Ini bukan pertama kalinya Ika bertemu dengan Marshal, hanya saja mendengar orang tuanya memuji dan membanggakan Marshal membuat Ika jadi besar hati. Ia senang karena ternyata orang tuanya setuju akan hubungannya dengan Marshal.
Luka di hatinya yang disebabkan oleh Wage telah sembuh sepenuhnya karena Marshal. Ia ingin sekali memberitahu Marshal tentang hal itu, tapi lidahnya kelu untuk mengakuinya.
Rasa sayang dan rasa kagumnya jadi terasa canggung sekarang karena selama ini mereka sudah seperti adik kakak dalam kurun waktu belasan tahun. Aneh rasanya jika mengingat bahwa setelah mereka resmi berpacaran, Marshal telah menciumnya belasan atau bahkan puluhan kali. Sesuatu menggelenyar di bagian bawah tubuhnya. Ika jadi bergidik.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Marshal dengan tatapan yang menyelidik.
"A-aku tidak apa-apa. Kenapa memangnya?"
"Wajahmu memerah," kata Marshal.
"Benarkah?" Ika memegang pipinya dengan kedua tangannya.