4 Desember 2009. Jam 7 Pagi Waktu Fukuoka.
Aku membawa barangku dan meletakkannya di sekolah. Setelah konflik yang terjadi antara aku dan Nozomi, aku memutuskan untuk tidak tinggal lagi di rumahnya. Walaupun aku mencintainya, tapi aku tidak bisa terima dia menutupi fakta itu.
Karena dengan adanya bulu biru itu, aku bisa kembali ke masa depan, caranya seperti itu menghalangiku untuk kembali ke masa depan. Tapi aku masih bisa mengerti perasaannya betapa dia tidak mau mengakhiri hubungan ini, tapi dia juga tidak boleh menghambat progresku. Buku yang dia sudah teliti sudah ku ambil dan aku akan pergi ke masa depan hari ini.
Aku harus selesaikan semua masalahku di dunia nyata, aku harus kembali. Jepang berada dalam bahaya yang besar. Aku takut aku akan mati sebelum akhirnya aku pulang ke dunia nyata.
Aku melihat burung tersebut terbang, lalu membentuk sebuah pintu yang letaknya berada di lantai paling atas sekolah.
Aku pun kemudian turun kebawah, karena bel masuk sudah berbunyi.
Aku ingin menyapa Nozomi kembali tapi aku tidak bisa.
Nozomi pun sudah mungkin bisa melupakanku.
Nozomi pun bisa mengobrol dengan teman-teman perempuannya.
Mungkin aku lebih baik skip kelas hari ini.
Aku memutuskan untuk turun kebawah, untuk merapikan tulisanku.
Aku akan mempersiapkan diri untuk kembali ke masa depan.
Ternyata diatasku ada Nozomi dan kawan-kawan yang sedang mengintipku.
Aku tidak peduli.
Aku tetap melanjutkan pekerjaanku.
Nozomi...
Nozomi pasti sedih.
Dia tidak tahu harus ngomong apa denganku, bahkan di rumah juga dia hanya diam.
Nozomi pun berusaha mengutarakan perasaannya ke teman terdekatnya, Kisaragi-san.
"Aku bodoh, aku sudah membuang harta karunku yang berharga. Aset masa depanku." ujar Nozomi.
"Kamu hanya takut kehilangan dia."
"Tapi tetap saja aku memang bodoh. Aku tidak seharusnya berbuat seperti itu dengan Akihito-kun. Aku sangat menyayanginya. Aku tidak mau dia pergi ke masa depan. Aku takut aku akan sendirian lagi mengingat Arina sudah memiliki banyak teman semenjak menjadi ketua kelas."
"Kamu mencemaskan Arina? Cemaskan dirimu sendiri, jangan orang lain."
"Tapi bagaimana dengan Akihito-kun? Aku..."
"Dia akan menemuimu. Aku yakin."
Nozomi lega mendengar jawaban dari teman sekelasnya itu. Nozomi pun akhirnya keluar untuk menemuiku yang baru saja naik tangga.
"Aku minta maaf soal kejadian kemarin." ujarku.
"Akihito-kun." ujar Nozomi.
"Tidak ada yang bisa mengubah keputusanku, aku akan tetap ke masa depan. Semua yang dibutuhkan sudah ada di depanku."
"Tapi jika kamu ke masa depan maka aku akan?"
"Kenapa kamu tidak pergi ke masa depan juga? Kamu juga sudah merencanakan untuk pergi ke masa depan kan?"
"Tapi aku..."
"Ikut aku ke masa Depan."
"Akihito-kun..."
Nozomi berpikir kembali walau di dalam buku yang ia tulis ia memang berencana untuk pergi ke masa depan. Tapi ia ragu karena jika gagal maka ia akan mati.
"Aku akan tunggu kamu di rooftop sekolah."
"Tunggu aku."
"Aku janji."
Aku meninggalkan Nozomi, mukanya masih tersimpul sedih. Ia tidak tahu bahwa beberapa jam saat ini adalah saat-saat terakhirnya bersamaku. Tapi sampai saat ini, rasa bahagiaku tidak pernah hilang. Aku bangga punya pasangan sepertinya.
"Kisaragi-san, tolong titip ini ke Nozomi, suruh bawa ke lantai atas."
"Apa ini?"
"Telur Burung Waktu, jika dia akan pergi ke masa depan, dia harus bawa ini telur."
"Aku akan sampaikan."
