Chereads / A Tired Love / Chapter 21 - 21. Stay Here

Chapter 21 - 21. Stay Here

Kedua mata Audy kini terbuka dengan sempurna. Langsung disuguhi pemandangan langit-langit kamar. Ia langsung terduduk dengan panik karena ingatan terakhirnya adalah ia duduk di sofa ruang keluarga dengan kaki yang dipangku Dirga.

Audy dengan cepat membungkam mulutnya dengan tangan kanannya. Apakah ingatannya tadi sebuah mimpi? Lalu buru-buru ia melihat memar yang ada di kulit betisnya. Memarnya sudah tidak bengkak dan hanya membiru kecil. Sepertinya kakinya sudah bisa dibuat salto di jalanan.

"Gila!! Gue diapain ya semalem?" Tanyanya dendiri dengan wajah horor sambil menyilangkan kedua tangannya pada dadanya.

Dilihatnya pintu kamarnya terbuka lebar. Lalu dengan tiba-tiba Dirga muncul begitu saja. Mengagetkan jantung Audy. Lelaki itu membawakan nampan berisi bubur ayam dan segelas teh hangat. Juga ada tambahan pil anti nyeri satu butir.

"Makan. Diminum obatnya." Ucap Dirga dengan cuek dan meletakkan nampan begitu saja di atas kasur.

Audy berdecak. "Kak." Panggilnya.

"Apa?" Tanya Dirga heran sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Kak, lo gak apa-apain gue kan semalam?" Tanya Audy dengan berani meskipun sebenarnya nyali dalam dirinya sangat amat ciut.

Kedua tangan Dirga mengepal, berusaha mengatur emosinya yang sepertinya hendak meledak sewaktu-waktu. "Lo gila ya? Jelas-jelas lo semalam kaki lo gue kompres pakai air es loh. Terus lo dengan enaknya ketiduran di bahu gue sampai es batunya leleh dan lo gak kerasa gitu aja. Udah ditolongin malah nuduh!" Cibir Dirga dan melengos begitu saja.

"Dih, gitu aja marah. Situ kan lakik, mana tahu kalau tiba-tiba mesum." Gerutu Audy dengan wajahnya yang masih khas orang bangun tidur.

"GUE DENGEEERR!!"

Kedua mata Audy langsung melotot. Ternyata kuping Dirga cukup normal dan tajam pendengarannya. Ah, rupanya dia salah berucap padahal jelas-jelas memang langkah Dirga belum jauh dari pintu kamarnya.

"Tekanan batin juga gue di sini. Cakep sih cakep. Tapi kadang-kadang sifatnya horor juga. Sereman kak Dirga dari pada Alan." Cetus Audy dan kemudian tangannya memilih untuk melakukan aktivitas menyuapi mulutnya sendiri. Gadis itu sarapan dengan tentram, nyaman, dan aman.

*

Pukul 06:30 Dirga sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Lelaki bertubuh jangung itu sedikit menata rambutnya dengan gel supaya nampak keren. Setelah selesai ia memakai jaket kulitnya karena pagi ini ia memilih untuk mengendarai motor sportnya saja dari pada naik mobil yang pasti berujung macet.

Audy menatap Dirga dengan bengong, pasalnya Dirga lumayan terlihat keren dengan jaket kulit hitamnya dan membawa helm warna hitam juga. Sudah seperti oppa-oppa korea.

"Kenapa lo pakek seragam?" Tanya Dirga.

Audy agak terperanjat karena mengamati Dirga terlalu lama. "A-ah iya kak, gue kan harus ke sekolah juga." Jawabnya.

"Siapa bilang lo harus ke sekolah?"

"Hah?"

"Stay here."

"M-maksudnya?? Jangan ajak gue bicara enggres kak. Gue orang indonesia, setidaknya berbicaralah dengan baik dan benar."

Dirga berdecak kesal. "Tetap di sini. Lo gak usah sekolah dulu."

"Gue kan udah sembuh kak. Apa kabarnya kalau gue gak sekolah dulu? Ntar gue dicariin temen-temen gue gimana? Ntar kalau gue dicariin Alan gimana? Ntar kalau gue dikira diculik orang gimana? Ntar kalau gue dicariin nyokap gue gimana? Ntar kalau----"

"Ntar kalau lo ngomong terus kayak gitu, gue sumpelin pakek helm gede ini mau mulutnya?!" Tandas Dirga dengan gemas.

"Dih kak, kok jadi galak sih?"

"Lo bawel."

"Biasanya kalau gadis bawel banyak yang naksir." Ujar Audy percaya diri.

"Banyak yang kabur mah iya." Balas Dirga. Lelaki itu tanpa mempedulikan Audy lagi langsung melengos saja melanjutkan langkah kakinya yang hendak keluar dari apartemen.

