Chereads / Pendekar Kentut Super / Chapter 5 - Melacak Bau Kentut

Chapter 5 - Melacak Bau Kentut

"Sialan, dompet gue... copeeeeet!" Seru gadis cantik itu melesat secepat kilat mengejar bocah-bocah pencopet tadi...

Rambut panjangnya yang legam dengan kunciran ponytail sederhana berkibar-kibar dibelakang melawan deras arah angin yang tercipta saat gadis cantik berkulit gelap itu berlari menyusuri gang-gang kecil kumuh berdebu. Mengejar mencari-mencarik gerombolan pencopet kecil yang berhasil membawa seluruh isi dompetnya.

Karena pergerakan yang terbatas dan sudut pandang yang sempit dan kehilangan jejak. Dengan cekatan cewek bermantel merah memanjat dinding-dinding dengan tiga jejak saja. Tubuhnya melayang seringan kapas, meraih atap menjejakkan kaki di atas wuwungan dengan mudah, ilmu meringankan tubuh luar biasa.

Dengan sudut pandang yang lebih luas akhirnya ia dapat menemukan apa yang ia cari. Nun di sana ia melihat berandal-berandal kecil pencopet-pencopet yang berhasil mencuri dompetnya dan seorang dewasa berambut gondrong yang tengah bercakap-cakap dengan para pencopet. Sepertinya para Pencopet menyetor hasil buruannya kepada pria berambut gondrong, dan membiarkan para pencopet kecil melenggang berlari menjauh mencari mangsa lagi. Pria berambut gondrong pun berjalan santai menikmati hasil buruan para pencopet kecil.

"Kurang ajar." Cewek bermantel merah memandang geram pada kelakuan si pria berambut gondrong. Dengan ringan tubuhnya yang mumpuni dengan cepat ia berlari di atas atap layaknya seekor tupai dengan mudahnya ia lincah melompat dari rumah satu ke rumah, lainnya, dari atap satu lainnya. Hening tanpa menimbulkan suara.

Dalam hitungan beberapa detik saja gadis bermantel merah berhasil mendapatkan buruannya dan meraih menjambak rambut si pria gondrong.

"Ahaww.. aww... aewwww..." tak ayal si pria gondrong meringis kesakitan. "Hei... hei hei ada apa ini aduh... sakit tau lepasin kepala gue. Aduuuhhh..."

"Dasar begundal kurang ajar. Bisanya nyuruh anak kecil buat ngelakuin apa yang seharusnya nggak mereka lakuin."

"Ap-apa maksud Eneng."

"Gue bukan 'Eneng'."

"Oke mbak, mbak lepasin dong. Sakit nih."

"Gue bukan mbak-mbak."

Pria gondrong itu melirik sedikit wajah cantik cewek yang menjambaknya seraya berpikir... "Ahh Tante... aw... awww... aaawwwwwww... !!!"

Gadis itu malah menjambak si rambut gondrong makin keras. "Sialan lu, kurang ajar! Mau gue jambak rambut lu sampe kepala lu putus! Panggil gue Nona. NONA!!!" Gadis itu berteriak keras di depan telinga si rambut gondrong.

Membuat si rambut gondrong tambah menderita dengan gelegar suara yang memekakkan telinga layaknya ditodong langsung di depan speaker TOA. Kalian tau kan maksudnya.

"Oke aww... oke oke Nona yang baik aw aww aww aduuuh... Nona yang cantik, bisa ya lepasin kepala gue eeeh ehh saya... saya. Lepasin kepala saya yaa... please... hik hik hik." Si rambut gondrong meringis-ringis berpura-pura menangis.

Gadis bermantel merah melepaskan si rambut gondrong dengan kalau. "Tega-teganya lu nyuruh anak kecil buat nyopet. Sini mana dompet gue." Gadis manis itu meminta dompetnya kembali.

"Ooh ini dompet lu, nih ambil." Si gondrong melempar dompet tebal berwarna merah itu kepada pemiliknya yang ditangkap dengan sempurna.

"Tenang belum gue apa-apain, isinya masih utuh." Pria gondrong itu menaiki sepeda bututnya yang tergeletak seraya berkata; "Asal tau aja. Gue bukan orang yang tega menyuruh anak-anak membahayakan hidup mereka. Mereka adalah para Kroco, geng para pencopet. Hati-hati berjalan di daerah ini Nona. Bahkan anak-anak yang lu kira innocent bisa lebih jahat dari kriminal manapun kalau lu dipaksa hidup di tempat terkutuk ini. Orang harus mempertahankan dirinya kalau nggak mau ditndas orang." Pria gondrong itu ngelius pergi menggowes sepeda bututnya dengan perlahan santai.

"Heah... cowok yang aneh." Setelah memastikan isi dompetnya benar-benar utuh ia pun kembali melanjutkan misinya, tanpa menyadari pemuda gondrong yang ditemuinya hari ini sebenarnya adalah pria yang dicari-carinya Jarwo Si Jago Kentut.

Setelah tanya sana sini gadis bermantel merah sempat mendatangi sepetak rumah kumuh yang dikabarkan sebagai Base Camp Si Jago Kentut. Tapi tempat itu begitu sepi dengan pintu terkunci.

"Ahh sepertinya dia belum pulang. Harus nyari kemana lagi?" Si cewek bermantel merah garuk-garuk kepala mencari petunjuk keberadaan Jarwo, si Jago Kentut.

Semillir angin malam menyapa membawa sesuatu yang tidak mengenakan, sesuatu yang berbau busuk memusingkan kepala.

"Hek, bau ini." Gadis manis itu menutup hidung kesiangan sebentar merespon bau busuk yang tiba-tiba menyerang.

"Nggak salah lagi, ini pasti Jarwo." Gadis manis bermantel merah bergegas mengendus mencari kemana bau yang sangat kuat itu berasal, meski tak menyukainya ia memaksakan diri demi tercapainya sebuah misi.

Ternyata benar dugaan si gadis bermantel merah itu sepuluh menit sebelumnya Jarwo baru buang gas berjarak sekitar satu kilometer jauhnya dari tempat itu. Di depan pintu sebuah bangunan tua yang disulap menjadi sebuah bar dengan ornamen lampu neon berwarna biru bertuliskan 'ELSA BAR' yang tersusun dengan huruf-huruf kapital yang rapi.

"Tunggu tunggu, jangan masuk dulu nunggu baunya ilang dulu." Jarwo mengipas-ngipasi pantatnya yang beruap untuk menghilangkan bau kentut yang sudah terlanjur keluar dengan sobekan kardus bekas.

Sementara Yayat dan Jimbron menutup hidung mereka menahankan bau busuk yang tak tertahankan.

"Ntar mbak Elsa marah kalau kita masuk dalam keadaan bau kentut kayak gini." Jarwo terus mengipasi pantatnya.

"Kayaknya baunya udah ilang nih." Sahut Jimbron mulai membuka hidungnya.

"Coba gue cium." Yayat mengendus belakang Jarwo diikuti Jimbron yang malah mengendus bagian pantai Jarwo.

"Udah aman..." Tanya Yayat.

"Ya kayaknya gitu." Jawab Jimbron.

"Kalau begitu ayo kita ma...." preeytttyutt, "suk... ups sorry teman-teman ini beneran refleks..."

Kedua orang itu bergelimpangan di belakang Jarwo menyesap kentut super bau dari jarak dekat tanpa tedeng aling-aling.

Sepuluh menit kemudian mereka tersadar dengan meracau kayak orang mabuk

"Siayang yu kuyiang alay..." maksudnya kayak gini. "Sialan lu kurang ajar..."

"Keleengayyuuann nguhh..." Maksudnya. "Keterlaluan lu..."

Mereka mereka berdua bangkit. Dibantu Jarwo mereka bertiga saling memapah saling membantu terhuyung-huyung meracau tertawa-tawa masuk ke dalam ELSA BAR.

"Ternyata nggak perlu tuak atau obat-obatan terlarang. Cukup dengan menyesap kentut gue aja orang bisa teler separah ini hadeeh..." gumam Jarwo.

Sementara si cewek bermantel merah terus melacak mengendus kemana arah datangnya bau kentut ini. Di malam buta gadis itu terus berlari cepet melompat-lompat dari atap ke atap diterangi sinar bulan pucat.

"Kayaknya warga sini udah terbiasa dengan bau kentut Jarwo yang busuk ini." Benak cewek yang memyandang katana panjang yang terselip dipinggangnya.

Dan sampailah cewek bermantel merah di sebuah bangunan tua dengan papan nama bertuliskan ELSA BAR nan berkelap-kelip terbuat dari lampu neon. Terpampang besar tergantung di atas ambang pintu.

"Dari jarak sejauh ini... luar biasa. Benar-benar luar biasa." Gadis itu mengeleng-geleng tersenyum terheran-heran.

Cewek bermantel merah itupun melangkah masuk ke ELSA BAR...

******