"Siapa itu....?" Terdengar suara seseorang yang yang menguping diluar...
Dengan kewaspadaan tinggi gadis bermantel merah memeriksa seluruh ruangan lantai dua Elsa Bar yang digunakan sebagai tempat tinggal Mbak Elsa dengan putri semata wayangnya Yura, sebelum duduk di sofa empuk sembari menaruh katana panjang bersarung merah yang terselip di pinggangnya di atas sebuah meja kayu di harapannya.
Sementara Yura Qiara yang memperoleh izin dari sang ibu untuk bermain bersama temannya ternyata ia pergi menyelinap mengendap-endap naik ke lantai dua melalui tangga darurat di samping bar masuk melalui jendela.
Dengan langkah jinjit berjingkat sehalus mungkin berhati-hati agar tak terdengar dari ruang sebelah mencoba menguping pembicaraan antara Jarwo dan cewek cantik bermantel merah.
"Oke serius, serius ehem." Cewek bermantel merah menarik napas panjang memperbaiki gaya bicaranya. "Gue butuh lu, Jarwo."
"Ya bisa dimengerti kalau kita saling membutuhkan..." Jarwo memulai aksinya lagi mencoba merangkul pundak si cewek.
"Lu sentuh gue lagi, gue patahin tangan lu!" Bentak si cewek galak.
"Oke, lu butuh apa dari gue?!" Jarwo mundur menjaga jarak. "Apa lu butuh... 'ehem ehem'..." senyum Jarwo mengangkat alis dengan pandangan genit yang menurutnya menggoda.
"Kurang ajar lu dasar otak mesum!!" Secepat kilat cewek bermantel merah mencabut pedangnya di atas meja, menghunuskannya lima inci ke batang leher Jarwo.
"Gglek~" Jarwo terperanjat menelan ludah. "Wow... wow, wow sabar Nona, sabar..."
"Gue butuh lu Jarwo. Atau lebih tepatnya... gue butuh... gue butuh kentut lu..."
"Apa....?"
"Siapa itu....?" Terdengar suara seseorang yang yang menguping diluar. Katana panjang yang sudah terhunus dilemparnya sekuat tenaga hingga melayang menancap dalam melubangi daun pintu. Sepertinya persembunyian Yura ketahuan...
"Keluar gue bilang!!"
Dengan dada mengombak tegang dan nafas tersengal tegang Yura bersiap-siap keluar dari persembunyiannya.
Namun...
"Ahh ternyata kalian yang guping... dasar heeehhh, ayo masuk. Ah ini perkenalkan mereka berdua ini sahabat-sahabat gue, yang si koboy saksong alias saku kosong, Yayat Sukaryat."
Dengan PD-nya memutar tubuhnya khas Michael Jackson tersenyum melepas topi vedora coklat lusuhnya membungkuk memberi hormat sembari mengerlingkan mata genitnya menggoda cewek bermantel merah yang tersipu merona.
"Hhhhaaahh..." Yura mengela napas lega ternyata ia tetap aman.
"Dan Jimbron ~Ooohaana~" Jarwo meliukan tubuh dan kata-katanya pas menyebut kata 'Ohana' persis bagai penari ular dengan gesture yang amat lucu membuat cewek bermantel merah tersenyum terkikik-kikik.
Yura di tempat persmbunyiannya pun tak mau ketinggalan meliukan lehernya sembari berkata '~Oooohaaana~' tanpa suara dengan mudah monyong-monyong.
"Cowok termacho di wilayah ini..." sambung Jarwo memperkenalkan sahabat tambunnya Jimbron Obama.
Sementara Jimbron berlutut mengembalikan pedang milik si cewek yang tadi sempat dilemparnya dan menancap di pintu.
"Oh trima kasih..." cewek bermantel merah tersenyum lebar menerima pemberian itu, dan menyarungkannya kembali ke tempatnya. "Harus gitu ngomongnya..." si cewek tersenyum memiringkan kepala memandang cerita ke arah Jimbron.
"Yaa emang harus gitu." Jawab Jimbron dengan suara beratnya yang khas mengambil sisir kecil dari sakunya untuk menyisir jenggot super tebalnya sembari satu alisnya memandang tengil menggoda.
"Coba, coba Jimbron ~Ooohaana~" Yayat dan Jarwo mengajari cewek bermantel mereka.
"Jimbron ~Oooohaaannaa~"
"Salah salah lehernya harus diliukin ke samping gini nih. Terus ditambah dengan liukan pinggul begini ~Ooohaana~ begitu Non."
"Oooohanaaaa." Cewek itu mau aja diajarin tarian norak bin nyeleneh yang nggak penting.
Aduh salah salah gini nih Jimbron ~Ooohaana~ begitu."
"Ooh gitu ehem, ehem ee... Jimbron ~Ooohaana~ betul kan..."
"Cantik banget..." Yayat terpana.
"Gemes banget..." Jarwo ternganga. Mereka berdua terpesona pada rona seorang cewek cantik berkulit gelap yang tersenyum manis di hadapan mereka. Wah bisa kalian tebak kan, ada cinta segi tiga nih. Ups spoiler... hehehe...
"Betul kan..."
Jimbron manggut-manggut.
"Yaeeyyy...." mereka melompat-lompat kegirangan layaknya orang yang baru dapet lotre.
