Chereads / Hourglass // Dreamer / Chapter 10 - Kurva 8 - Diri Alternatif: Meiko

Chapter 10 - Kurva 8 - Diri Alternatif: Meiko

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 06:30, Waktu Tokyo. Rumah Akiko, Alternate Dimension

Setelah malam yang melelahkan, aku pun sudah bergegas pulang bersama Akiko. Meiko berpisah jalan denganku. Akiko pun menyiapkan tempat tidurku dan ya begitulah. Aku nyaman, dia seperti kakakku sendiri.

Pagi ini, aku dibangunkan oleh Akiko.

"Akihito-kun, bangun!" seru Akiko sambil menggoyang-goyangkan badanku.

"Apaaaa... onee-chan?" tanyaku dalam kondisi setengah sadar.

Akiko membangunkanku dengan segala cara, sampai ia menggelitik...

Geli!

Aku pun terbangun.

"Masih jam berapa ini?" tanyaku setengah sadar.

"Sudah Jam setengah 7 pagi, ayo mandi sekarang!" seru Akiko.

"B-Baiklah...!" seruku kesal.

"Sudah cepet mandi!!!" seru Akiko sambil mengayunkan gayung mau mukul.

"Ampun bu, baiklah!"

Aku pun bergegas mandi, lalu membereskan diri sendiri. Akiko menyiapkan pakaianku.

Sungguh, dia benar-benar seperti kakak bagiku.

Aku seperti adik kecil manjanya dia. Haha.

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 07:30, Waktu Tokyo. Rumah Akiko, Alternate Dimension

Aku sudah memakai baju yang ia siapkan. Lalu juga sudah makan apa yang disiapkannya. Aku tinggal berangkat lagi. Janjiku bertemu Meiko adalah Jam 8 di sekolah.

"Aku berangkat ya, Onee-san?"

"Apa kau bilang?!" seru Akiko.

Dia dengan muka kesalnya yang tentu membuatku tetap tersenyum melepasku pergi, karena hari ini adalah janjiku bersama Meiko.

Baik, aku sudah siap.

"Aku pergi ya?" pamitku.

"Oke, aku tunggu kau di rumah ya." respon Akiko.

Seperti punya orang tua baru disini.

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 07:30, Waktu Tokyo. SMA Internasional Tokyo, Alternate Dimension

Aku berada di sekolah saat ini, mencari kemana batang hidungnya Meiko. Aku cari ke kantin juga tidak ada... Kemana dia?

Tiba-tiba...

"Halohaaa...."

"Woaaaa. Bikin Kaget."

Meiko mengagetkanku sambil mengangkat keempat jarinya seraya bermakna 'peace'.

"Ampuni aku."

"Kamu kemana aja sih?!"

"Aku yang seharusnya bertanya kamu darimana saja..." ujar Meiko.

Sepertinya Meiko juga mencariku kemana-mana, entah kebiasaan apa yang dia biasakan. Padahal janjinya jam 8, tapi dia mencariku juga dari jam 7. Aneh.

"Baiklah, sesuai janji. Saat ini ajak aku jalan-jalan, kemanapun yang kamu sukai." ujar Meiko.

"Aku juga bingung..."

"Kasarnya sih, aku ingin berpacaran denganmu, satu hari saja."

"Eeh?!"

"Itulah permintaanku, dan di akhir nanti aku ingin kamu memilih."

Aku terdiam, pilihan macam apa ini?!

Aku tidak bisa mengorbankan keduanya...

Tiba-tiba Meiko memegang pipiku dengan kedua tangannya...

"Dear, you know? Life is full of struggle, sacrifice, pain, sweat, and also blood. Kamu akan mengerti betapa pentingnya ujian ini untuk kedewasaanmu. Aku akan mendukungmu dari belakang." ungkap Meiko.

Meiko berbicara seperti Mana, aneh ya, seperti meniru istriku, tapi kenapa dia bisa tahu?

"Aki, hidup ini penuh ketidakpastian, aku ingin berbicara banyak denganmu." ungkap Meiko.

"Dan menghabiskan banyak waktu bersamamu."

"Tenang saja, aku tidak akan menyusahkan isi kantongmu, hanya menyusahkanmu saja. Bercanda."

"Ya sudah, tidak apa-apa. Sekarang kamu lapar? Ayo kita makan sup buah yang enak di kantin!" usulku.

"Ide bagus!" respon Meiko.

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 08:00, Waktu Tokyo. Kantin SMA Internasional Tokyo, Alternate Dimension

Aku dan Meiko memutuskan tidak mengubah rencana awal untuk membeli sup, walau banyak makanan disini tapi ya kami tetap memilih sup buah.

