Seperginya Sam, Naara berjalan membuka gerbang rumahnya. Dan kini ia membuka pintu rumahnya.
Sepi.
Itu yang Naara rasakan.
Gelap. Namun Naara tak berniat menyalakan lampunya. Ia terus berjalan ke lantai dua dimana kamarnya terletak. Saat ia sudah sampai di kamarnya, barulah ia menyalakan lampu kamarnya.
Naara menyimpan tas nya di atas kasur dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memandangi langit-langit kamar yang kosong itu. Perlahan matanya ia pejamkan, meresapi keadaan yang sangat hening itu.
Grrrk
Hampir saja Naara tertidur, andai saja perutnya tidak mengamuk meminta makan. Naara membuka matanya dan segera berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Hanya sebentar, Naara sudah berganti pakaian dengan baju santai. Ia meraih bajunya yang kotor terkena bola tadi pagi, lalu ia berjalan keluar kamar ke arah dapur.
Sambil menekan tombol nyala lampu, Naara memasukkan bajunya ke keranjang cucian di samping mesin cuci. Dan dengan cekatan ia membuat makan malam untuk dirinya.
Tak mewah, Naara hanya membuat mie instan campur telur dan sawi yang memang semua bahannya sudah tersedia di kulkas.
Setelah jadi, Naara membawa makanannya ke meja makan. Sambil membaca rundown yang dikirimkan anak OSIS padanya di tabletnya, Naara melahap makan malamnya dengan tenang.
Tepat saat Naara selesai membereskan bekas makannya termasuk mencuci piring, tiba-tiba pintu rumahnya terbuka menampakkan seorang wanita yang wajahnya tak lagi muda.
Naara menoleh sekilas, sadar akan wajah lelah itu, ada perasaan iba yang membuatnya mengurungkan niat untuk kembali ke kamarnya.
"Ibu dari mana?" Tanya Naara mengintimidasi.
"Ibu tadi abis main sama temen-temen ibu." Jawab wanita itu.
"Ibu udah makan?" Tanya Naara dingin namun wanita itu sadar adanya perhatian di nada bicara gadisnya itu.
"Belum." Dalam diam, senyum terukir di wajah wanita yang melahirkan Naara itu.
"Ibu mau aku masakin apa?" Tanya Naara sambil berjalan ke dapur.
"Nasi goreng kesukaan ibu aja ya. Ibu mandi dulu ya nak." Naara mengangguk dan ibunya pergi ke kamarnya.
Naara mulai memasak membuat seporsi nasi goreng lada hitam yang merupakan makanan kesukaan ibunya. Naara mempelajari cara membuat masakan itu dari neneknya saat ia masih kecil.
Lima belas menit kemudian Naara memindahkan sepiring nasi goreng itu ke dalam piring dan membawanya ke meja makan. Naara terkejut melihat ibunya sudah duduk menunggu makanannya.
"Lama ya?" Tanya Naara.
"Enggak kok. Ibu baru duduk juga. Makasih ya nak." Naara hanya bergumam dan duduk menemani ibunya, meski fokusnya pada tabletnya mengoreksi beberapa rundown pensi.
Tak ada percakapan yang terjadi antara ibu dan anak itu, hanya suara sendok yang mengenai piring yang mengisi ruangan. Bahkan suara detik jam dinding sampai terdengar saking heningnya.
"Biar Naara yang beresin, ibu istirahat aja." Ujar Naara ketika melihat ibunya hendak membawa piring ke dapur.
"Yaudah ibu istirahat ya, kamu jangan tidur kemaleman." Naara mengangguk. Sementara ia mencuci piring, ibunya kembali ke kamarnya.
Dan ketika ia selesai mencuci piring, lagi-lagi pintu terbuka menampakkan seorang pria dengan wajah lelah seusia ibunya. Naara segera mengambil tabletnya dan bergegas kembali ke kamarnya.
"Naara..." Baru saja Naara menginjak anak tangga pertama, laki-laki itu memanggilnya.
Naara berbalik menoleh pada laki-laki itu. Satu alisnya terangkat tanpa menjawab dengan suara.
"Kamu belum tidur?" Naara mengedipkan matanya agak lama.
'Ya lo liat aja gue masih bangun gini masih nanya?' Batin Naara namun yang terucap adalah lain lagi.
"Ini Naara mau tidur." Ujar Naara sambil kembali berjalan ke kamarnya.
"Lagian udah malem ngapain pulang sih, mending nginep aja sana. Alamat pagi ini bakal ribut." Gumam Naara yang tak mungkin terdengar oleh ayahnya itu.
Ya, dibalik sifat ceria Naara di sekolah, ada kegelapan yang ia sembunyikan di rumahnya. Keluarganya tidak harmonis, ayahnya yang selalu sibuk dengan pekerjaan, dan ibunya yang kesepian mengalihkannya dengan sering bermain dengan teman-temannya layaknya anak muda.
Naara yang merasa kesepian karena keluarganya, akhirnya memilih menyibukkan diri dengan OSIS. Awalnya ia hanya iseng dengan mendaftar sebagai pengurus OSIS, namun akibat ke-loyal-an-nya pada OSIS membuat banyak guru menyarankannya untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.
Dan karena sifatnya yang ceria dan humble pada semua orang membuat ia dengan mudah terpilih menjadi ketua OSIS. Kesempatan itu tidak Naara sia-siakan, ia menjadi lebih aktif demi melupakan bahwa ia adalah gadis kesepian dirumahnya.
Naara tidak langsung tidur saat ia sampai di kamarnya, ia mengirim beberapa koreksi untuk dikerjakan anggota OSIS agar esok hari rundown acara itu sudah siap. Karena acara pensi akan dilaksanakan tidak lama lagi.