Chereads / Milly's First Love / Chapter 8 - 8. Dibonceng Motor Yang Tidak Ramah

Chapter 8 - 8. Dibonceng Motor Yang Tidak Ramah

"Apa kamu sudah mengunci pintunya?" tanya Nick.

Mata Milly melebar. Ia benar-benar lupa. Jadi ia kembali masuk ke dalam untuk mengunci rumahnya, mengeceknya hingga dua kali. Buru-buru ia menutup pagar rumahnya lalu berbalik menatap Nick dan motornya yang spektakuler.

"Done."

Nick menyerahkan helm full face berwarna kuning kesukaannya, yang sepertinya masih baru. Dengan ragu Milly menerimanya. Sungguhkah ia akan menaiki motor itu? Kursi bagian belakangnya begitu tinggi dan curam. Jika Nick mengerem, ia pasti akan merosot ke depan dan menabrak punggung Nick.

"Kenapa, Milly? Sini biar aku bantu pakai helmnya." Nick mengambil helm dari tangan Milly lalu memasangkannya ke kepalanya dan menguncinya. Dan benar saja. Ini helm baru. Ia bisa mencium aroma bahan yang baru keluar dari toko.

Kacanya begitu gelap. Milly membuka kacanya sehingga ia bisa melihat Nick dengan lebih jelas. Pria itu sedang memasangkan helmya sendiri sambil duduk di motor.

Milly seolah sedang melihat pria itu dalam adegan lambat. Rambutnya yang bergaya pompadour disibak ke belakang. Dengan luwes Nick mengenakan helmnya. Pria itu seketika berubah menjadi Ksatria Baja Hitam kesayangannya. Oops! Buru-buru Milly menepis imajinasi liar itu.

Lalu dengan gaya dramatis Nick mengekol motornya sekali. Ia memutar gasnya hingga motor itu mengeluarkan suara yang tidak sopan. Milly menelan ludah. Tiba-tiba ia merasa takut.

"Ayo naik!" Nick memberi tanda dengan tangannya.

Dengan ragu Milly naik ke motor itu. Joknya tinggi sekali. Ia harus mengangkat kakinya lebar-lebar. Setelah kaki kanannya menapak pada pijakan, ia mengangkat tubuhnya ke atas sambil berpegangan pada bahu Nick. Kaki kiri menapak. Dan akhirnya ia berhasil duduk di singgasana.

Untung saja hari ini ia memakai celana jeans panjang dan kardigan. Meskipun kardigan itu tipis, tapi cukup untuk melindunginya dari paparan sinar matahari. Celana jeans jelas sangat memudahkannya untuk leluasa bergerak, mengangkang, dan berlari.

Dan sekarang Milly bingung harus berpegangan ke mana. Ke bahunya yang bidang atau pinggangnya yang seksi?

Seolah Nick bisa membaca pikirannya, tangannya meraih kedua tangan Milly, lalu menariknya ke depan sehingga Milly memeluk pinggang Nick. Wajahnya menabrak helm Nick. "Ouch!"

"Kamu baik-baik saja, Mil?"

"Ba-baik..."

Wajahnya baik-baik saja. Mungkin hatinya yang kurang baik-baik. Oh ya ampun. Bagaimana ia bisa mengaku tentang hal itu pada Nick?

Sentuhan Nick yang terus menerus di pagi ini nyaris membuat dirinya terbiasa. Kejutan listriknya masih terasa walaupun tidak sedahsyat saat pertama kali mereka bertemu di IGD rumah sakit.

Naga di bawah sana memberontak. Dengan geram Milly memerintahkannya untuk kembali ke sarangnya. Sebaiknya si naga menjaga sikapnya jika tidak ingin meratap selama beberapa hari ke depan. Nick pasti tidak akan suka dengan wanita yang terlampau agresif. Ia sama sekali bukan wanita yang agresif seperti si cebol Celia.

Ah jika memang Nick pernah mencintai Celia, sudah jelas Nick lebih suka wanita yang agresif. Si naga kembali protes. Tidak ada salahnya untuk menjadi sopan dan terkendali.

