"Sam, sorry ya lama." Ujar Naara sambil menaiki motor Sam.
"Gapapa santai aja gue juga baru dateng." Sam melajukan motornya menuju sekolah.
Ada hal yang menggangu pikiran Sam. Ada dua mobil yang terparkir di halaman rumah Naara, tapi Naara selalu meminta diantar jemput sekolah dengan teman-temannya.
Sam ingin bertanya, namun ia takut itu adalah privasi Naara. Sam menghargai privasi Naara, selama Naara tidak memberi taunya, Sam tidak akan bertanya yang aneh aneh.
Karena jalanan pagi itu masih sepi, tak sampai lima belas menit mereka sampai di sekolah.
"Sampe gerbang aja gapapa kan?" Tanya Sam dan Naara segera turun dari motor Sam.
"Gapapa Sam, thanks ya. Lo mau ke tongkrongan dulu?" Sam mengangguk.
"Nih sarapan buat lo. Awas lo kasihin Orion." Naara memberikan sebuah paperbag berisi sarapan yang ia buat.
"Wah rejeki pagi ini. Thanks Ra." Naara tersenyum dan masuk ke halaman sekolah, ia langsung berjalan ke ruang OSIS untuk mengurus beberapa hal.
*✿❀ - ❀✿*
Naara yang baru selesai dengan tugasnya itu kembali berjalan menuju kelasnya. Entah perasaan Naara saja atau memang pagi itu sangat sepi.
"Tumbenan banget jam tujuh kurang lima belas masih sepi gini." Gumam Naara melewati lorong-lorong koridor sekolah.
Dan saat ia memasuki kelas, hanya ada satu siswa yang sedang tertidur di sebuah meja. Meja itu, Naara mengenalinya. Itu meja Kala. Naara memang sering melihat Kala datang sangat pagi untuk tidur di kelas sebelum pelajaran dimulai.
Setelah menyimpan tas nya, Naara berjalan hendak memeriksa Kala. Ia takut Kala bukan tertidur, tapi pingsan atau hal buruk lainnya. Ia duduk di samping Kala dimana wajah Kala menghadap.
Naara menghela nafas lega ketika melihat Kala bernafas pada umumnya. Namun wajah tenang itu selalu menarik perhatian Naara. Semakin dalam ia menatap wajah Kala, semakin ia jatuh dalam pesona laki-laki itu.
"Lo siapa? Kenapa lo bisa nyuri hati gue tanpa lo ngelakuin apa-apa?" Gumam Naara pelan, sangat pelan.
"Apa yang membuat lo menutup diri? Apa kita punya masalah yang sama? Well apapun itu, gue harap gue bisa jadi alasan lo bahagia suatu saat. Gue tau gue pengecut. Gue selalu nyatain cinta saat lo tidur. Kalandra Mangata, I want to be yours. Can I?" Gumam Naara.
Ya, bukan sekali dua kali gadis itu menyatakan cintanya saat Kala tertidur. Hampir setiap pagi saat sekolah ia mengatakan itu. Namun ia tau, Kala tak akan pernah mendengarnya.
Di lubuk hati Naara, Naara berharap sekali saja Kala mendengarnya dan membuat perubahan. Entah dengan menerimanya, atau menolaknya. Namun sekali lagi. Kala tak pernah mendengar itu.
Naara kembali ke bangkunya dan membuka laptopnya. Ia kembali mengerjakan sesuatu yang menjadi tugasnya sebagai ketua OSIS. Sampai akhirnya kelas mulai ramai dengan teman-temannya yang berdatangan.
"Waduh ketos sibuk banget nih keliatannya." Sapa Zura memasuki kelas.
"Ya lagian lo pada request aneh aneh. Dikira gampang ngundang Fiersa Besari." Keluh Naara.
"Lo pikir isi sekolah ini cuma gue sama Zura? Noh salahin tuh anak kelas sepuluh yang so so an anak senja padahal udah mau maghrib aja harus diteriakin emak suruh mandi." Naara terkekeh mendengar jawaban Aria.
"Iya perasaan gue gak minta Fiersa Besari, gue minta nya oppa oppa korea tau." Ujar Zura.
