Keesokan harinya, Fitri kembali melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Meskipun suasana hatinya sedang sedikit kacau, namun dia tidak mau berlarut dalam kondisi seperti itu. Dia sengaja mencari kesibukan lebih, dengan mendownload beberapa video pembelajaran dari youtube, agar bisa mengalihkan perhatiannya kepada sesuatu yang lebih bermanfaat.
Ketika tengah khusyuk dengan laptopnya, tiba-tiba Nara membuyarkan konsentrasinya.
"Khusyuk banget sih, lagi nonton apa tuh?" Sambil menepuk bahu Fitri.
"Lagi nonton video pembelajaran buat nanti di kelas. Videonya bagus banget, bisa bantu pemahaman anak-anak".
"Owh. Kamu nggak makan snack? Itu di meja banyak." Sambil menunjuk pada meja yang berada tidak jauh dari meja kerja Fitri.
"Enggak ah, aku lagi males makan". Jawab Fitri sambil tetap fokus pada video yang dia tonton.
"Hmmm... Ya udah kalau gitu aku tinggal dulu ya?" Ucap Nara.
"Oke" Dengan singkat Fitri menjawab, namun matanya tetap fokus pada video yang dia tonton.
"Hmmm kamu ga bisa nyembunyiin suasana hatimu saat ini dariku Fitri. Aku tau saat ini suasana hati kamu sedang tidak baik". Lirih Nara dalam hati, sambil berlalu meninggalkan Fitri.
***
Di sekolah yang berbeda, Hasbi sedang sibuk mengajarkan siswa kelas XI SMK tentang cara membuat logo menggunakan design grafis. Setelah mendengar penjelasan Hasbi, para siswa diberi waktu satu jam pelajaran untuk mempraktekannya. Selesai mengerjakannya, mereka menyimpan hasil kerjanya di komputer masing-masing, lalu meninggalkan lab.
Hasbi memeriksa pekerjaan siswa-siswinya satu per satu dengan telaten. Ketika tengah sibuk memeriksa, tiba-tiba hp berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Hasbi mengabaikannya dan kembali fokus pada penilaian. Selang tiga menit kemudian, hp-nya kembali berbunyi. Akhirnya Hasbi menghampiri meja kerja dan mengambil hp tersebut. Dia melihat nama yang muncul di layar hp.
Sambil mengerutkan kening Hasbi berkata sendiri "Akbar? Tumben dia nelpon". Tanpa berfikir lagi, Hasbi langsung mengangkat telpon dari sahabatnya itu.
"Assalamu'alaikum, gimana kabarmu Bar? Tanya Hasbi.
"Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah sehat. Kamu sehat?" Akbar balik bertanya.
"Alhamdulillah aku juga sehat. Tumben kamu nelpon, ada apa nih?" Tanya Hasbi sedikit penasaran.
"Kamu lagi sibuk ga?"
"Lagi meriksa tugas anak-anak. Tapi dikit lagi juga selese. Emang ada apa?"
"Hmmm sebenernya ga enak bicara lewat telpon. Tapi, gimana ya?" Akbar bingung sendiri.
"Emang ada apa sih Bar? Ngomong aja, ga usah kaya orang yang bingung gitu deh. Biasanya juga to the point kan kalau kamu ngomong?"
"Hasbi aku bener-bener minta maaf sama kamu. Aku telah mengenalkan orang yang salah sama kamu."
"Maksud kamu?"
"Risa bukan orang yang tepat buat kamu. Dia memang sepupu aku tapi kamu juga sahabat baikku."
"Kok tiba-tiba kamu ngomong gitu? Ada apa sih? Coba bicara yang jelas, biar aku ngerti."
"Risa telah memiliki hubungan dengan cowok lain. Kemarin aku pergoki dia sedang jalan berduaan sama cowok. Awalnya, aku kira cowok itu kamu. Tapi aku ga yakin, karena mereka begitu mesra. Sedangkan kamu, aku tau betul kamu tidak pernah bersikap begitu sama Risa. Akhirnya aku samperin mereka. Ternyata cowok itu mantan pacar Risa dulu."
"Kamu serius Bar?" Dengan kaget Hasbi kembali bertanya.
"Aku serius Bi. Bahkan aku sempet marah sama dia."
