Chereads / Pendekar Kentut Super / Chapter 8 - Kentut yang Dibayar Mahal

Chapter 8 - Kentut yang Dibayar Mahal

Yura muncul lagi dari balik tembok. Kali ini ia membawa secarik catatan kecil dan sebatang pulpen. "Sorryyyy Mbak, eeh Nona... Yura cuma disuruh Mamah... kalian mau pesen apa yaa...."

"Eeehhh Yuraaaa..."

Gadis manis berambut coklat itu cengengesan kaku, setelah mendengar apa yang seharusnya tak ia dengar...

"Sini, sini." Jarwo menarik lengan Yura. "Lu denger semua kan."

Yura mengangguk pelan.

"Denger, semua yang barusan lu denger adalah informasi rahasia. Jadi jangan beritahu siapapun tentang semua ini."

Yura mengangguk pelan dengan pipi memggembung memikirkan sesuatu. "Tapi Yura... Yura boleh ikut kan, ya? Boleh ya... ikut, ikut pliiiissss... Yura mau berpetualang membasmi penjahat... hiyaa, hiyaaat haaa...!!" Yura memamerkan kebolehannya memainkan satu dua jurus pencak silat dengan sempurna.

"Nggak Yura, ini bukan main-main. Ini misi yang berbahaya..." Jarwo menatap Yura dengan pandangan serius.

Yura menggembungkan pipinya lagi bersidekap kesal. "Pelit."

"Dek Yura yang baik." Nona Kelluby melangkah anggun mendekati Yura yang sedang kesal. "Siapa yang mengajarimu silat?" Dengan langkah persuasi cewek bermantel merah itu berkata lembut.

"Mamah..."

"Oh Mamah lu ternyata hebat juga ya... tetap aja Yura nggak boleh ikut, gimana pun kan Yura masih kecil... sini Kakak peluk. Kakak tau, Yura pasti sedih kan terpisah dengan mereka." Kelluby tiba-tiba memeluk hangat Yura yang berdiri kaku terpaku terintimidasi.

"`Gue pinjem mereka sebentar, gue nggak akan ngerebut kecoa-kecoa busuk ini dari lu. Begitu semua ini selesai lu bisa bermain dengan mereka sepuasnya ampe mampus`" Bisik Nona Kelluby di telinga Yura sebelum melepas pelukannya seraya tersenyum manis penuh intimadasi.

"Tulis aja yang Yura mau ntar dibawain oleh-oleh deh... ya kan." Kerling Nona Kelluby kepada Jarwo.

"Iya ntar kita bawain oleh-oleh yak..." kata Jarwo refleks menyetujui apa yang dikatakan cewek bermantel merah tersebut.

"Oke kalian mau pesen apa Tequila, Wisky, Martini..." dengan senyum mengembang seperti biasa Yura menawarkan beberapa merek minuman unggulan Elsa Barat, mengalihkan pembicaraan.

"Bourbon..." pesan Nona Kelluby.

"Asshiiaaaap... pesanan segera datang." Setelah mencatat apa yang dipesan gadis bermata coklat itu ngeluyur dengan ceria menghilangkan ke balik pintu menyisakan sedikit rambut coklatnya yang berkibar indah. "`pokoknya gue harus ikut dengan atau tanpa persetujuan mereka...`" benak Yura seraya berjalan ceria...

"Oke sekarang back to business, berapa mau kalian... gue bisa bayar mahal kentut lu. 100..., 200...," Nona Kelluby mengeluarkan sebuah buku kecil panjang mirip lembar-lembar kwitansi yang biasa dipakai para pedagang dan sebatang pena kecil berwarna emas dari dalam tas kecilnya yang tersembunyi di balik mantelnya. Bersiap untuk menulis.

"Eee..." baru saja Jarwo membuka mulut...

"400 juta..."

"Apa...?!" Trio Kecoa terlonjak kaget seperti kesetrum mendengar angka 400 juta keluar dengan entengnya hanya untuk sebuah kentut. Belum sempat otak mereka mencerna apa yang baru didengar daun telinga...

"Oke 500 juuuttaaaaa..." waktu seolah melambat, slow motion saat mulut gadis berparas manis itu menyebutkan angka pamungkas 500 juta kepada tiga orang pemuda pengangguran yang tak pernah bermimpi bisa mendapat uang sebanyak itu.

Mata mereka membelalak slow motion dengan mulut ternganga pelan-pelan menunjukkan ekspresi keterkejutan yang membuat jantung hampir copot berlari dari tempatnya berjoget-joget saking gembiranya.

"Deal." Tanpa basa-basi Jarwo langsung menyetujui dengan menjabat tangan cewek manis berkulit gelap itu.

"Oke sepakat..." Nona Kelluby menulis dengan cepat menulis di buku panjangnya yang ternyata merupakan sebundel cek kosong. Setelah mencap cek tersebut dengan sebuah segel khusus yang terletak secara rahasia dalam liontin perak berukir dengan motif bunga krisan yang dikalunginya, lambang nasional Republik Cemmiry.

"Nih 200 juta, sisanya entar kalo kita sampai di tempat tujuan dengan aman." Nona Kelluby merokok cek dari bundle-nya menyerahkannya ke tangan Jarwo yang sejak tadi sudah menengadah mirip pengemis meminta sedekah. "Tugas lu cukup simpel, lu cuma harus kentut begitu gue suruh kentut."