"Dan kami tergabung dalaaaaaammm..." dengan kocak Jarwo mengkomandoi memberi aba-aba kepada kedua sahabat kentalnya untuk saling mendekat dan berpose dengan gesture yang norak dan aneh atau mungkin nyeleneh.
"Trio...." seru Jarwo maju dengan mengangkang yang aneh membentuk kaki belakang dengan tangan setengah merentang membentuk kaki bagian tengah.
"Kecooaa...." sementara Jimbron berdiri dibelakang merentangkan mengangkat tangan membentuk kedua kaki bagian depan.
"Tangguuuuuuhhhhh...." sedangkan Yayat yang paling jangkung berdiri paling belakang mengangkat tangan tinggi-tinggi sebagai antena dengan kepala menunduk membentuk bagian kepala menggunakan topi koboynya yang lonjong.
Dan sempurnalah gesture kecoa yang ditirukan tiga pemuda aneh dengan gaya yang nyeleneh.
"Ke-kecoa... bbbbwwahahahaha... kecoa... beneran kecoa? Aduh kalian ini... hehehehahah... hahahaha aneh tau... apalagi posenya nggilani pwooll... hahahaha... adeeh..." cewek manis itu nggak bisa menahan bahaknya terpingkal-pingkal menyaksikan tingkah kocak tiga pemuda yang koplak.
Kalian tau kan 'nggilani pool' itu apa, buat yang nggak ngerti itu bisa diartikan dengan 'menjijikan bangeeett'.
"Bron, Bron." Bisik Jarwo kepada Jimbron.
"Apa..."
"Perut lu tuh keluar-keluar tuh kan kecoanya jadi gendut."
Jimbron berpikir sejenak. "Nggak apa-apa lah kan kecoanya hamil..."
"Gitu ya, ahh Triooo... Kecoaaaa... Tangguuuuuuhhhhh... Hamiiiill..."
"Hihihi ups." Cekikik Yura kelepasan memberitahu semua orang tempat persembunyiannya.
"Siapa disana..." seru gadis bermantel merah memandang penuh waspada ke arah datangnya suara.
Gadis kecil berambut coklat keluar mengangkat tangan dari balik pintu kamar dengan wajah cemas tersenyum kaku.
"Ahh Yura, sejak kapan lu sembunyi disini, nggak baik loh nguping pembicaraan orang dewasa." Jarwo menasihati lembut.
"Ee Jarwo, dia... (Aneh banget, gue sama sekali nggak bisa merasakan hawa keberadaan bocah ini)." Benak gadis bermantel merah.
"Oh ini, ini Yura anak pemilik bar..."
"Mmm..."
"Apanya yang obrolan orang dewasa. Kalian cuma ngebanyol konyol kayak anak kecil." Gadis manis itu cemberut.
"Iya juga sih... ahh pokoknya jangan nguping."
"Yura bukan anak kecil lagi, Yura udah dewasa. Liat nih dada Yura udah gede kan."
Para pria langsung mengarahkan pandangan nakal mereka dengan mupeng, muka pengen ke dada gadis kecil itu.
"Liat mbak itu, kalau dada udah segede mbak itu. Baru lu boleh gabung kesini." Jarwo menunjuk dada gadis bemantel merah yang terbuka.
Sontak cewek cantik itu membekap bagian tubuh pribadinya itu menyembunyikannya di bawah dekapan tangan. "Sialan lu!" Pipinya mengulas merona tersilpu lucu.
"Ayo keluar gadis nakal, sebelum gue aduin lu ama Mamah lu."
"Iya iya... dasar kecoa busuk... wee..." sebelum keluar lewat tangga darurat Yura bersitatap dengan gadis bermantel merah telah menjadi saingannya merebut perhatian Trio Kecoa Tangguh. Dan memjulurkan lidahnya dengan lucu kepada Jarwo yang mengusirnya.
"Gadis yang lucu..." begitulah komen si cewek bermantel merah. "Oke kita lanjutkan bisnis kita. Apa temen-temen lu ini bisa di percaya..."
"Ya pasti..." mereka berempat duduk di sofa merundingkan apa yang tadi tertunda. Suasana menjadi tegang.
"Gue Kelluby Lestari, kode name Nona Kelly. Gue anggota Keamanan Elit Istana atau disingkat KEI, Negeri Republik Cemmiry." Gadis bermantel merah menyebutkan jati dirinya.
"Intelijen kami mengabarkan bahwa Tuan Putri kami Meffa Aloferra akan diculik dalam perjalanan pulang melewati Kota Sarkas ini, dari lawatan kenegaraannya di negara ini. Itu sebabnya kami membutuhkan kentut lu, Jarwo. Kentut lu bisa nyelametin Putri kami...."
Jarwo dan yang lainnya tebengong-bengong mencerna seolah tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar...
"Siapa disana..."
Yura muncul lagi dari balik tembok. Kali ini ia membawa secarik catatan kecil dan sebatang pulpen. "Sorryyyy Mbak, eeh Nona... Yura cuma disuruh Mamah... kalian mau pesen apa yaa...."
"Eeehhh Yuraaaa..."
Gadis manis berambut coklat itu cengengesan kaku, setelah mendengar apa yang seharusnya tak ia dengar...
*******