Milly mencengkeram setir kuat-kuat. Tangan dan kakinya gemetaran. Ia menyeka air matanya. Ia takut tidak bisa menyetir dengan benar. Untuk pertama kalinya ia bisa menahan agar air matanya tidak terus menerus mengalir. Jantungnya berdebar-debar kencang. Amarah masih menguasainya.
"Milly, apa kamu baik-baik saja?" tanya Helen.
"Tidak."
"Apa yang terjadi?" Hening. Milly sedang berusaha mengatur pernapasannya.
"Ayo beritahu aku, Mil. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa wanita jalang itu membuatmu marah lagi? Nicholas mengkhianatimu. Mereka berpacaran, ya kan? Aku bisa melihatnya!" bentak Helen sambil memukul pahanya.
"Dia memang tidak bisa dipercaya. Saat kamu tidak sedang bersamanya, diam-diam dia berkencan dengan si Celia itu. Bisa-bisanya mengaku sakit. Dia pasti bohong."
"Celia memang sakit," kata Milly, menahan agar suaranya tidak bergetar.
"Sakit apa? Omong kosong."
"Celia hamil."