Chereads / Hourglass // Dreamer / Chapter 12 - Kurva 10 - Nozomi Hashimoto: Awal

Chapter 12 - Kurva 10 - Nozomi Hashimoto: Awal

Brak!

Dimana aku?

Diatas gunung???

Apa yang terjadi padaku?

Aku pun melihat kanan-kiri ternyata...

Ada seorang gadis yang duduk menunggu senja...

Dia berbalik

"Kamu... Kamu siapa?" tanyanya dengan heran.

"Aku... Akihito. Kamu?"

"Nozomi Hashimoto. Kamu sepertinya tersesat. Rumahmu dimana?"

"Rumahku di Osaka, Dimana aku sekarang?"

"Fukuoka. Jauh amat ya. Yaudah mulai hari ini kamu tinggal di rumahku saja. Aku kebetulan tinggal sendiri disini."

Apa?! Tapi, aku mau tolak sebenarnya. Nanti gaenak dibicarain orang... tapi Dia nawarin aku.

"Apa tidak apa apa?"

"Tidak apa apa kok."

"Terimakasih, Nozomi-san."

"Jangan panggil Nozomi-san. Panggil saja aku Nozomi."

"Terimakasih, Nozomi."

"Oke deh."

Aku dan Nozomi pun bergegas pulang menuruni gunung ini menuju rumahnya.

Ia tinggal sendiri disini, dia tidak bohong. Dia jujur.

"Aku pulang."

Eh?! Kenapa malah bilang "aku pulang." padahal tidak ada orang?

Haduh kok makin ngeri ya.

Aku pun masuk dan duduk di meja makan, entah kenapa sudah tersedia beberapa masakan seperti ayam bakar dan lainnya. Ada salad buah juga.

"Oh iya, Akihito. Aku boleh kan panggil kamu Akihito?"

"Boleh kok, Nozomi."

"Nozomi punya permintaan buat Akihito."

"Apa itu?"

"Ceritakan kenapa kamu bisa disini dan darimana kamu sebenarnya berasal."

Apa? Tapi.... Yang kuingat aku sedang tidur... Lalu juga aku bersama Tsukasa-senpai dan Yurika setelah meninggalnya Nana. Tapi kenapa aku malah terdampar disini? Apakah aku bermimpi lagi seperti waktu itu?

Aku pun menjelaskan yang sebenarnya kepada Nozomi.

"Aku adalah Kepala Laboratorium MANA. Aku dan Perdana Menteri Jepang serta adiknya sedang beristirahat di Laboratorium setelah melihat kota hancur luluh lantak oleh Pasukan Lucifer."

"Kamu sepertinya dari Masa Depan ya? Sekarang kamu berada di Masa Lalu. Sekarang tahun 2009. Aku tebak kamu datang dari tahun 2025, iya kan?" ujar Nozomi memastikan.

Aku pun mengangguk.

"Sementara kamu disini, kamu tinggal disini saja. Kamu ikut kelas disini saja. Masuk SMA Fukuoka."

Jadi aku disuruh sekolah lagi? Aduh ini mah ya ribet.

"Tapi..."

"Udah, ikutin aku ya."

Okelah. Nozomi sepertinya memang rada memaksa.

Aku dan Nozomi kembali ke meja makan. Aku memakan Ayam Bakar sementara Nozomi memilih Salad buah.

"Kamu lumayan lahap makannya ya?"

"Begitulah. Aku suka makan Ayam Bakar."

"Aku tidak bisa makan begitu malam hari. Aku sedang program diet."

"Iyalah orang cantik kayak kamu pasti jaga makanan banget."

"Apa?"

Nozomi terdiam, mukanya memerah.

"Tidak begitu. Dan ini baru laki-laki pertama yang gombal ke aku kayak gini."

Aku dan Nozomi melanjutkan makan malam. Ia pun bertanya banyak hal.

"Aki, sebenarnya umur kamu berapa?"

"27 tahun sebenarnya."

"Aku 18 tahun, Aku kelas 2 SMA."

"Jauh ya rentang umurnya."

"Aku akan bilang kamu 17 tahun ya?"

"Baiklah tidak apa apa. Cuman beda setahun doang."

"Setelah makan, aku antar ke kamar ya. Kamu istirahat agar besok bisa fit untuk sekolah."

"Terimakasih."

