Cahaya lampu menyilaukan matanya. Helen merasakan sekujur tubuhnya sakit bagaikan disiksa oleh ribuan jarum. Ia ingin bergerak, tapi tidak bisa. Helen membuka matanya sedikit dan menyadari bahwa ternyata ia sedang diikat di sebuah kursi.
Bau tembakau menyengat hidungnya, membuatnya sukar untuk menarik napas. Terlebih lagi dadanya yang diikat oleh tali tambang semakin mempersulit paru-parunya untuk berkembang.
Lehernya pegal karena ia tidur dalam keadaan kepala yang miring. Helen mengerjap-ngerjap sambil merintih kesakitan. Seseorang sedang menatapnya tepat di depan wajahnya.
Helen menjerit sambil tersentak karena kaget. Seketika kesadarannya kembali diiringi jantung yang berdebar kencang bagai diremas-remas sebuah tangan besi.
"Efran … Sayang …," rintihnya.
"Jangan pernah menyebutku sayang lagi!" bentak Efran dengan wajah yang bengis, diliputi oleh kebencian.
"Aku tidak bersalah, Efran," ucap Helen parau.