Chereads / Hourglass // Dreamer / Chapter 8 - Kurva 6 - Absolute Adjustment

Chapter 8 - Kurva 6 - Absolute Adjustment

Kubuka mataku perlahan, kulihat mata merah.

Siapakah itu?

Aku mencoba melihat lebih jelas.

Mizuki?!

Ia menggumam "Hmm.."

"Baiklah, siapa... Aki..." tanya Mizuki.

Mizuki menyadari sesuatu.

"Akihito-kun..."

Aku terdiam sejenak. Menatap matanya yang tajam menatapku. Aku yakin Mizuki masih curiga padaku. Jelas, aku bukan dari dimensi yang sama dengannya.

Ia mengotak atik gadgetnya lalu mencari informasi dari wajahku. Ternyata...

"Akihito-kun? Ini tidak mungkin." ujar Mizuki.

"Ini benar aku, Mizuki." ungkapku.

"Kamu sudah mati karena kecelakaan dan semua protokol Absolute Adjustment yang kita bawa sudah terbakar bersama mobil itu juga. Bagaimana caranya kamu bisa hidup lagi?"

"Yang penting sekarang aku hidup lagi. Aku sudah bawa Protokol Wide Awakening dan Digital-Vault. Ceritakan padaku apa yang terjadi sebenarnya."

"Kenapa kau bersikeras ingin mewujudkan proyek jahat itu?" tanya Mizuki.

"Karena dia membuat mati kan? Sayangnya aku sudah menemukan penawarnya sehingga Wide Awakening tidak dapat membuat mati orang."

"Tapi untungnya apa membuat Wide Awakening, apa bisa menyadarkan semua manusia?!"

Mizuki marah.

"Wide Awakening punyaku berbeda dengan konsep Wide Awakening yang dibuat Yuuta dan juga Illuminati, WAVE itu lebih mendidik dan menyelamatkan." jelasku.

"Maksudmu? WAVE itu membuat banyak orang mati, terlena dengan dunia paralelnya sehingga tidak fokus mengatasi permasalahan yang ada di dunia nyata. WAVE seringkali menjadi tempat pelarian orang yang putus asa dan aku sangat menolak hal yang sia-sia seperti itu." ujar Mizuki tegas dengan raut wajah yang mengkerut.

"Sebentar maksudmu?"

"Iya, WAVE itu membuat orang terlena di dunia paralel."

"Tunggu, Bukannya itu hanya sebuah alat untuk mempertajam indera?"

"Benar tapi efek kronisnya adalah mereka pengguna Wide Awakening akan terperangkap dalam dunia paralelnya sendiri."

Aku pun terdiam.

Aku rasa aku sudah sampai ke titik inti pembicaraan.

"Aku ingin mengambil Absolute Adjustment darimu."

"Untuk?"

"Menyempurnakan sistem."

"Kenapa?"

"Karena aku yakin WAVE adalah satu-satunya solusi dari semua permasalahan kita. WAVE harus disatukan dengan Absolute Adjustment yang Anti-WAVE."

Aku memberikan prototype WAVE untuk ditunjukkan kepada Mizuki.

"Ini prototype WAVE?" tanya Mizuki.

"Betul."

"Memang ada yang kurang, kamu belum ada pembenahan sistemnya. Yang ku baca dari prototypemu adalah Kamu ingin menyadarkan masyarakat dari beberapa tahap kan?" tanya Mizuki.

"Betul. Pertama melalui gelombang elektromagnetik seperti proses Wide Awakening yang kamu juga tahu. Lalu, pembenahan sistem yang juga mengikuti kaidah kaidah hukum universal alias hukum Tuhan. Manusia yang terpapar Wide Awakening lewat Metode ini akan lebih peka terhadap lingkungan sehingga kriminalitas akan turun, pemuja setan akan berkurang dan Dunia akan jadi lebih teratur sesuai hukum Tuhan." jelasku.