"Pegangan ya."

Nick memutar gas dan mereka melaju dengan kecepatan yang tidak biasa. Milly semakin merapatkan pegangannya. Pinggang Nick terasa sangat ramping, sehingga ia bisa melipat tangannya di perut Nick.

Ia pernah bermimpi, dulu saat ia masih SMP, bahwa ia akan pernah memeluk Nicholas dari belakang, membenamkan wajahnya di punggungnya yang empuk dan memeluknya seperti boneka Teddy Bear.

Mimpinya jadi kenyataan. Hanya saja Teddy Bear nya telah berubah menjadi langsing. Punggungnya terasa sangat hangat dan nyaman. Tubuh Milly menempel sempurna di punggungnya yang luas.

"Ke mana kita pergi?" tanya Nick membuyarkan lamunannya.

"Veronica Florist. Aku akan menunjukkan jalannya. Sekarang lurus saja."

Milly berharap agar suaranya tidak terdengar seperti wanita yang sedang terangsang.

Nick mengikuti arahannya. Setiap kali Nick menggas, Milly merapatkan tangannya. Jika Nick mengerem, tubuhnya merosot ke depan, maka ia semakin menempelkan tubuhnya di punggung Nick.

Ini sangat gila. Ia akan membebaskan jiwanya untuk merasakan sensasi jatuh cinta yang membakar dadanya. Kapan lagi? Ia tidak akan menjadi perawan tua selamanya. Ia akan memperjuangkan cinta pertamanya yang sudah lama hilang dan kini kembali lagi.

Sang naga bersorak kegirangan. Akhirnya... Oh jangan terlalu banyak berharap. Nick bilang bahwa ia sedang dekat dengan seseorang. Milly tidak tahu siapa yang dimaksudkannya. Bisa saja dirinya. Tapi ia harus tetap waspada. Ika benar. Jangan sampai ada Celia lain yang merebut Nick darinya.

Perjalanan yang biasanya ia tempuh satu jam dengan mobil, cukup hanya dua puluh menit saja dengan motor. Penghematan waktu yang cukup signifikan.

Toko bunganya belum buka. Kaki Milly masih gemetaran. Sensasi memeluk Teddy Bear langsing sambil dibonceng motor sport yang mengebut luar biasa, membuat kepalanya limbung. Ia memang kurang tidur, tapi sensasinya jelas lebih dari sekedar pusing kurang tidur. Jantungnya masih berdebar kencang.

Ia memperhatikan Nicholas yang sedang memarkir motornya. Lalu Nick menghampirinya. Perlahan Milly mundur. Tapi Nick tidak mau menyerah, pria itu terus mendekatinya. Milly menutup matanya. Lalu Nick membuka pengunci helm, dan menarik lepas helm di kepala Milly.

Milly membuka matanya. Nick sedang menyimpan helmnya di motor. Kurang tidur menyebabkan kebodohan. Helm kuning itu sejak tadi terus melekat di kepalanya. Nick berbalik kemudian tergelak. Tapi kemudian wajahnya berubah khawatir.

"Kamu baik-baik saja? Apa aku terlalu ngebut?"

Milly menggelengkan kepalanya, tapi lalu mengangguk, tidak sanggup berkata-kata.

Nick tersenyum sambil menghela napas perlahan. "Aku pikir tadi kita sudah terlambat. Jadi aku ngebut. Tapi lain kali aku tidak akan ngebut lagi."

"Oke." Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Sebenarnya Milly masih berharap jika Nick menjalankan motornya pelan-pelan saja agar ia bisa memeluk Nick lebih lama lagi. Oops! Ia kembali lagi berhalusinasi. Ya ampun. Ia merasa kacau balau.

Apa jangan-jangan Dewi Fortuna sedang berkunjung ke rumahnya? Bagaimana tragedi kecelakaan malah membawakan pria tampan yang pernah menjadi cinta pertamanya ini?

Sekarang lututnya terasa lemas dan napasnya terasa sesak. Menatap Nick lebih lama lagi dan ia akan meleleh dan menyatu dengan tanah.