"Kenapa, Sayang? Apa yang terjadi?"
Helen yang tadinya hendak pergi dari sana, jadi menoleh padanya dan melihatnya dengan ekspresi terkejut. Wajah Fenita benar-benar sangat pucat seperti mayat. Ia menarik napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya.
"Papih, perutku mulas sekali," ucap Fenita sambil merintih, memegang perutnya.
Helen mendekati Fenita. "Mbak Fenita tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa, apanya?!" teriak Efran. "Dia kesakitan! Bob! Ari!" Efran memanggil para pengawalnya. Mereka berlarian masuk ke dalam rumah dan terkejut saat melihat kondisi Fenita.
"Ada apa, Boss?"
"Panggilan ambulan! Sekarang!"
Fenita tersungkur ke lantai sambil memegangi perutnya. Tiba-tiba, di dasternya terlihat ada darah yang merembes.
"Darah! Itu ada darah!" tunjuk Helen.
Efran makin panik. "Oh tidak. Sayang, bertahanlah. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu berdarah, Sayang?"