"Aku sangat mempercayai Tuhan. Keterangan dari David juga aku percayai. Keterangan itu menuntunku membuat ketentuan Absolute Adjustment. Seperti yang kau ketahui, Absolute Adjustment adalah metode penerapan aspek aspek hukum universal dalam segala aspek kehidupan secara mutlak. Kau sangat setuju itu kan?" tanya Mizuki kembali.

Mizuki memberikan buku David tentang Advanced Modesty of Humanity.

"Itulah fondasi yang terlupakan oleh WAVE. Makanya aku awalnya tidak setuju dengan WAVE ini. Namun karena kau meyakinkanku apa baiknya kita berdamai saja?" usul Mizuki.

"Selalu ada jalan tengah bagi yang mau membuka pikirannya lebar lebar." ujarku sambil tersenyum.

"Kondisi duniaku sedang kacau, aku juga ingin tahu bagaimana kondisi dunia paralel disini." ungkapku.

"Akihito-kun, Dunia ini sekarang sedang aman tapi hal yang ku takutkan pasti akan terjadi." ungkap Mizuki dengan mata menatap turun ke bawah.

"Maksudmu?"

Tiba-tiba ledakan muncul dari luar gedung ini.

"Menyerahlah Mizuki Kajiura!"

Terdengar suara seperti seorang Jenderal.

"Jenderal Moriyama! Ayo kita lari dari sini Akihito-kun."

Aku dan Mizuki berupaya lari menuju tempat evakuasi di lantai paling atas gedung.

Sesampainya kami diatas gedung, Jenderal Moriyama dan seorang gadis berambut pendek warna hitam sudah menunggu kami berdua.

"Kajiura-san dan Akihito-kun? Bukannya kau sudah mati?"

"Aku sudah pastikan kematiannya Ayah."

"Seharusnya kau Akihiko, pastikan dengan baik kematian goyim laknat ini!"

"Maafkan aku ayah."

Akihiko dan Jenderal Moriyama. Mereka berdua...

"Mereka adalah antek-anteknya Illuminati. Jenderal Moriyama adalah The Beast. Disampingnya adalah Animus Lucifer, Akihiko."

"Tidak mungkin."

"Menyerahlah dan berikan protokol Absolute Adjustment itu! Itu adalah protokol terlarang, David sudah dibunuh karena telah menyelesaikan buku pemberontakan itu!" seru Jenderal Moriyama

"Aku tidak akan pernah memberikannya kepadamu!"

DOR!

Mizuki!!!

"Aku.... ti...dak... akan..."

Mizuki masih berusaha berdiri, belum aku melangkah, DOR!

"Mi...zu...ki..."

"Menyerahlah kalian sebelum dilaknat oleh Lucifer!" seru Akihiko.

"Tinggalkan mereka, kita bumihanguskan kota ini!" seru Jenderal Moriyama.

DOR! DOR!

"Tidak akan kami biarkan Mind Speak hancur karena kalian!"

Dua orang gadis?

Siapa mereka?

"Mizuki-senpai? Elu ga kenapa napa kan?" ujar cewek berambut twintail pirang itu.

"Akihito-kun, senang akhirnya kamu bisa kembali lagi. Ayo kita berlindung di tempat yang aman sambil menyembuhkan luka kalian berdua."

Aku dan Mizuki hanya diam dibawa mereka melalui helikopter. Mereka membawa kami berdua ke Markas Japanese Liberation Unit.

---

Sesampainya di markas, aku segera dibaringkan bersama Mizuki

"Benar-benar seperti di mimpi cuman ada perubahannya sedikit. Aku melihat di mimpiku kota akan hancur, Labku akan hancur dan semuanya akan hancur dikarenakan aku memberontak terhadap kekuasaan pemerintah yang tentu didukung Illuminati. Aku benci sistemnya. Aku ingin mereformasi sistem namun sebagai gantinya aku harus menghadapi resiko yang berat yaitu kehilangan apapun yang dekat. Itu bisa terjadi kapanpun, dan juga dapat terjadi padamu juga Akihito-kun yang sekarang sedang berjuang menghadapi Illuminati." pungkas Mizuki.