Aku pun akhirnya beristirahat bersama Nozomi. Nozomi sudah menyiapkan kamar untukku di bagian depan rumah. Sementara dia punya kamar sendiri di dekat dapur. Hari ini adalah Hari Minggu, 29 November 2009

---

Senin, 30 November 2009, Waktu Fukuoka

"Huaaaaaaah...."

Baru enak rasanya tidur dari tadi malam hingga hari ini. Aku bangun di jam setengah lima pagi. Nozomi sepertinya belum bangun. Berdasarkan pengalamanku bersama Kizuki, aku harus membuatkan sarapan. Karena aku yang menginap disini.

Aku bergerak dari kasurku, menghidupkan lampu kamar dan pergi mandi terlebih dahulu.

"Nozomi, ya?"

Pikiranku mulai membayang kemana-mana. Seperti apa ya tinggal serumah dengan orang asing lagi. Entah kenapa, aku terbayang saat aku tinggal dengan Mana-chan.

"Aki! Kamu sudah bangun?" tanya seseorang yang rupanya Nozomi.

Nozomi ternyata baru bangun. Mungkin dia terbangun oleh suara shower di kamar mandi. Kamar mandinya hanya satu.

"Aki, jika sudah selesai beritahu aku ya?"

"Baik, Nozomi."

---

"Haaah segarnya."

Selesai mandi, aku beritahu Nozomi. Aku pun kembali ke kamar. Ternyata, sudah disiapkan baju seragamku untuk hari ini. Heh?! Kok bisa?! Jadi dia dari tadi menyiapkan pakaianku?

"Aki, kamu pakai ya seragam ini, ikut ke sekolah bersamaku, Nanti aku kenalkan kamu dengan anak-anak di kelasku. Aku sudah bilang dengan Kepala Sekolah tadi malam via chat." ujar Nozomi.

"Terimakasih Nozomi."

Aku pun memakai pakaian seragamku. Sudah lama aku tidak sekolah lagi.

Seperti simulasi kehidupan baru ya, seperti dilahirkan baru. Tampaknya aku akan tertahan disini.

Setelah berpakaian, aku langsung bergegas ke dapur.

"Nozomi, untuk hari ini aku yang masak. Aku akan masakkan kamu Omelet."

"Kamu juga pintar memasak ya? Aku tidak sabar mencoba masakanmu."

Aku pun memecahkan telur ke dalam mangkok untuk diaduk sampai tercampur semua dengan bumbu seperti cabai, merica, dan wasabi.

Setelah itu, aku masukkan ke panci yang sudah berisi minyak yang masak. Tak lama menunggu, omelet siap dihidangkan.

"Aki, Kamu biasa makan pedas ya pagi-pagi?"

"Aku suka makanan pedas."

"Aku belum pernah makan sepedas ini!!!!!"

"M-Maaf.."

Nozomi kepedasan rupanya. Terlalu pedas sepertinya omelet yang kubuat. Aku harus cari penawarnya. Aku pergi ke kulkas untuk ambil sesuatu...

Keju.

Keju Krab.

"Nozomi, kamu makan satu slice dari Keju Krab ini."

Nozomi langsung mengambil satu slice dan memakannya.

"Huh... lumayan hilang rasa pedasnya. Kamu pakai apa?"

"Aku tadi goreng omelet pakai wasabi."

"Waduh.... Hahaha."

Nozomi tertawa. Walau pedas rasanya tapi dia tampak senang sekali.

"Aku suka masakanmu, selanjutnya aku yang masak ya. Aku akan masak masakan terenak yang kamu pun aku yakin belum pernah coba."

"Aku tunggu itu."

"Eh?! tapi kalau masak kita butuh uang."

"Oh iya juga ya, dimana tempat aku bisa bekerja sambilan?"

"Kamu mengajar bimbel saja."

"Bimbel? Loh aku kan gatau apa apa soal yang ada di SMA Fukuoka itu."

"Sudah, ikuti saja aku."

"Yes, ma'am."

---

Setelah lama bersiap, aku pun berjalan bersama Nozomi, ini kali pertama lagi aku mulai sekolah seperti anak SMA biasa. Seperti biasanya, orang-orang membicarakan kami berdua.

"Nozomi kok pergi sama cowok itu ya?"

"Siapa dia ya? Anak baru kah?"

Kami berdua berjalan walau banyak gosip terdengar. Sesampainya di sekolah, ia membawaku ke kelasnya 2-A

"Aki, ini kelas kita. Kamu akan duduk disini, disamping jendela. Aku sudah bilang ke kepala sekolah dan ketua kelas soal ini."

"Terimakasih, Nozomi."

Cuaca yang nampak cerah, mencerahkan wajah Nozomi dengan senyum yang teduh.

Bel sekolah masuk pun berbunyi, Nozomi kembali ke tempat duduknya. Ia duduk di paling depan sebelah kiri dekat jendela. Sementara aku duduk di belakangnya.

"Anak-anak, kita akan memperkenalkan siswa baru di sekolah ini. Akihito-kun silahkan maju kedepan."

Aku maju ke depan. Gemetar. Aku sudah lama tidak seperti ini, tapi ya sudahlah.

"Namaku Akihito Hashimoto dari Osaka. Salam kenal semuanya, mohon bantuannya."

Lalu, aku kembali duduk. Wajar tidak ada respon karena mereka belum mengenalku. Dan aku adalah laki-laki disini.

---

Pelajaran Matematika telah selesai, pusing aku mikirin matematika lagi setelah sekian lama. Padahal aku saat ini sebenarnya merumuskan penelitian dengan konsep matematika rumit, tapi tetap saja ketika diujikan yang dasar, aku sulit.

"Kamu pintar juga, Aki. Aku mau bertemu ketua kelas di pelataran sekolah. Kamu ikut ya, aku akan perkenalkan kamu dengan ketua kelas."

Aku mengangguk.

Tanpa tunggu waktu lama, ia berhenti menemui seseorang,

"Arina, ini adalah teman satu rumahku saat ini. Mohon bantu dia jika dia butuh bantuan ya. Akihito-kun, ini Arina. Kamu panggil dia Arina-chan, dia adalah ketua kelas kita saat ini." ujar Nozomi memperkenalkan aku pada Arina.

"Selamat pagi, Hashimoto-san. Aku Arina. Aku dan Nozomi sudah berteman cukup lama, kami juga keluarga jauh, punya klan yang sama. Aku pikir hanya kami berempat saja yang punya klan sama. Tapi kamu juga."

"Siapa lagi dua orang itu?"

"Meiko dan Akiko."

Meiko dan Akiko? Berarti aku terdampar di dimensi lain setelah ditabrak itu. Aku beruntung masih hidup.

"Jadi mereka semua satu kelas dengan kita?"

"Meiko dan Akiko di kelas 2-B. Aku dan Nozomi di kelas 2-A."

"Beda kelas rupanya."

"Makan siang nanti kita sama-sama ya." ujar Nozomi

"Aku menyusul saja, ada beberapa hal yang harus aku pastikan dulu." jawab Arina.

"Aku tunggu di kantin ya."

Arina pun mengangguk.

"Aki, jam istirahat makan siang masih lama, ayo kita kembali ke kelas ya."

Aku pun mengangguk lagi. Kemanapun Nozomi pergi (kecuali ke Toilet) sepertinya aku HARUS mengikutinya.

Sesampainya dia di kelas, dia tampak mengobrol dengan beberapa teman kelasnya.

"Akihito-kun itu pacarmu ya?"

"Ah... Bukan kok. Dia temanku saja. Kita pergi bersama begitu."

"Wah tapi dia tampak cocok denganmu."

"Apaan sih kalian, hahaha."

Mereka tertawa membicarakanku padahal aku ada di depan mereka.

Mungkin agar lebih terulik. Memang lucu sekolah ini.

Sementara itu aku lihat di sebelah kananku, Arina sedang sendiri, menerawang sesuatu.

"Arina-chan."

"Hashimoto.. Eh? Akihito-kun."

"Kamu menerawang apa?"

"Ini lukisan harusnya jadi 3 Dimensi ketika disinari matahari, tapi kok tidak kelihatan ya."

"Sudutnya harus sesuai. Coba kamu putar balik."

"Oh iya, terimakasih Akihito-kun, sudah kelihatan."

Aku pun kembali ke tempat dudukku.

---

Jam makan siang, aku pun bergegas membereskan buku bukuku.

"Akihito-kun, ayo kita makan, Arina bersedia ikut kita makan bersama."

"Akihito-kun, ayo."

Aku keluar bersama mereka berdua.

"Akihito-kun, apakah kamu dari masa depan?"

"Eh?! Nozomi, jangan kau..."

"Tenang saja, rahasiamu akan kita tutup erat-erat. Biarkan Arina tahu agar dia mudah mengkondisikan kelas."

"Akihito-kun, inilah sekolah kita, maaf aku belum sempat mengajakmu tur. Aku dan Arina akan membawamu keliling sekolah setelah kita ke kantin. Kamu ikut ya."

