Chereads / Change To Life / Chapter 9 - 09. Hari Yang Berat

Chapter 9 - 09. Hari Yang Berat

Setelah keberangkatan Erlan, Manda memilih untuk mandi lalu membersihkan kamar Erlan yang juga kamarnya. Ia menata semua barang yang ada di kamar ini.

Saking besarnya kamar ini Manda sampai tidak sadar sudah tiga jam ia lalui begitu saja. Bagaimana tidak lama, selain kamar yang luas, barang Erlan dan Manda juga sangat banyak. Belum lagi barang lama Erlan yang memang sudah bejibun.

Manda mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah. Untung saja Erlan memiliki alat pembersih yang dapat berjalan secara otomatis, jadi ia tidak perlu menyapu atau mengepel sehingga membuat dirinya semakin lelah.

Manda yang merasa haus memilih untuk menuju dapur. "Es kayaknya enak deh," ujar Manda yang membayangkan air dingin yang dapat menyegarkan tenggorokannya.

Manda kembali disambut dengan susana sepi rumah ini. Bik Inem tadi bilang kepada Manda untuk mengurus Bunda dan setelah itu akan belanja kebutuhan rumah ini. Pak Ujang juga pasti akan menemani Bik Inem.

Manda mengambil gelas, lalu menuangkan air dingin yang begitu terlihat menyegarkan. Manda benar-benar merasa lega dan segar rasanya. "Ahh.. lega banget," ujar Manda.

Manda mengistirahatkan kembali tubuhnya di kursi meja makan. Ia sedikit memalaskan tubuhnya dengan meletakkan kepalanya di atas meja menghadap ruang keluarga dan ruang tamu.

"Enak ya tinggal di rumah ini? Sampai malas-malasan di pagi hari."

Manda menaikan kepalanya dengan cepat, ia melihat di tangga sudah berdiri sang Papa mertua. Dalam otak Manda ia berpikir, apa keringat dan wajah lelahnya kurang mencerminkan orang yang sedang kelelahan?

"Pakaian lusuh, kucel, malas. Bersyukur ada yang bisa membuatmu dipandang di keluarga ini. Jangan Kamu pikir Erlan membela mu berarti ia menyukaimu. Dia melakukan semuanya hanya demi bayi itu," ujarnya membuat hati Manda rebok seketika.

Ia sadar, ia juga tidak pernah berharap Erlan mencintainya tapi tetap saja mendengar perkataan sang mertua membuatnya dirinya sakit hati. Manda lalu menatap sang mertuanya. "Om mau Saya buatkan makanan?" tanya Manda berusaha mendekatkan diri.

Tapi sepertinya tidak berhasil.

"Saya pemilik rumah ini dan bukan Om Kamu. Sampah akan menghasilkan sampah!"

Manda langsung terdiam. Mematung dengan rasa sakit hatinya. Manda tidak pernah menyangka ada seorang laki-laki yang berucap begitu menyakitkan. Sangat sakit dan sangat tajam. Manda memegang erat gelas yang ia gunakan untuk minum hingga bergetar tangannya.

Papa Erlan melenggang pergi dan terlihat akan menuju kamar Bunda Erlan. Namun, Papa Erlan menghentikan langkahnya lalu memutar kepalanya menatap Manda. "Ingat! Setelah anak itu lahir, Saya akan mengusir Kamu dari kehidupan keluarga Saya!"

Manda menatap mata sang mertua.

"Sebentar lagi calon Erlan yang sesungguhnya akan datang. Panggil Saya Tuan!" ucap Papa Erlan dengan smirk di wajahnya. Setalah itu Papa Erlan masuk ke dalam kamar itu, meninggalkan Manda yang duduk kaku dengan perasaan terkejut.

Pyar!!!

"Non!!"

"Ya ampun Non Manda, tangan Non!"

Manda membuka matanya lalu menatap tangan kanannya yang mengepal, menggenggam pecahan gelas. Seketika itu pula, Manda langsung merasakan tangannya yang perih dan melihat darah yang mengalir hingga menetes deras ke lantai.

Bibi, pembantu rumah Erlan, langsung mengambil pecahan gelas itu. Ia terkejut melihat luka di tangan Manda. "Non! kita harus ke rumah sakit, ini dalam banget Non! bahaya!"

Tanpa pikir panjang, Bibi menuntun Manda untuk keluar menuju garasi mobil dan bertemu dengan Pak Ujang yang sedang membersihkan salah satu mobil di sana. Manda hanya diam, ia tidak mengeluarkan kata-kata sedikit pun. Manda seperti orang linglung, yang diam dan membiarkan Pak Ujang dan Bibi seperti orang kelimpungan. Tapi Manda sadar