"Maafkan aku... Aku ingin jadi orang biasa dengan kehidupan biasa," ujarku.

Mizuki menatap lesu menyandarkan kepala pada kaca jendela ruang rawat.

"Aku tahu tapi aku tidak bisa lari dari masalah. Aku harus hadapi. Kamu kecewa setelah tahu apa yang terjadi?" ujarku singkat.

"Aku kecewa pada mereka berdua. Bukan padamu Akihito-kun."

"Mizuki..."

"Ambillah proposal Absolute Adjustment ini dan kembalilah ke dunia nyata."

"Aku akan temani kamu, karena kamu adalah... Istriku."

"Kamu akhirnya ingat ya?"

"Akhirnya aku ingat kamu adalah Istri Masa Depanku."

"Aku masih teringat ketika Yui bertanya kepadaku apakah aku mencintaimu. Dia bilang bahwa Pernikahan itu bukan soal bagaimana kamu bersama dalam satu bulan, tapi kamu juga akan bersama sampai akhir hayat, jangan sampai kamu ragu memilih karena dia pasangan hidupmu, Kamu yang memilih, Jangan menyesal atas apa yang bakal terjadi kedepannya. Sungguh sebenernya aku menyesal bertemu denganmu, karena aku kecewa melihat akhir hidupku seperti ini, tapi kata-kata ini selalu menguatkanku. Kita tanggung apa yang sudah kita tuai." Pungkas Mizuki.

"Betul, Akihito-kun yang ada disini maupun yang ada didepanku saat ini punya personal value atau nilai-nilai diri yang sama. Hanya saja bedanya aku akui, Akihito-kun yang didepanku jauh lebih kuat kelihatannya daripada yang disini." ungkap Mizuki.

Kami tersenyum satu sama lain.

"Aku juga berfikir yang sama, aku juga ingin hidup menjadi Manusia normal. Tidak terlibat dengan urusan beginian lagi. Capek dari dulu aku juga ingin mundur dari program Mind Speak."

"Solusinya cuman satu."

Yui?

Yui adalah gadis pirang twintail yang tadi menyelamatkan Mizuki. Ia mengambil novel Dogmatic Chaos.

Ia merobeknya.

"Yuzuno, Kita bakar buku Dogmatic Chaos ini agar pergerakan kita tidak diketahui." Seru Yui.

"Tapi ini kan catatannya Mizuki..." seru Yuzuno.

"Bakar saja." Ujar Mizuki.

"Mizuki..."

"Aku sudah tidak memerlukan catatanku itu lagi. Lagipula aku punya kendali bom untuk menghancurkan kota ini."

"Apa?! Kau akan hancurkan kota ini?"

"JLU aman kok. Hanya kota dan thagut yang hancur."

Kizuki pun memencet tombol.

Seketika seluruh bangunan kota yang sudah hancur lebur meledak kembali....

"Akhirnya pertarungan pun selesai."

"Mizuki.."

"Aku telah mengubah outcomenya, aku tidak akan pernah melihatmu sedih lagi selamanya. Dan Hidup kita tidak akan dihantui lagi oleh illuminati itu."

Aku pun terdiam.

"Stay with me. I'll change your destiny to world."

"Mizuki...."

"Tugasku adalah menjagamu hingga akhir hayatku, karena kamu adalah pasangan hidupku, sebulan setelah kamu kecelakaan itu aku benar-benar sendiri dan ternyata kamu berhasil kembali hidup-hidup, terimakasih tetap memegang janji..."

"Sayang, masih ingat waktu itu pas ayahku tidak bisa menerima lamaranmu?"

Entah kenapa terlintas di memoriku.

-Flashback On-

Yui dan Yukino kaget mendengar suara tangisanku yang cukup kencang. Pintu tidak dikunci, mereka langsung menyelinap masuk

"Aki... Kamu kenapa?" tanya Yukino.