Aku pun mengangguk lagi.

"Disini ada banyak ekstrakurikuler, Akihito-kun adalah orang yang pintar. Aku yakin kamu bisa masuk klub penelitian ilmiah. Aku cuman ikut klub musik bersama Arina."

"Akihito-kun, kamu kan dari masa depan. Kamu tidak apa apa ikut kami bersekolah."

"Sebenarnya aku juga tidak enak, tapi karena...."

Nozomi menatapku seolah bilang

"Awas ya, kalau kamu bilang."

"Enggak. Aku gapapa kalau harus bersekolah lagi, lagian umurku juga masih 17 tahun."

"Kamu seumuran denganku."

"Oh iya, Arina juga beda setahun denganku."

"Kantin ada di lantai atas, ayo kita naik!" ujar Arina.

Aku dan Arina beserta Nozomi naik ke lantai atas. Kita menuju kantin sekolah yang mana kita bisa ambil makanannya sendiri. Prasmanan lebih tepatnya.

Arina tiba-tiba memisahkan diri dari kami.

Nozomi tampak khawatir melihat kepergian Arina.

"Ada apa Nozomi? Biasakah dia seperti itu?"

"Tidak seperti biasanya. Sejak dari tadi dia itu tidak ingin kesini. Aku berusaha membujuknya. Lalu pada akhirnya kami bisa ajak kamu kesini."

"Sebentar, aku takutnya jadi mengganggu hubungan pertemanan kalian."

"Tidak, tidak ada hubungannya ini. Arina pasti mengerti bahwa suatu saat aku akan bertemu dengan salah satu cowok disini dan akan berhubungan."

"Memangnya Arina suka sama kamu?"

"Benar."

"Aku... Aku menyukai Nozomi-chan sejak lama tapi entah kenapa semakin Nozomi-chan dekat dengan Akihito-kun, perasaanku berubah, aku jadi malah ingin mengejar Akihito-kun. Kenapa denganku?" ujar Arina dalam hati.

"Arina!" seruku.

Arina diam saja.

"Memang ini anak sangat introspektif sekali." ujarku.

"Tapi dia tidak biasanya begini, semoga saja bukan masalah yang berat."

Arina pun kembali ke tempat duduknya, aku dan mereka berdua menyantap makan siang di Kantin.

---

Bel sekolah berbunyi, sekolah tiba-tiba diliburkan karena ada rapat komite. Maka kami bertiga bergegas untuk pulang,

"Nozomi, aku pulang duluan ya."

Arina rumahnya tidak jauh dari sekolah ini. Dia sepertinya ingin pulang sendiri.

"Biasanya dia ku antar pulang tapi hari ini sepertinya dia ingin sendiri." ujar Nozomi.

"Komunikasi via Chat masih bisakah?" tanyaku.

"Tetap kok. Tetap bisa."

"Sampai jumpa Arina."

"Sampai jumpa lagi, Akihito-kun."

Kami berdua meninggalkan sekolah dengan berjalan bersama-sama.

"Bagaimana hari pertama Sekolahmu, Aki?"

"Sepertinya menyenangkan."

"Semoga bisa kembali membuatmu ingat momen-momenmu."

"Aku juga berharap begitu."

"Akihito-kun."

"Tunggu, kamu panggil aku apa? Aki-kun atau Akihito-kun? Pilih salah satu."

"Aku mau lebih dekat denganmu, aku akan panggil Aki."

"Tanpa -kun?"

"Benar. Aki. Tapi didepan orang aku panggil kamu Akihito-kun."

"Baiklah, kurasa tidak ada pilihan lain lagi."

Tanpa terasa kami sudah sampai rumah.

"Aku pulang."

Ia tertegun melihat ada tulisan yang tertempel diatas pintunya.

"Selamat Ulang Tahun untuk Nozomi. Darimana kamu tahu?"

"Aku lihat kalender, kamu membulatkan bagian tanggal 30 sebagai tanggal ulang tahunmu."

"Tapi kenapa kamu? Persiapannya darimana? Kan kamu baru datang tadi malam."

"Ketika kamu mengganti pakaianmu, aku menempel tulisan selamat ulang tahun di atas, harusnya kamu lihat tadi pagi, tapi karena kamu buru-buru jadi yasudah kamu tidak tahu." jelasku.

"Aki, Aku mencintaimu."

"Apa?"

"Ah, tidak!"

"Aku pikir apa."