Namun, Audy dengan cepat mencekal siku lengan Dirga. "Yah kak, gue harus sekolah. Gue bisa kok berangkat naik taksi aja. Kak Dirga gak perlu repot-repot anterin gue ke sekolah." Ujarnya dengan memaksa.

Dirga mendecakkan lidahnya lagi dan melepaskan cekalan tangan Audy. Lelaki itu tidak menyahut namun berjalan menjauh dan kemudian membalikkan badannya menghadap Audy. Dirga kemudian tersenyum devil. "Sini sini gue kasih tahu.."

Audy mengernyit tak paham. Namun ia menuruti perintah Dirga dengan mendekati lelaki itu. Langkah kakinya masih terseret-seret dan masih agak pincang sedikit.

"Tuh.. tuuuhhh.." tunjuk Dirga pada kaki Audy yang masih terseok-seok dengan suaranya yang lantang. "Lo nekat sekolah sedangkan kaki lo masih pincang?"

"Iishh.. gampang lah ntar alasannya kalau temen pada nanyain. Gue bilang aja kalau gue kepentok meja. Beres." Ucap Audy.

Dirga tetap menggelengkan kepalanya dan kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku jaket kulit yang ia pakai. Agak memakan waktu beberapa detik kemudian ia menunjukkan isi chatting Dirga dengan salah satu wali kelas. Dan itu wali kelas Audy. Sontak saja kedua mata Audy melebar sempurna. Dirga dengan tanpa ijin darinya memberitahukan kalau Audy sedang ijin sakit dan tidak bisa masuk kelas hari ini.

"Kak. Lo---"

"Apa apa?? Gue baik loh mau lo istirahat sampai kaki lo sembuh. Baik-baikin tuh kaki. Jangan digunain buat loncat-loncat kayak tupai. Pulang sekolah gue janji, gue anter lo ke rumah lo." Tandas Dirga dan langsung pergi begitu saja.

Audy hanya bisa menghembuskan napas panjangnya dengan perasaan sangat kesal. Wajahnya sudah sangat cemberut dan bibirnya seperti moncong ikan cucut. Bisa-bisa panjangnya sampai melebihi satu meter.

Tak lama setelah Dirga berangkat sekolah, Bi Rahmi datang dan masuk ke dalam apartemen. Perempuan dengan jiwa sangat keibuan itu langsung menyapa Audy dengan sopan.

"Pagi neng.. udah sarapan belum?" Tanya Bi Rahmi lembut.

"Udah Bi.. tadi dikasih bubur ayam sama Dirga." Jawab Audy tanpa menambahkan embel-embel 'kak' saat menyebutkan nama Dirga.

Bi Rahmi mengangguk paham. "Ya sudah bersantai saja di sini neng. Bibi mau bersih-bersih dulu ya.."

"Iya Bi.."

Meskipun Audy menjawab 'iya', tapi kali ini ia sungguh-sungguh tidak mengerti harus melakukan hal apa. Dilihatnya di notifikasi ponsel ia mendapatkan rekomendasi sinyal wifi yang kuat. Apartemen Dirga ada wifinya. Kemudian pandangan Audy menelisik sekitar berusaha mencari-cari di mana letak wifinya.

"Emm, Bi.." panggil Audy dengan hati-hati saat Bi Rahmi sudah mulai memegang sebuah sapu.

"Ya neng?"

"Bi Rahmi tahu nggak password wifi di sini apa?"

Bi Rahmi langsung memberikan reaksi negatif pada Audy. "Aduuhh.. maaf atuh jangan tanya perihal itu ke Bibi. Bibi mah nggak tahu hal yang begitu-begitu. Coba telpon den Dirga aja neng."

Audy meringis. Mengetahui bahwa dirinya bahkan tidak mempunyai nomor telepon Dirga. "Audy gak punya nomornya Bi.. emang tempat wifinya di mana? Kayaknya Audy bisa benerin sendiri..hehehe."

"Aahh.. biasanya den Dirga sibuk di kamarnya. Kamarnya banyak banget perangkat elektronik dan kabel-kabel. Bibi kalau lagi beresin kamar si aden selalu harus hati-hati, takut kesetrum."

Mendengar itu rasanya Audy baru saja mengeluarkan bohlam lampu menyala dari otaknya. "Waahh makasih Bi informasinya. Audy ijin masuk yah.. cuman mau benerin wifi kok, kasihan nih ponsel Audy nggak ada sinyal." Ujarnya dengan menampilkan wajah puppy eyesnya.

Bi Rahmi hanya bisa mengangguk mengijinkan, lagi pula Audy juga tidak akan mencuri barang.

***