapar?"
Sebelum menjawab, gemuruh pelan terdengar dari perut Maria. Damon tertawa senang, duh, bahkan gemuruhnya pun terdengar menggemaskan.
"Selamat pagi." Damon mengecup pipi Maria lalu duduk disisinya.
"Kamu- masih disini..." tidak menyadari kata kau-jadi-kamu.
"Tidak suka?" sambil mengobrol, Damon tidak membiarkan Maria makan dengan sendirinya. Satu garpu digunakan untuk makan bergantian sampai hidangannya habis.
"Tidak, aku se-senang, kok."
"Baiklah, aku tahu." Damon mengusap rambut Maria lalu membiarkannya menghabiskan susu, sebelum menepikan bekas makan dan ikut bergabung dalam selimut.
"Tidur lagi, semalam kamu menangis lama sekali."
Candaan itu dibalas pukulan kecil. Damon tertawa, membuat Maria merasakan langsung getarannya lewat dada pria itu.
"Siang ini.. hm.. mau nonton?"
"Ah?" Maria menengadah.
"Kenapa? Setelah menarikku seperti ini, jangan bilang kamu ingin melupakannya?"
"Ma-mana mungkin." dia hanya tidak menyangka Damon akan mengusulkan kencan siang hari. Tentu saja, Maria menyukainya. Sudah lama dia memimpikan kencan berdua yang manis bersama kekasihnya. Dulu dia hanya bisa membayangkan, kini Maria ingin mewujudkannya. Lupakan soal tokoh utama, kalau jadi pemeran sampingan bisa sebahagia ini, Maria tidak keberatan.
"Aku ingin pergi ke Taman Nasional,"
"Emm, oke. Taman Nasional tutup jam sembilan malam, dan katanya akan ada acara meriah."
"Benarkah?"
"Yup." Keduanya bertukar kata, Maria dalam dekapannya, Damon tak berhenti mengusap dan sesekali mengecup rambut Maria.
Damon, sebenarnya, lebih berharap supaya mereka berdua bisa duduk diam berdua di rumah saja. Kalau bisa dia ingin mengulang kegiatan semalam... hm... tapi tidak boleh. Kesayangannya sudah berusaha dengan baik, dan Damon ingin membuatnya senang tidak terbatas pada hal-hal demikian. Dia ingin hubungan ini berlanjut dan berlangsung untuk waktu yang lama.