Nozomi tersenyum sambil menundukkan kepalanya, seperti malu. Tapi aku memang mendengar sesuatu darinya. Entahlah.

---

Setelah beberapa jam membereskan kamar masing-masing, mempersiapkan tugas buat besok, Nozomi berujar kepadaku.

"Aki, aku boleh masuk?" tanya Nozomi.

"Masuk saja."

Nozomi pun masuk ke kamarku dan mengatakan.

"Aki, boleh kamu masuk ke kamarku? aku akan kasih tahu kamu sesuatu."

Masuk ke kamar Nozomi, tapi?

"Apa tidak apa-apa?"

"Kamu bahkan boleh tidur disini loh."

Sial. Kamu sukses bikin otakku berfikir tidak waras.

Nozomi mengambil foto yang terpampang di meja belajarnya. Kamar Nozomi tidak seperti anak perempuan pada umumnya yang didominasi warna pink, kamarnya di dominasi warna biru dan abu-abu. Kamarnya cukup rapi dengan penataan buku-buku dan lampu belajar yang baik. Terlihat lapang untuk kamar buat satu orang.

"Ini foto diambil tidak sengaja, karena lucu jadi aku putuskan untuk mencetaknya dan memberikannya bingkai."

Nozomi senyum menghadap kamera sementara Arina dengan muka 'facepalm' khasnya.

Nozomi dan Arina seperti sahabat yang tahu satu sama lain. Eh? memang iya mereka kan sudah mengenal satu sama lain lebih lama dari aku yang cuman satu hari disini.

"Jadi, sebelum bertemu denganku kalian sering pulang bersama?"

"Terkadang Arina datang ke kosanku. Cuman buat bertanya soal yang sulit di beberapa PR yang diberikan guru." ungkap Nozomi.

"Oh begitu."

Nozomi duduk disampingku, kami duduk di kasur yang sama.

"Aki, aku akan ceritakan dongeng sedih yang mungkin kamu belum pernah dengar. Dahulu, ada seorang anak perempuan yang selalu ditinggalkan teman-temannya karena tidak bisa apa-apa."

"Apakah itu kamu?"

"Benar. tapi tetap saja aku tidak ingin mengakui bahwa itu kenyataan. Sangat sulit."

"Aku prihatin."

"Kamu pernah dibully dulunya?"

"Pernah."

"Aku selama ini berusaha menjadi lebih baik dengan mencari apa yang aku bisa, tapi ternyata, aku tetap payah."

"Padahal aku lihat banyak trofimu di kamar, kenapa masih bilang dirimu payah?"

"Aku itu payah, Aki."

"Kamu itu sudah sukses, kamu punya bakat."

"Aku tidak punya apa-apa, Aki. Aku tidak punya cowok yang mau sama aku."

Terlihat melankoli dan kesedihan mendalam dari wajah Nozomi. Aku tidak tega melihatnya seperti itu.

"Aki, aku butuh pendamping."

"Kenapa?"

"Aku tidak mau sendirian lagi."

"Tapi kan kamu sudah punya Arina."

"Aku butuh laki-laki."

Aku pun diam, ini baru hari pertama tapi dia sudah mencoba menyatakan perasaannya padaku. Wah ini seperti keajaiban.

"Nozomi."

"Iya?"

Aku memeluk Nozomi.

"Nozomi, jika ada apapun yang mengganggu pikiranmu, kamu bisa cerita kepadaku ya."

Nozomi terdiam kaget.

"Aku mencintaimu, Akihito. Sejak pertama bertemu hingga sekarang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu dari sisiku. Aku ingin selalu bersamamu."

"Nozomi, Aku janji akan mendampingimu hingga batas akhir hidupku. Maukah kamu jadi partnerku? pasanganku?"

Nozomi lebih kaget setelah aku berbicara seperti itu.

"Aku mencintaimu, Akihito-kun! Tentu saja!"

Tidak ada waktu yang bisa kembali, dan aku memutuskan untuk mencoba move on dari semua yang terjadi dan menikmati hidup disini.

Mungkin aku juga sudah mati makanya aku berada disini.

"Nozomi."

"Akihito."

Momen ini menjadi momen pertamaku disini bersamanya. Aku tahu ini adalah momen yang hanya bisa kurasakan sekali. Tapi aku bahagia.

"Nozomi, ayo kita siapkan makan, sekarang sudah jam setengah enam sore."

"Iya, Akihito-kun!"

Dan inilah awal perjalananku, bersama Nozomi.

TO BE CONTINUED