"Makasih kak udah dianter.." ucap Audy dengan tersenyum pada Bita.
Bita tersenyum. "Iya. Kamu kenapa tadi nggak mau nungguin Alan? Kasian dia paling udah nunggu di depan rumah." Ucapnya.
"Hah? Nunggu di depan rumah?"
"Iya. Kemarin dia gitu.. tapi kakak bilangin kalau kamu ada di rumah Vallen. Jadi dia berangkat sendiri."
Audy terdiam. Jadi Alan masih peduli padanya dan mencarinya? Namun kenapa tidak mengirimkan pesan padanya sama sekali?
"Oh gitu.. biarin deh kak. Mulai sekarang bisa kan aku minta anter kakak?" Pinta Audy.
"Yah dek.. kakak kan tinggal di apartemen deket kampus. Mana bisa tiap hari anterin kamu sekolah."
"Jadi nanti kakak balik ke sana?"
Bita mengangguk. "Iya.. ini habis anter kamu kakak langsung ke apartemen. Nggak pulang.. maaf yah.." ucapnya dengan tidak enak dan kasihan dengan adiknya sendiri.
"Ya udah gapapa nanti aku naik taksi aja kalau gak gitu nebeng di mobil Vallen."
"Ya udah.. sana masuk. Hati-hati yah nanti pulangnya.." ucap Bita memperingatkan.
Audy mengangguk dan melambaikan tangannya pada Bita saat mobil Bita sudah berlalu pergi. Kemudian dirinya mulai memasuki halaman sekolah yang luas, berjalan dengan langkah yang santai karena ini masih jam tujuh pagi.
Ketika kedua langkah kaki Audy hendak menaiki tangga menuju ke lantai dua tempat kelas 11 IPA berada, rasanya ia ragu. Tiba-tiba bayangan pembullyan yang dilakukan Bianca dan teman-temannya itu berputar dalam pikirsnnya seperti kaset rusak. Kedua telapak tangan Audy jadi agak gemetar dan sangat dingin. Audy meremas rok seragamnya dan menatap tangga dengan tidak yakin.
Namun, pelukan hangat langsung Audy rasakan bersama omelan dari Vallen. "Auuddyyyyyyy.. Lo ke mana aja siiihhhh.. gue kangen tauk!!" Ujar Vallen dengan memeluk Audy dari samping kanan.
Sementara Steffani yang sedang mengunyah permen karet itu hanya bisa melongo memandang kedua temannya saling berpelukan.
Rasa takut yang melingkupi Audy tadi jadi menghilang seketika. Digantikan rasa haru dan gembira bertemu Vallen dan Steffani lagi. "Gue juga kangen Leennn.." ujarnya dengan memeluk Vallen lebih erat.
"Ih Steff!! Sini ikut pelukan!" Pekik Vallen ada Steffani yang bengong saja.
"Eh, iya yah.." ujar Steffani dan ikut memeluk kedua sahabatnya.
***
Krriiiinnngggggg!!!
Jam istirahat sekolah pun dimulai. Para siswa kelas 11 dan 12 langsung keluar semua seperti semut yang menyebar. Berlomba-lomba mencapai kantin lebih dulu dan memesan makanan serta minuman agar tidak antri.
Wilayah kantin ada tiga tempat, ada di pojokan gedung jurusan IPA, ada di pojokan gedung jurusan IPS, dan yang satu lagi lebih mirip kafetaria yang berada di samping gedung ekstrakulikuler teater.
Murid jurusan IPA tentu saja berada di kantin yang terletak di pojokan gedung IPA, lebih tepatnya sebelah gedung lapangan basket indoor. Tempatnya luas seperti ada banyak stand dan kebersihannya terjamin. Di sana stand pedagang ditata dengan rapi sekat demi sekat. Sedangkan tempat duduk di kantin itu memenuhi luasnya lantai kantin. Jadi sangat banyak dan bisa duduk di area mana saja.
Audy memilih menuju ke stand penjual bakso dan mie ayam. Sedangkan Vallen dan Steffani ingin makan paket bento ala makanan Jepang yang menunya terdiri dari chiken katsu, ayam teriyaki, ramen, dan lainnya. Memang kantin SMA Mega Bangsa ini sangat elite.
"Bu, saya mau bakso paket A yah.." ucap Audy pada seorang wanit berkerudung dibalik meja jualannya.
Ibu itu mengangguk. "Iya. Tunggu ya dek.."
"Iya.."
