Chereads / Haruskah Kembali? / Chapter 10 - Menjadi Asdos

Chapter 10 - Menjadi Asdos

Hari ini cuaca agak sedikit mendung. Tepat pukul 07.30 Hasbi sudah sampai di sekolah. Pada waktu yang bersamaan, bel masuk pun berbunyi. Hasbi langsung menuju lab komputer. Dia mulai sibuk dengan berbagai aktivitasnya sebagai guru mata pelajaran Tekhnik Komputer Jaringan. Kesibukannya sedikit banyak berhasil mengalihkan kesedihannya dari patah hati.

***

Di Tempat lain, yaitu di Boarding School tempat Fitri mengabdikan diri, Fitri sedang khusyuk memeriksa lembar jawaban ulangan harian siswa-siswi kelas X. Di tengah Kesibukannya, tiba-tiba Hp Fitri berdering. Dia segera mengambil Hp yang tergeletak di samping tumpukan buku paket. Dah Fitri mengkerut melihat nomor baru memanggilnya. Berfikir sejenak, lalu dia memutuskan untuk menerima panggilan masuk tersebut.

"Assalamu'alaikum, benar ini dengan Fitri Nur Aulya?" Suara seorang pria di sebrang sana mulai terdengar.

"Wa'alaikumsalam, iya betul. Maaf ini dengan siapa? Ada yang bisa saya bantu?" Fitri menjawab sambil balik bertanya penuh rasa penasaran.

"Fit, kamu udah nggak kenal sama suara aku ya?" Orang tersebut bertanya berharap Fitri segera mengenali suaranya.

Fitri :"Hmmm... maaf dengan siapa ya? Dari suaranya sih nggak asing, tapi siapa ya?" Fitri tampak berfikir mengingat-ngingat suara pria tersebut yang memang mulai terdengar tidak asing di telinganya.

"Ini aku Fit, Irwan, temen sekelas kamu di perkuliahan dulu. Orang yang selalu ingin kamu kalahin tapi ga berhasil mulu, hahaha..." Nada meledek Irwan mulai terdengar.

"Ya Allah... Itu kamu Ir? Pantes aja aku ngerasa nggak asing sama suaranya. Oh ya gimana kabar kamu? Tumben kamu telpon aku. Ada sesuatukah hingga kamu nelpon aku?" Fitri mulai antusias setelah menyadari pria itu sahabat baik sekaligus saingan sengitnya di kelas dulu.

"Alhamdulillah sehat Fit. Hmmm sebenernya aku nelpon kamu ada perlu". Irwan mulai kembali menunjukkan nada bicara yang serius.

"Ada perlu apa nih? Aku jadi penasaran." Fitri merasa heran dan mulai serius menanggapi.

"Aku punya tawaran bagus lho buat kamu." Irwan tidak langsung pada intinya, tetapi sengaja mengundang antusiasme Fitri dulu.

"Hah tawaran bagus? Tumben, emangnya apa yang mau kamu tawarin ke aku?" Fitri kini sepenuhnya terpancing.

"Kamu masih ingat dosen kita dulu Pak Emanuel?" Tanya Irwan.

"Dosen mata kuliah Pengantar Bisnis? Ya aku masih inget baiklah, beliau kan dosen favorit aku. Terus apa hubungannya sama aku?" Fitri kini merasa heran.

"Kamu kan dulu murid kesayangan beliau tuh. Nilai-nilai kamu selalu bagus, secara kemampuan kamu paling hebat dalam mata kuliah beliau. Hanya di mata kuliah itulah kamu berhasil ngalahin aku, hahaha..." Ceplos Irwan sambil tertawa ngakak.

"Aih... kamu telpon aku hanya untuk ngejek aku? Fitri mulai sebal.

"Jiahaha... Becanda neng."

"Tapi omongan kamu ada benernya juga sih, hehehe". Ucap Fitri sambil cengengedan membenarkan omongan Irwan.

"Ehem. Sekarang aku serius nih" Sambil berdehem Irwan mulai kembali serius "Nah, mau nggak kamu jadi asistennya beliau?"

"Hah gimana ceritanya kamu tiba-tiba minta aku jadi asistennya beliau?" Fitri menunjukkan sikap keterkejutannya.

"Bapak Imanuel akhir-akhir ini sibuk Fit, karena kampus kita membuka cabang baru di Sukabumi. Beliau juga disana dipercaya dalam proses pengembangan kampus. Jadi kadang beliau absen ngajar di sini. Kami sih udah berencana untuk menambah dosen lagi, tapi sampe saat ini belum dapat yang sesuai kriteria kampus. Terus waktunya mepet, bener-bener lagi butuh cepet. Tolonglah bantu kampus kita ini Fit." Ucap Irwan dengan sedikit memohon.

"Hmmm aku ga yakin Ir. Lagian aku ini cuma lulusan S1, masa iya jadi asdos. Takut kalah pinter ah dari mahasiswa. Nanti aku yang malu sendiri." Fitri tampak ragu.

"Selama ini kan belum ada syarat akademis untuk asdos itu harus lulusan S2 atau S3. Berarti sah-sah aja kamu jadi asdos. Lagian ini semua Pak Emanuel sendiri yang minta. Beliau yakin banget sama kemampuan kamu. Kita pun sebagai tim manajemen kampus sama yakinnya dengan beliau. Tolong bantu kami ya Fit, please...". Pinta Irwan kembali memohon.

"Kamu beneran yakin sama kemampuan aku?" Fitri menuntut jawaban dari Irwan atas ketidakpercayadiriannya.

"Kalau nggak yakin mana mungkin aku minta sama kamu Fitriiii. Jadi mau ya?" Jawab Irwan dengan penuh yakin.

"Hmmm... Aku masih belum yakin dengan kemampuanku Ir. Gimana kalau aku pertimbangin dulu sambil nginget-nginget materi perkuliahan yang dulu udah aku dapet?"

"Tapi besok harus udah ada keputusan ya? dan keputusannya itu harus oke?" Irwan sedikit memaksa.

"Aku masih takut um, takut ilmu aku nggak..."

"Aku yakin kamu mampu Fit". Belum selesai Fitri bicara, Irwan sudah memotong.

"Iya deh nanti aku coba ngobrol dulu ya sama pimpinan yayasan. Moga aja beliau izinin". Ucap Fitri penuh harap. Gimanapun juga menjadi asdos adalah pengalaman yang sangat menarik menurutnya, yang tidak boleh disia-siakan.

"Oke. Besok aku telpon lagi ya. Assalamu'alaikum." Ucap Irwan memutus percakapan dan sambungan telponpun kini terputus.

Setelah sambungan telpon terputus, Fitri kembali mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil untuk menjadi asdos, sambil menimbang-nimbang kemampuannya sendiri. Tiba-tiba dari arah belakang Nara membuyarkan lamunanya.

"Hey bengong aja. Lagi mikirin apa sih?"

"Barusan aku dapat telpon dari temen kampusku dulu Ra. Dia nawarin aku untuk jadi asdos di kampus".

"Wah keren dong. Emang diminta ngajar mata kuliah apa gitu?" Kepo Nara.

"Pengantar Bisnis". Jawab Fitri singkat.

"Emang di fakultas Pendidikan Ekonomi ada mata kuliah itu?" Nara tampak begitu penasaran.

"Ya ada lah". Fitri kembali menjawab singkat.

"Terus udah kamu sanggupin?" Lagi-lagi Nara bertanya.

"Aku minta waktu dulu buat mempertimbangkannya. Soalnya menjadi asisten dosen kan bukan hal yang sederhana. Kalah ilmu nanti bisa dibully sama mahasiswa satu kelas lho". Ucap Fitri sambil membayangkan dirinya tengah dibully mahasiswa.

"Yaelah segitu khawatirnya. Ya jangan sampe dibully lah. Dia nelpon kamu berarti pihak kampus udah percaya sama kamu. Ga mungkinlah mereka asal nawarin, tanpa pertimbangan matang". Tandas Nara.

"Temen aku juga bilang begitu. Malah katanya dosen aku sendiri yang meminta aku untuk jadi asdosnya." Fitri menirukan yang tadi Irwan ucapkan.

"Ya udah kamu ambil aja tawarannya. Orang lain aja percaya sama kemampuan kamu. Masa iya kamu ragu dengan kemampuanmu sendiri."

"Tapi ketua yayasan kita ngizinin ga ya?" Fitri sedikit bingung.

"Ya kamu coba minta izin dulu aja. Menurutku selama jam ngajar kamu tidak bentrok dengan kegiatan kita di sini, Insya Allah pasti diizinin. Toh disana juga kamu ngamalin ilmu."

"Oke kalau gitu sepulang sekolah aku langsung ngadep beliau deh buat minta izin". Sambung Fitri.

"Nah gitu dong. Kepercayaan orang jangan disia-siain". Tutup Nara.

Sepulang sekolah Fitri menemui ketua yayasan. Dia meminta izin untuk mengajar juga di tempat kuliahnya dulu. Sesuai prediksi Nara, alhamdulillah Fitri diizinkan, dengan catatan jadwal mengajarnya harus diluar kegiatannya di yayasan itu. Fitri begitu bahagia dapat izin dari ketua yayasan.

***

Sore ini, Hasbi sedang berada di ruangan kepala sekolah. Dia dipanggil untuk mewakili sekolah mengikuti kegiatan KMD, karena selain sebagai guru produktif, Hasbi pun merangkap sebagai pembina pramuka.

KMD adalah jenjang pertama Kursus Pembina Mahir. Peserta KMD merupakan anggota dewasa Pembina dan Pandega yang akan membina peserta didik di Gugusdepan. Kegiatannya, mempelajari teori dan pengetahuan kepramukaan untuk dipraktekkan setelah KMD selesai. Setelah lulus KMD dan mendapat Ijazah, maka seseorang dapat menjadi pembina pramuka. Tujuan KMD adalah untuk memberi bekal pengetahuan dasar dan pengalaman praktis membina Pramuka melalui kepramukaan, sehingga dapat menjadi pembina pramuka yang cakap.

Kepala Sekolah :"Pak Hasbi sudah menerima undangan kegiatan KMD?"

Hasbi :"Sudah Pak".

Kepala Sekolah :"Berarti besok siap berangkat ya Pak Hasbi? Selama lima hari kan kegiatannya?"

Hasbi :"Insya Allah siap Pak. Iya kegiatannya selama lima hari dari Sabtu siang sampai Rabu siang."

Kepala Sekolah :"Segala sesuatunya telah dipersiapkan?"

Hasbi :"Insya Allah sudah Pak".

Kepala Sekolah :"Pak Hasbi masih ngebina anak-anak pramuka ya? Kalau begitu saya pulang duluan".

Hasbi :"Baik bapak, silahkan". Jawab Hasbi sambil mempersilahkan dan sedikit membungkukkan badan sebagai tanda sikap hormat.

Sepeninggalan kepala sekolah, Hasbi kembali melanjutkan aktivitasnya bersama anak-anak pramuka. Tidak lama setelah itu, kegiatan ekstrakurikuler pramuka hari ini pun berakhir. Semua siswa kembali pulang. Begitupun dengan Hasbi.