"Oh gitu ya". Hasbi hanya menjawab sekenanya. Lalu menghela nafas panjang. Saat ini keadaan hatinya sudah mulai kacau. Tiba-tiba suasanapun menjadi hening.
"Bi, kamu masih disitu?"
Masih hening. Yang ditanya tidak menjawab, tapi telpon masih dalam kondisi aktif.
"Hasbi? Bi? Kok ga jawab sih? Kamu masih dengerin aku kan? Kamu baik-baik aja kan?"
"Iya aku masih disini. Denger orang yang kita kasihi selingkuh mana ada yang namanya baik-baik aja Bar." Jawab Hasbi lirih sambil menahan kesedihannya.
"Duh aku jadi nggak enak udah bikin suasana hati kamu ga baik. Tapi kalau aku ga bilang, aku ngerasa bersalah sama kamu, karena aku yang ngenalin dia sama kamu. Maafin aku ya Bi?" Terdengar nada bicara yang penuh penyesalan dan penuh rasa bersalah keluar dari mulut Akbar.
"Ya udah Bar ga usah diperpanjang. Makasih kamu udah ngasih tau aku. Makin cepet aku tau, makin mudah juga buat aku untuk mengikhlaskannya. Kalau memang itu pilihan dia, aku rela. Mungkin aku belum bisa menjadi seperti yang dia inginkan." Sesal Hasbi.
"Sekali lagi maafin aku ya udah ngenalin kamu sama orang yang salah. Padahal kamu itu orang baik. Aku bener-bener ngerasa ga enak sama kamu."
"Sudahlah Bar, kamu ga usah ngerasa ga enak gitu. Ini bukan salah kamu. Ini hanya antara aku dan Risa aja. Makasih kamu udah mau terbuka sama aku." Ucap Hasbi dengan nada bicara yang hambar.
"Sekali lagi maafin aku ya Bi. Jangan sampai persahabatan kita memburuk gara-gara kelakuan sepupu aku yang sangat memalukan itu".
"Ya nggak lah Bar. Kata aku juga, itu hanya antara aku dan Risa. Kamu sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Semua terjadi atas izin Allah." Hasbi mencoba bicara bijak, meskipun saat ini hatinya benar-benar sakit karena merasa sudah dikhianati.
"Aku doain semoga kamu mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari Risa secepatnya. Cowok baik sepertimu pasti akan mendapatkan cewek yang baik juga. Aku yakin itu."
"Aamiin. Doain aja ya sama kamu".
"Pastinya Bi". Ucap Akbar mantap. Lalu sambungan telpon terputus.
Setelah obrolan mereka berakhir, kedua mata Hasbi mulai berkaca-kaca. Tidak dipungkiri, kenyataan yang dia dengar tadi telah berhasil mengoyak hatinya.
"Ya Allah... Apa ini jawaban dari istikharah ku tadi malam? Secepat itukah Engkau menunjukkannya padaku? Sungguh, aku belum punya persiapan dengan kenyataan ini. Hatiku sakit Ya Allah. Tapi jika ini yang terbaik menurut Engkau, aku akan coba ikhlas menerimanya". Buliran air mata telah menggenangi kedua bola mata Hasbi. Tidak mau siapun melihat sisi rapuhnya, Hasbi segera menyeka air matanya. Menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan perlahan, mencoba menenangkan kembali hati dan fikirannya.
Dengan fikiran yang masih sedikit terbagi, Hasbi kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia kembali memeriksa beberapa tugas siswa yang tadi belum selesai. Namun, keobjektifannya kini sedikit menurun. Akhirnya, Hasbi meninggalkan pekerjaannya dan segera menghampiri kran wudhu yang ada di masjid. Dia bermaksud membasuh mukanya agar segar kembali. Setelah benar-benar merasa tenang, dia kembali ke lab untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Seharian ini jadwal Hasbi hanya di lab komputer. Rupanya dia sudah benar-benar fokus kembali pada kegiatannya. Di jam terakhir, Hasbi memberikan materi pelajaran dengan penuh semangat. Para siswa menyimak dengan sangat antusias. Setelah Hasbi selesai memberikan penjelasan disertai dengan contohnya, para siswa langsung mempraktekkannya. Diikuti dengan koreksian dari Hasbi.
Tak terasa bel pulang sudah berbunyi. Hasbi dan para siswa segera mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama.