Elsa Bar adalah bangunan tua berlantai dua yang disukai menjadi sebuah bar di lantai dasar, sekaligus tempat tinggal yang nyaman di lantai dua.
Tempat tinggal Mbak Elsa sang bartender merangkap owner dari Elsa Bar sendiri.
"Mbak, mbak El," panggilan akrab Mbak Elsa, "Tolongin gue dong..." Jarwo tertatih-tatih sempoyongan memapah dua temannya yang teler karena menyesap kentut Jarwo dari jarak dekat.
"Hei apa yang terjadi... kenapa mereka... kok bisa kayak gini?!" Mbak Elsa membantu memapah Yayat Sukaryat dan merebahkannya di sofa panjang pengunjung di sudut bar.
Disusul bunyi debam dari tubuh Jimbron yang gemuk terkulai menubruk terduduk di atas sofa yang sama.
"Mereka mabok kentut gue..." Jarwo tersenyum kaku.
Mendengar itu seluruh pengunjung bar yang didominasi para pria terbahak terpingkal-pingkal di meja mereka.
"Dasar kecoa..." Mbak Esla melotot kepada Jarwo dengan mata biru safirnya yang indah. "Yura ambilin balsem, cepet."
"Yes Mam." Seorang gadis pelayan berambut coklat bergegas menaiki lantai dua.
"Mbak El harus sabar. Kan ini Elsa Bar, Elsa sabar gitu loh..." rayu Jarwo agar tak kena marah.
"Hehehe bisa lu." Cekikik Mbak Elsa memamerkan senyum manisnya.
Mbak Elsa Roxana seorang janda bule berambut pirang peranakan Batak-Romania, meskipun berumur hampir lima puluh tahun penampilannya tetap cantik menggoda layaknya seorang model berumur dua puluh tahunan. Tak mengherankan kebanyakan pengunjung barnya adalah pria-pria haus kasih sayang.
Yura berlari kembali membawa sebotol kecil balsem super hot. "Ini gara Om Jarwo sih." Gadis manis berambut coklat itu mengoleskan banyak balsem super hot ke bawah hidung mereka berdua yang meracau akibat mabok kentut. Agaknya sudah terbiasa menangani orang yang orang yang mabok kentut semacam ini.
"Bocah ini udah gue bilangin jangan panggil gue Om masih aja, panggil gue Kakak dong Yura." Jarwo nyerocos.
"Biarin weee..." Yura tersenyum menjulurkan lidahnya kepada Jarwo.
"Heehh bocah ini." Mereka berdua kelihatan sangat akrab berdiri bersisian saling sikut-menyikut gemes. Sembari menunggu reaksi balsem yang dioleskan tadi.
Yura Qiara merupakan putri satu-satunya sang pemilik bar, Mbak Elsa Roxana. Gadis manis ceria berusia 15 tahun ini memang sangat akrab dengan Trio Kecoa Tangguh. Masa kecilnya dipenuhi kentut Jarwo... eeeehh bukan, masa kecilnya dipenuhi dengan keceriaan bersama Trio Kecoa.
Nggak banyak anak seberuntung Yura yang bisa tersenyum menjalani hidup di Kota Sarkas yang kacau ini. Kebanyakan dari mereka harus membanting tulang mempertahankan kehidupan mereka sendiri, berebut makan dan tempat tinggal dengan orang-orang dewasa yang egois nggak mau mengalah. Atau malah yang lebih parah mereka akan diperjual belikan sebagai komoditi di rumah bordil The Widows, demi meraih kebahagiaan semu tentunya.
Mata coklat kacang Yura mengerjap-ngerjap lucu tersenyum menyaksikan reaksi balsem super panas dioleskannya di bawah hidung Yayat dan Jimbron. Melihat gadis manis itu tersenyum layaknya melihat Mbak Elsa versi unyu-unyu gemes gimana... gitu.
"Hhhuuaaaahhhggggg!! Panas panas, panas PANAASSS!!" Nggak sampai satu menit Yayat dan Jimbron kelabakan mengusap-usap hidung mereka yang penuh balsem. Mengundang tawa seisi bar.
"Air, air... dimana air..." mereka belingsatan mencari-cari air di meja bar.
"See, balsem selalu ampuh menetralisir bau kentut yang membandel." Mbak Elsa ngeluyur mengambil sekotak tisu basah di atas meja. "Jangan pake itu, pake ini aja..." Mbak Elsa terkikik memberi tisu kepada mereka.
"Makasih Mbak El..." mereka berebutan mengambil tisu dan buru-buru menggosok-gosokan tisu ke hidung mereka untuk mengurangi rasa panas yang menempel di hidung mereka.
"Gila, sebanyak ini..." Yayat memeriksa tisu yang menggumpal lengket karena saking tebalnya balsem yang didapat dari hidungnya.
"Pantesan panas banget. Pasti lu kan pelakunya, Yura..." Jimbron menuduh Yura dengan tepat. "Tega banget lu Yura ama Kak Jimbron..."
Yura terkekeh tersenyum-senyum puas bersembunyi di balik punggung sang ibu bersiap-siap mengambil ancang-ancang untuk kabur. "Biarin weee... biar kalian cepet pada sadar."
"Tapi nggak kayak gini juga kan caranya, Jimbron kejar!!" Ajak Yayat.
"Aaaaahhh ampun... Mamah tolong Mamah... aaaawwww hahahaha wee nggak kena...!!" Teriak histeris Yura berlindung berputar-putar mengitari tubuh sang ibu yang hanya menggeleng-geleng terkikik membiarkan mereka mengejar-ngejar putrinya dengan rambut coklat yang berkibar-kibar liar.
Aksi kejar-kejaran itu menjadi hiburan gratis bagi seluruh pengunjung bar.
Sementara itu layar televisi LED yang terpasang di atas tembok yang menyiarkan berita tentang kepulangan Putri Meffa Aloferra, dari Negeri Republik Cemmiry. Setelah tiga hari lawatannya di Negara Republik Rahayu ini.
Lonceng di atas pintu bar berdering menandakan seorang pengunjung baru masuk, cewek bermantel merah berdiri di ambang pintu membuka tudung yang menutupi kepalanya. "Siapa yang bernama Jarwo, Si Jago Kentut."
Semua orang menunjuk pada pemuda gondrong urakan berkumis baplang menebal.
"Hah... ternyata elu, penjahat kacangan yang bisanya nyuruh anak kecil nyopet!" Gadis bermantel merah langsung merepet.
"Eeh elu si nona galak, ada urusan apa lu dateng ke sini nyari gue. Kan udah gue bilang gue nggak nyuruh mereka nyopet. Lagian isi dompet lu masih utuh kok."
Cewek bermantel merah mendekat mencengkeram kerah jaket lusuh Jarwo mengamati sekitar dengan kewaspadaan yang tinggi sebelum berbisik. "Gue kesini bukan untuk itu. Bisa kita bicara di ruang yang lebih private."
Mereka saling mendekat mata mereka bersitatap tajam memeriksa keseriusan yang terpancar dari mata mereka masing-masing. Semua pengunjung bar ikutan tegang.
"Errgghh oke fine. Mbak El, boleh..." Jarwo meminta izin menggunakan lantai atas yang dipakai sebagai tinggal Mbak Elsa dengan putrinya Yura.
Mbak Elsa pun mengangguk memberikan izinnya. "Tapi inget jangan sampe kentut disana. Kalau mau kentut keluar dulu."
"Yang keluar dulu kentutnya apa orangnya..." Jarwo memecah ketegangan seisi bar. Mengembangkan tawa seisi bar. Plus mengembangkan seulas di bibir manis si cewek bermantel merah.
"Sialan lu." Umpat Mbak Elsa menyimpulkan senyum.
"Iya iyaa beres, Mari Nona kita ke atas." Mereka berdua naik ke lantai atas dengan riuh siulan dan tepuk tangan seisi bar.
Begitu Jarwo menutup pintu tak lama kemudian anggota Trio Kecoa Tangguh yang lain mengendap-endap menempelkan telinga mereka ke daun pintu mencoba mengurangi pembicaraan Jarwo dan gadis misterius itu.
"Mamah aku keluar dulu ya, ada janji dengan Ayu." Yura meminta izin keluar.
"Boleh, tapi jangan jauh-jauh udah malem."
"Yes Mam..." dengan senyum ceria Yura keluar dari pintu bar.
Dengan penuh kewaspadaan cewek bermantel merah memeriksa semua ruang dan kamar di lantai dua sebelum meletakkan panjang yang terselip di pinggangnya di atas meja dan duduk anggun di sofa yang empuk.
"Hei lu selalu begini ya ditempat baru. Tenang disini aman nggak ada apa-apa kecuali kita berdua ya kan." Dengan sikap tengilnya Jarwo merangkul cewek bermantel merah.
"Eit jangan sentuh-sentuh gue. Mau gue patahin tangan lu." Tegas cewek itu jutek.
"Oke easy, easy chill out. Peace." Jarwo melangkah mundur menabrak meja.
Memancing lagi seulas senyum manis di bibirnya yang membuatnya tersipu merona. "Udah lama ya lu bodoh kayak gini ya."
"Udah dari lahir Non."
Cewek cantik berkulit gelap itu cekikikan lepas. "Oke serius, serius ehem." Cewek itu menarik napas panjang memperbaiki gaya bicaranya. "Gue butuh lu, Jarwo. Atau lebih tepatnya... gue butuh... gue butuh kentut lu..."
"Apa....?"
"Siapa itu....?" Terdengar suara seseorang yang yang menguping diluar...
*******