Bakso paket A terdiri dari bakso urat dan halus, ada topping gorengannya juga dan ada bihun juga bakso tahu. Tentunya sudah sekalian dengan minumannya berubah es teh manis.
Ada sekitar lima menit menunggu, akhirnya Ibu penjual itu menyerahkan satu nampan berisi semangkuk bakso paket A beserta minumannya. Audy juga sudah selesai membayar. Memang sistem di kantin yang banyak stand ini begini, murid yang beli membawa makanannya sendiri dan terserah mau duduk di mana. Di atas nampan sudah disediakan nomor nampan, khusus untuk memberi tanda bahwa nampan dan peralatan makan tersebut milik salah satu stand. Sehingga kalau sudah selesai makan bisa ditinggal begitu saja, nanti penjualnya yang mengambil sendiri.
"Astaga!!!" Pekik Audy yang sangat kaget saat membalikkan badan dengan membawa nampan, malah menabrak dada bidang Alan yang dengan wajah datarnya berdiri di situ.
"Lo ke mana aja?" Tanya Alan dengan nada bicara yang sangat serius.
Audy memalingkan wajahnya tidak peduli. Ia berusaha mencari tempat duduk yang kosong, dan ada di tengah-tengah ruangan kantin.
Dengan sigap Alan langsung menghadangi Audy yang hendak pergi begitu saja. Menghadang jalan Audy setiap kali Audy ingin mencoba menghindar dari Alan.
"Minggir!" Ujar Audy dengan ketus tanpa mau memandang Alan sedetikpun.
Alan mengernyit. Seperti ada yang berubah dari diri Audy. Biasanya Audy tidak begini dan selalu lembut dengannya. "Gue gak akan minggir sebelum lo jelasin lo kemarin ke mana!!" Ucap Alan tegas.
Kali ini Audy berani menatap Alan dengan tatapan tajam. "Gue bilang minggir ya minggir." Tegasnya.
Mendengar Audy agak menyentak, Alan terdiam seketika. Baru kali ini Audy membentaknya dan baru kali ini Audy mengubah kata aku-kamu menjadi lo-gue.
"Ayo, ikut gue. Vallen sama Steffani udah nungguin lo buat makan tuh." Sahut Valdi yang entah dari mana datangnya sudah berada di samping Audy. Cowok itu dengan santai membawakan nampan yang Audy bawa dengan satu tangan. Sementara tangan yang lain menggenggam pergelangan tangan Audy untuk ia tuntun menjauh dari Alan yang masih terdiam.
Alan melihat Valdi dengan tatapan tidak suka. Giginya bergemertak di dalan dengan kedua tangan mengepal. Ada yang tidak beres dengan sikap Audy yang tiba-tiba menjauhinya seperti itu.
***
"Yakin gak mau bareng gue aja?" Tawar Valdi untuk yang ketiga kalinya. Cowok itu sudah berada di dalam mobil dengan dua teman lelakinya di jok tengah.
Audy tetap menggeleng. "Nggak deh Val. Lain kali aja. Gue naik taksi aja.."
"Beneran?"
Audy mengangguk.
"Ya udah hati-hati yah.. kalau butuh sesuatu telpon gue aja." Ucap Valdi. Kemudian cowok itu langsung menjalankan mobilnya menjauhi area sekolah setelah mendapatkan anggukan kepala dari Audy.
Sore ini jalanan depan sekolah nampak sepi. Sudah setengah jam lebih Audy menanti lewatnya taksi.
Namun, tiba-tiba genggaman tangan dirasakan Audy di pergelangan tangan kanannya. Tangan hangat Alan melingar di sana. "Gue anter." Ucap Alan datar namun peduli.
Audy menghentakkan genggaman tangan Alan. "Gue pulang sendiri." Ujarnya tegas.
"Lo kenapa sih tiba-tiba uring-uringan?" Tanya Alan yang sudah tidak tahan lagi untuk bertanya.
Audy tidak menyahut, dan detik selanjutnya mobil Vallen keluar dari halaman sekolah. Berhenti di samping kiri Audy. "Dy, bareng gue yuk.." ajaknya dengan ceria.
Tanpa peduli dan melihat Alan lagi, Audy mengangguk saja dan berjalan memutar untuk masuk ke pintu mobil sebelah kiri. Sedangkan wajah Alan sudah memerah ingin marah.
Tidak ada yang tahu kalau ada seseorang yang memperhatikan mereka di balik pintu gerbang sekolah sambil bersedekap dada. "Bagus. Adik kelas yang baik." Ucap Bianca dengan tersenyum puas.
***