Aku bertemu Kisaragi-san, salah satu anggota genk dari Nozomi. Sementara aku melaju ke lantai atas, Kisaragi-san bertemu dengan Nozomi.
"Nozomi, ada titipan dari Akihito-kun."
"Apa ini?"
"Telur Burung Waktu, kamu harus bawa jika kamu pergi ke masa depan."
"Dari siapa?"
"Akihito-kun."
Nozomi kemudian berjalan cepat menuju lantai atas. Sementara Kisaragi-san masuk ke kelas memberitahu Arina apa yang terjadi.
"Nozomi akan ikut ke masa depan."
"Dia bersungguh sungguh akan pergi ke masa depan?"
"Iya. Akihito-kun mengajaknya ikut."
"Tapi, jika dia pergi ke masa depan maka ia akan mati."
"Apa? Kok bisa?"
"Iya, karena ketika aku baca pernah ada kasus seperti itu. Aku baca buku Departed to the Future, dan aku pernah dengar seseorang bernama Mami yang naik ke lantai atas untuk berangkat menuju masa depan tapi jasadnya mati. Jadi satu sekolah mengabarkan bahwa ia bunuh diri."
"Gawat, kamu harus cegah dia!"
Arina pun berlari ke lantai atas. Menunggu Nozomi yang berusaha naik ke atas lewat tangga yang satunya lagi.
Nozomi pun naik membawa telur itu dan bulu yang dibutuhkan Akihito-kun.
"Arina?"
Ia kaget melihat Arina.
"Nozomi... Kenapa kamu memilih meninggalkanku dan pergi ke masa depan?"
"Maafkan aku, Arina."
"Jika aku tahu itu rencanamu sejak dari perpustakaan, maka harusnya aku cegah kamu dari awal."
"Maaf, Arina."
"Kamu tidak tahu bagaimana hancurnya hatiku kalau kamu tidak ada disini?!"
Arina marah. Meluapkan semua perasaannya. Dia yang orangnya pendiam dan cukup ramah kali ini bisa menunjukkan kemarahannya.
"Aku minta maaf, Arina. Keputusanku mengikuti Akihito-kun juga tidak bisa kuubah lagi. Aku sangat mencintainya. Aku ingin ikut bersamanya kemanapun ia pergi."
"Tapi kamu tidak tahu masa depan apa yang menantimu! Bagaimana kalau kau mati?!"
"Aku juga... tidak eksis disini. Aku juga tidak dianggap disini. Sementara aku bersama Akihito-kun, aku merasa bahagia. Aku merasa sepi sejak kamu jadi ketua kelas, kamu punya banyak teman dan aku... Aku ditinggal! Kamu tahu ga perasaan yang lebih sakit dari itu?!"
Arina terdiam.
Nozomi berusaha menahan air matanya. Ia berusaha menjelaskan kepada Arina apa maksud sebenarnya.
"Sejujurnya, aku tidak ingin kehilangan orang lagi. Kehilanganmu saja barang sebentar sudah membuatku sakit dan sendirian, apalagi kehilangan Akihito-kun. Walaupun aku tidak tahu masa depan seperti apa, tapi aku yakin bersamanya aku aman."
"Tapi kamu tahu kan? Kalau kembali ke sana, kamu bisa saja mati. Atau tertembak di masa perang seperti itu. Kenapa kamu tidak sayang dirimu sendiri dan memilih mengorbankan dirimu untuk orang lain yang tidak seperti itu denganmu?"
"Jika dia egois, dia tidak mungkin marah dan meninggalkan aku tadi pagi, melewatkan kelas dan juga membawa semua barangnya. Dia berkorban sudah terlalu banyak. Sudah saatnya dia kembali mendapatkan kekuatannya. Dan aku sadar, aku ada disisinya sebagai penguatnya."
"Nozomi..."
"Aku tahu, kamu akan kehilanganku, tapi yakinlah, aku pasti kembali."
Arina mulai terisak.
"Nozomi...."
Nozomi memeluk Arina dengan erat.
"Terimakasih sudah menyayangiku sampai saat ini, aku minta maaf jika ada salah kata. Aku mau jujur ke kamu tentang siapa diriku."
"Apa?"
"Sejujurnya aku juga sama dengan Akihito-kun. Aku juga datang dari masa depan, tapi aku tinggal lama disini karena aku tidak tahu bagaimana pulang. Sebenarnya umurku saat ini 34 tahun."
"Nozomi?! Tidak mungkin!"
"Namaku juga bukan Nozomi, namaku adalah Haruka Aoi. Aku berhasil menjaga rahasia ini sampai aku pulang. Aku adalah istri Akihito-kun yang sebenarnya. Aku adalah Apoteker."
"Tidak mungkin!"
"Akihito-kun selama ini hidup di dunia alternatif, dunia tempat aku menuju adalah dunia alternatif dimana terjadi kekacauan setelah dia menikah dengan Mana Tendou. Dunia itu terbentuk setelah terjadi pertengkaran denganku semasa LDR setelah aku Apoteker."
"Akihito-kun yang sebenarnya?"
"Aku tidak bisa ceritakan sekarang, no spoiler."
Nozomi pun mengambil barang yang ada di loker yang ia sudah siapkan.
"Akihito-kun, aku akan mengikutimu. Untuk membawamu pulang, sekali ini dan selamanya."
Nozomi meninggalkan loker untuk terus naik ke lantai teratas sekolah. Arina pun mengikutinya.
"Aku sudah memutuskan bahwa aku akan pergi ke masa depan, pergi kemanapun kamu pergi, sayang."
Nozomi sudah sampai sementara aku sudah berada di pertengahan portal.
"Nozomi..."
"Terimakasih sudah menepati janjimu, walaupun banyak janji kamu sulit tepati. Ayo kita pulang!"
Aku mengangguk dan masuk lebih dalam portal. Sementara Nozomi...
"Yume ni Mukatte, Tobe!"
"Nozomi!" teriak Arina.
Bulu tersebut membuat sebuah portal.
Nozomi mengambil ancang-ancang untuk terbang.
"Aki, ini kelas kita. Kamu akan duduk disini, disamping jendela. Aku sudah bilang ke kepala sekolah dan ketua kelas soal ini."
"Arina, ini adalah teman satu rumahku saat ini. Mohon bantu dia jika dia butuh bantuan ya. Akihito-kun, ini Arina. Kamu panggil dia Arina-chan, dia adalah ketua kelas kita saat ini." ujar Nozomi memperkenalkan aku pada Arina.
"Akihito-kun, inilah sekolah kita, maaf aku belum sempat mengajakmu tur. Aku dan Arina akan membawamu keliling sekolah setelah kita ke kantin. Kamu ikut ya."
"Aku mencintaimu, Akihito. Sejak pertama bertemu hingga sekarang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu dari sisiku. Aku ingin selalu bersamamu."
"Darling!!!!!! Ayo cepat kita pergi!"
"Akihito-kun, aku ingin kamu melhat seluruh permainanku hari ini, entah kenapa aku senang sekali. Kamu keren banget di depan tadi, bisa menjawab pertanyaan sensei."
"Arina, apakah kamu pernah merasakan perasaan ingin menyelamatkan orang yang disayangi?"
"Aku bermimpi, aku terjun dari lantai atas sekolah kita menuju suatu portal ruang dan waktu. Aku sampai di Laboratorium tempat Akihito-kun bekerja. Semua orang sudah mati terbunuh kecuali Akihito-kun yang baru sadar. Segera aku ambil dua buku itu, ku masukkan di Book Log Komputer Lab, namun tiba-tiba terjadi ledakan yang luar biasa. Setelah itu aku terbangun."
"Arina, aku... Aku selalu khawatir kalau dia tiba tiba meninggalkanku dalam suasana yang seolah seperti mimpi ini. Aku benar benar bahagia saat ini bersamanya. Aku takut dia pergi meninggalkanku sendiri."
"Darling, kamu adalah Euforiaku. Aku janji akan wujudkan Utopiamu."
"Benar. Perfect Harmony. Sampai saat itu tiba, aku bersumpah aku akan tetap bersamamu hingga titik darah penghabisan."
"Aku bahagia kita dapat bertemu satu sama lain, sekarang hingga akhir nanti."
"Ayo kita pulang, Akihito-kun!"
"Ayo kita pulang, Nozomi, eh? Haruka?"
"Maaf kalau aku berbohong ya."
"Tapi kenapa rambutmu?"
"Kamu sudah lupa, inilah rambutku sehari hari."
"Maafkan aku."
"Basi!"
"Maaf..."
"Oke gapapa."
Aku menembus portal bersama Haruka....
TO BE CONTINUED