"Lo mau selama sekolah jadi tukang danus sampe lulus buat biayain oppa oppa lo dateng? No no, bukan sampe lulus, tapi selamanya." Lagi, ucapan Aria membuat Naara tertawa.
Dua sahabatnya itu memang menjadi mood charger Naara. Ketika Naara sedang dalam mood yang tidak baik, kedua sahabatnya lah yang menghiburnya.
"PAGIII KETOSSS." Ah dan dua lagi yang selalu menghibur Naara selain kedua sahabatnya, yaitu Sam dan Orion.
Meski Naara dan Orion adalah musuh bebuyutan, tapi keduanya berteman baik. Keributan dan pertengkaran mereka adalah salah satu faktor yang menyebabkan mereka menjadi teman baik.
"Biang masalah dateng." Gumam Zura namun sedikit berteriak.
"Lo biang keringet." Ujar Orion pada Zura.
"Lo gula biang anjim."
"Berarti gue manis."
"Manis diabetes penyakit."
"Gapapa yang penting lo mengakui gue manis."
"Mau muntah gue."
"Bu ketoosss sarapannya enak bangettttt... Besok bikinin lagi dong." Pinta Orion setelah mengabaikan Zura dan Naara langsung menoleh pada Sam.
"Kan gue bilang jangan kasih Orion, itu kan buat lo Sammm." Rengek Naara.
"Gini gini bu ketos ceritanya. Waktu gue lagi makan sarapan dari lo, tiba-tiba si Orion bangun tuh nyium bau masakan lo. Terus dia makan deh. Gue gak ngasihin ke dia tapi dia yang makan sendiri." Ujar Sam bercerita.
"Katanya lo ke tongkrongan, kok malah kerumah Orion?" Rengek Naara lagi.
"Yang bilang gue ke rumah Orion saha? Si Orion yang molor di tongkrongan." Lanjut Sam dengan nada khas Sunda nya.
"Lagian kenapa sih makanannya gak boleh gue makan?" Tanya Orion.
"Karena bukan lo yang nganterin gue."
"Kan lo yang gamau."
"Kan gue gamau biar lo gak makan masakan gue."
"Iya kenapa lo gak mau gue makan masakan lo?"
"Karena gue gak ikhlas."
"Anjir pantesan aja gue pagi ini berak dua kali abis makan masakan lo, si Sam gak kenapa-napa padahal." Ujar Orion dengan polosnya.
"Mampus. Tau lo yang makan dah gue masukin racun dah tu makanan." Omel Naara membuat Orion meringis.
"Serem banget gilak bu ketos."
Suara bel masuk berbunyi menghentikan pertengkaran antara dua orang itu. Naara menyimpan laptopnya di tas, sementara Orion berjalan ke bangkunya.
Namun ditengah pelajaran, tiba-tiba ada pengumuman dari kesiswaan bahwa seluruh anggota pengurus OSIS diharuskan berkumpul untuk mengadakan rapat dadakan.
Naara, Aria, Sam, dan beberapa anggota pengurus OSIS lainnya segera meminta izin pada guru mata pelajaran untuk meninggalkan pelajaran.
Ya, selain Naara, Aria dan Sam juga merupakan anggota pengurus OSIS. Aria menjabat di bidang seni, sementara Sam menjabat di bidang dokumentasi.
40 menit berlalu, rapat dibubarkan karena sudah selesai. Namun anggota OSIS diberi waktu dispensasi untuk mempersiapkan acara pensi.
"Ri, lo duluan aja ke ruang OSIS,gue mau cari angin bentar." Aria mengangguk membiarkan Naara berjalan sendirian di lorong karena saat itu siswa lain masih mengikuti pelajaran.
"Untuk pensi kali ini pihak sekolah akan mengundang orangtua dan wali murid untuk menghadiri acara pensi karena akan ada pengumuman penting yang disampaikan kepala sekolah."
Keputusan kesiswaan itu terus terngiang di kepala Naara. Bagaimana cara ia mengatakannya pada orangtuanya. Naara gelisah, sampai ia tiba di pintu rooftop.
Saat ia baru membuka pintu rooftop, tiba-tiba ia mendengar suara isakan tangis dan suara tembok ditinju. Naara terkejut dan mengintip di sela sela pintu.
"Kala!?"