"Wah nggak bisa..." sebelum menuntaskan kata-katanya Jarwo ditarik Yayat menjauh Nona Kelluby.

"Kenapa nggak bisa..." Nona Kelluby menatap jengkel.

"Tunggu sebentar ya Nona, kita berunding dulu..." Yayat mengajak Jimbron untuk berembuk.

"Silakan..." gadis bermantel merah bersidekap jengkel.

"Lu gila apa bego sih... uang 500 juta udah di depan mata, lu mau tolak gitu aja..." Bisik Yayat.

"Bukan gitu... kentut kan sesuatu yang alami nggak bisa diatur... keluar yaa keluar aja..." debat Jarwo.

"Gue tau... tapi ini kan 500 juta mau nyari dimana lagi coba... cuma modal kentut doang... betul nggak Mbron..." argumen Yayat.

"Betul..." Jimbron manggut-manggut menyetujui pendapat Yayat.

"Udah gini aja, kita ambil aja duitnya dulu, perkara lu bisa kentut apa nggak itu urusan belakangan..."

Mereka bertiga sepakat kompak melakukan tos dengan gaya yang norak dan unik diakhiri teriakan semangat layaknya kelompok cheerleader penyemangat pertandingan. "Trio Trio trio Kecoaaaaaa.... Taaaaanggguuuuuuhhhh...!!!" Seru mereka.

"Emang kentut kan masalah belakang." Jarwo nyerocos.

"Bisa aja lu kecoa hahahaha..." mereka bertiga cekakakan.

"Norak banget hehehe... kayak anak kecil hehehe... Udah berundingnya..."

"Udah, Jarwo udah setuju... asal kita berdua ikut." Yayat bernegegosiasi.

"Hei gue nggak bilang kalian bi..." Bisik Jarwo.

"Udah diem..." potong Yayat. "Lu butuh orang yang mengenal kota itu dengan baik." Yayat menunjuk Jimbron. "dan lu butuh otak untuk memastikan semua bisa berjalan dengan baik..." dia menunjuk kepalanya sendiri yang bertopi vedora sok cool memandang gadis bermantel merah menyimpulkan senyum tersipu cantik merona.

"Kalian bisa beladiri..." Nona Kelluby menatap Yayat dan Jimbron ragu.

"Ya bisa lah... kalau nggak, kita nggak akan bisa bertahan di dunia yang keras ini Non..." Yayat mengerlingkan mata nakalnya yang membuat Nona Kelluby makin salah tingkah.

Sepertinya Nona Kelluby memang suka kepada pemuda yang memang berparas tampan itu.

"Tapi mungkin ya... nggak setangguh Nona Kelly tentunya..." Rayu Yayat mulai menebarkan pesonanya.

"Ehem, ehm... baiklah asal kalian nggak mengganggu tugas kami..."

"Oke deal." Yayat menjabat tangan Nona Kelluby dengan senyum termanisnya membuat Kelluby semakin tersipu.

"Udah dong salamannya, lama banget." Jarwo tampak cemburu menyaksikan kedekatan mereka.

Mereka berdua terkesiap salah tingkah. "Emm oke... gue jemput kalian besok di kontrakan kalian."

"Maksud Nona base camp..." kata Jarwo dengan senyuman termanisnya.

"Ya... apalah terserah. Yang jelas Gue akan datang sekitar..." Kelluby memeriksa jam tangannya. "...jam sembilan pagi. Awas kalian jangan kemana-mana ya..."

"Yes Ma'am..." Trio Kecoa Tangguh berbaris tegak layaknya para tentara.

"Hehehe... emangnya gue Mamah kalian. Dasar kecoa busuk hehehehe... hehehe..." mengundang cekikik manis dari bibir cewek yang juga manis.

"Minuman dateng...." Yura datang membawa senampan cemilan dan empat gelas plus satu botol Bourbon, Wisky dari Amerika pesanan Nona Kelluby. Dengan telaten Yura menyajikan semuanya di atas meja.

"Oke cukup untuk sekarang sampai jumpa besok..." cewek bermantel merah merapikan barang-barangnya bersiap untuk pergi. "Mandi dan beli baju yang bagusan dikit..."

"Yes Miss..." jawab Trio Kecoa serempak.

"Nah itu baru tepat... itu royal cek lu bisa cairin dimana aja..." Nona Kelluby mengambil pedang panjangnya, mereguk setengah cangkir minuman keras peranannya itu sekali tenggak.

"Ini buat bill-nya, sisanya buat kamu..." Nona Kelluby meletakkan beberapa lembar uang seratus ribuan di atas nampak dan mengusap mengacak-acak rambut coklat Yura.

Membuat Yura kesal menjulurkan lidah menunjukan ketidaksukaannya.

Dibalas dengan senyum manis sebelum cewek cantik bermantel merah itu ngeluyur pergi.

"Gila cuma kentut doang dapet 500 juta... wah hebat lu Wo... hebat..."

"`Oke Jam sembilan... gue akan ada disana. Tunggu aja...." benak Yura tersenyum-senyum membereskan lembar-lembar uang dari atas nampan....

*******