"Akihito-kun, sup buahnya enak sekali."

"Syukurlah ketika kau bilang sup ini enak."

Kami menghabiskan supnya. Kemudian pergi ke suatu tempat sepi, ruang OSIS. Dia memegang kunci ruangan OSIS karena dia piket hari ini. Akiko piket besoknya berdasarkan penuturan Akiko.

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 10:00, Waktu Tokyo. Ruang OSIS, Alternate Dimension

Meiko tiba-tiba berteriak kaget, sepertinya dia punya unek-unek. Tapi kenapa disini? Mungkin karena sepi, atau karena akulah pacarnya?

"Akihito-kun!"

"Kau kenapa?"

"Kau tahu?! Aku mulai ingat sebagian dari dirimu!"

Ia pun berteriak.

"Aku benci semua ini!!!"

Aku mencoba menenangkannya tapi tidak bisa.

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 10:30, Waktu Tokyo. Stasiun Kereta, Alternate Dimension

Kami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Beruntung sudah absen.

Aku yakin pasti Meiko terpukul. Diliat dari raut wajah yang tidak menyenangkan dari mulai ia berteriak hingga saat ini di stasiun kereta.

"Meiko, kenapa kau?" tanyaku.

"Akihito-kun, kamu itu punya banyak sekali kesalahan dalam dirimu." jawab Meiko dengan nada sedih beserta raut muka yang murung, alisnya menjorok ke atas dan bibirnya mengkerut.

"Iya, aku tahu."

"Kau itu payah."

"Iya, aku tahu."

"Kau itu pengecut."

"Aku juga sudah tahu itu semua."

"Aku benci kamu."

"Maafkan aku."

"Bahkan kenapa kau semua menanggung itu? Kenapa kau tidak pergi meninggalkan masa lalu tersebut dan menjalani hidup lebih bahagia? Kamu kurang lebih seperti aku yang selalu stuck dengan masa lalu." ungkap Meiko.

Aha!

Aku dapat masalahnya, Meiko mengalami trauma masa lalu yang cukup drastis. Ia pun menuturkan kembali bahwa segala kejadian yang dialamiku pernah ia alami.

"Kau juga pernah merasakan kondisi seperti aku dan Manami?" tanyaku kembali.

"Iya, aku ditinggalkan calonku disaatku hamil." jawab Meiko pelan.

"T-tunggu?! Kamu sudah hamil?"

"Tapi keguguran pada akhirnya, dan yang membantuku adalah Akiko. Aku benar-benar benci orang itu. Makanya awal aku bertemu denganmu aku merasa waspada, tapi saat kenal, kita punya problem yang identik."

"Aku paham kamu, sekarang. Aku minta maaf."

"Tidak apa-apa. Aku jauh lebih kuat dari yang kamu kira."

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 12:30, Waktu Tokyo. Halaman Rumah Meiko, Alternate Dimension

Setelah lama menaiki kereta dan berjalan kaki, ternyata kami pun sampai di halaman rumah Akiko. Lumayan jauh tapi cukup mengesankan.

"Ayo masuk dulu, orang tuaku sedang tidak ada di rumah. Mereka pergi ke luar kota selama beberapa hari."

"Bolehkah?"

"Boleh, aku tuan rumahnya."

Aku pun masuk, dia pun langsung meletakkan tasnya dan membaringkan badannya di kursi kayu dekat rumahnya.

Sambil melihat ke atas, ia bilang sesuatu.

"Akihito-kun, sudah menentukan pilihan?"

"Eeh?! Aku saja belum bersama dengan Akiko."

"Seharusnya kamu sudah menentukan pilihan hari ini, agar kami berdua tidak shock."

"Aku tidak bisa."

Meiko sepertinya tidak menyukai responku, lalu dia mengambil tasnya lalu berlari masuk ke dalam rumah.

Ia pun ternyata langsung mengunci kamarnya, aku masih mendengar teriakan dan tangisannya.

Aku minta maaf, Meiko...

Aku mencoba mengetuk pintu berkali-kali.

Ketukan ketiga membuatku muak.

"Meiko, aku tidak akan peduli denganmu walau seberapa kuat tangisanmu. Tangisan dan teriakan tidak bisa menyelesaikan masalah." ujarku. Ia terdiam, lalu membuka kunci pintunya.

Dengan kondisi kamar yang rada gelap, ia pun mengajakku duduk.

"Akihito-kun, kenapa kau sekuat ini?" tanya Meiko.

"Aku yang harusnya bertanya padamu, apa kau sadar bahwa kau sekuat ini? Saking kuatnya kamu bisa bertahan hidup?" tanyaku kembali.

"Akihito-kun..."

Tangisannya pun berhenti.

Ia menatapku dengan serius. Mempertanyakan apa yang ada di dalam kepalaku ini.

"Akihito-kun, sebelum kamu nanti bakal pergi bersama Akiko, aku ingin kamu temani aku tidur. Aku ingin cerita denganmu."

"Baiklah."

Meiko pun membereskan bajunya, begitupun aku... Meiko pun mengajakku untuk tidur di ranjang terpisah. Tapi tetap sebelahan.

Dan cerita Meiko pun dimulai.

"Aku... Aku merasa bodoh dalam hal apapun, walau memang aku bagus di pelajaran dan lain-lain, namun aku merasa jauh lebih terbelakang dalam hal pergaulan."ungkap Meiko dengan raut muka yang tahan tangis. Dia itu sok kuat. Aku tahu itu. Berpura-pura kuat.

"Hmm? Kenapa bisa begitu? Samakah denganku?"

"Sama, karena orang tua terlalu takut. Akiko biasa mengurusku kalau aku tidak benar."

"Akiko juga sosok yang perhatian padamu?"

"Betul, aku juga mencintainya."

"Sebagai sahabat kan?"

"Betul. Semakin aku lihat kamu, semakin aku melihat Akiko disini."

"Akiko ya?"

"Iya."

"Baiklah, aku tahu tapi kamu jangan sering nangis dan teriak seperti tadi, apalagi di sekolah. Aku maunya kamu nangis dan teriak disini sekarang." ungkapku.

Ia mulai menangis dan berteriak tanpa henti, aku tahu ini sangat menyakitkan tapi dengan ini adalah cara untuk dia menyembuhkan diri, dia butuh penyembuh.

"Akihito-kun terimakasih."

Ia pun tersenyum padaku sambil berbaring menghadap padaku. Senyumnya khas sekali,

"Daisuki desu. Love you dear." ungkap Meiko dengan gembira.

Aku yakin dia sangat bahagia bersamaku.

Terimakasih telah buatku merona siang ini. Aku merasakan kemesraan tiada tara ketika bersamamu, entah apa yang kau lakukan padaku tapi menurutku, ini sudah cukup mengisi kekosongan hatimu, tapi sayang. Hidup harus memilih. Dan aku sampai saat ini bingung harus memilih apa?

Tapi yasudahlah. Aku akan nikmati hari ini, setidaknya menjadi penyembuh orang lain juga menyembuhkan diriku sendiri.

Ia pun tertidur setelah itu, mungkin saking nyamannya, aku pun bersiap untuk membereskan baju karena aku mendapat SMS dari Akiko yang isinya begini

"Akihito-kun, tolong bangunkan Meiko jam 6 sore ya agar dia bisa siap-siap untuk Festival Tamaya Kagiya. Mohon bantuannya. Akiko."

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 18:00, Waktu Tokyo. Kamar Meiko, Alternate Dimension

Tepat waktunya, aku sudah berberes diri, aku pun membangunkan Meiko. Meiko pun membaca notifikasi di handphonenya.

"Akihito-kun, malam ini aku akan serahkan kamu kembali pada Akiko. Lusa adalah keputusanmu."ungkap Meiko.

"Aku paham." jawabku sederhana.

Aku pun membantu Meiko membereskan bahkan memakaikannya yukata untuk festival itu, aku tentu sudah siap dengan kimono yang aku sendiri tidak tahu darimana dia menyiapkan kimono untukku.

Setelah beberapa lama, kami pun siap berangkat.

---

Kamis, 11 Juli 2025. Pukul 19:00, Waktu Tokyo. Stand Festival, Alternate Dimension

Kami berdua pun sampai. Akiko ternyata menunggu kami dari sejam yang lalu.

"Syukurlah kalian sudah sampai."

"Ya, hari ini menyenangkan!"

Mereka berdua mengajakku keliling stand festival. Mereka membeli es campur untuk bertiga: aku, dan mereka masing-masing.

"Oke, sekarang kita tinggal cari tempat duduk biar lebih enak." ujar Meiko.

"Ide bagus." saut Akiko.

Kami menemukan tempat duduk yang bagus dari sisi ngeliat si kembang apinya.

Sambil menikmati es campur, aku dari belakang melihat kedekatan mereka.

Mereka berbicara sesuatu yang tak dapat kudengar.

Tiba-tiba...

DUARR!

Langit pun berkilauan dengan motif motif kembang api.

TAMAYA!!

KAGIYA!!

Hmmm...

Sepertinya perlahan aku mulai tahu dan menyadari bahwa mereka berdua, adalah bagian dari diriku.

Masih ada besok.

TO BE CONTINUED