"Elu kenapa sedih banget?" ungkap Yui prihatin.

Aku benar-benar sedih saat itu, betapa tidak seperti aku tidak dapat merelakan Mizuki pergi.

"Gua minta maaf, Mizuki... Gua sayang elu, please..." ujarmu.

-Flashback End-

"Aku jadi teringat saat itu juga.

-Flashback Mizuki On"

"Mizuki, bisa elu ketemu gua sekarang?" tanya Yukino.

"Kebetulan gua di Kyoto sedang berjalan-jalan. Hari ini libur. Ada apa? Mau ngajak makan ya?" tanyaku.

"Yaudah ayo ke kampus gua, gua mau ngobrol, gua ga terlalu bisa kemana-mana karena gua ada kelas hari ini. Gua free jam 12 siang. Makan siang kita ketemuan ya." usul Yukino.

"Elu gaboleh sama sekali ajak Yui!" seruku.

"Lah kok elu gitu?" tanya Yukino.

"Awas aja."

"Oke."

"Salam."

"Salam."

Telepon ku matikan.

Beberapa jam kemudian, ya benar. Kami bertemu tapi bukan di kantin, tapi di tangga kampus.

Yukino tanpa basa-basi memberitahuku tentang semua ini.

"Akihito-kun terpukul. Sepertinya ada sesuatu antara elu dengan dia. Gua aja gaboleh buka emailnya. Kenapa elu?" tanya Yukino serius.

"Oh, gapapa. Yuk kita makan. Gua laper nih." jawabku mengalihkan pembicaraan.

Yukino memegang tanganku. Menghentikan langkahku.

"Kenapa elu lari? Ada apa? Elu gamau cerita?" tanya Yukino.

"Gua gaakan mau bahas itu lagi, Yukino." jawabku sederhana.

Aku pergi meninggalkan Yukino sendiri menuju kantin, Yukino terdiam melihat tingkahku. Ya, dibanding bermasalah akhirnya jadi lebih baik aku diam. Makan? Tetap jadi makan dan kami membahas hal yang lain terutama mengenai Mind Speak. Aku ada rencana untuk mengundurkan diri dari Mind Speak karena aku tidak ingin bertemu kamu lagi sayang. Aku ingin menjauhkan diri darimu sampai kamu menikahiku.

Beberapa jam setelah itu, aku menuju tepi sungai. Ya, aku janjian dengan Yui untuk membicarakan rencanaku ini. Aku ingin mengundurkan diri dari Mind Speak. Aku tidak mau dekat denganmu lagi.

"Hei, Yui. Gua minta maaf nih sebelumnya, tapi gua ada rencana buat mundur dari program." ungkapku.

"Heh?! Apa elu gila?! Elu kalo punya usul mikir dong! Elu itu lead host disini, masa' cuma masalah Akihito-kun aja elu pergi?" ujar Yui sinis.

Ampuni aku, Tuhan.

Kesabaranku sudah habis.

"Goblok! Gua gamau denger lagi kata-kata elu terkait Akihito-kun! Gua muak!" seruku.

Maafkan aku, Yui...

Aku tidak tahan lagi, perasaanku campur aduk dan kalau aku ceritakan kalian juga tidak akan pernah paham.

"Elu jangan egois, Mizuki! Elu ngorbanin mimpi elu cuma karena dia?! Elu yang goblok dan gatau diri! Elu harus dengerin gua, Mizuki!" seru Yui.

Aku lari meninggalkannya, aku lari menuju kantor. Cukup, Yui. Sudah cukup.

Tak lama, aku pun sampai di kantor... Aku membuka jaketku. Nona Norioka paham aku sedang capek.

"Sepertinya kamu habis dikejar-kejar, aku siapkan minum dulu." ujar Nona Norioka, manajerku.

Ia pun memberikan segelas air putih kepadaku.

"Terimakasih. Nona. Hidupku dari awal bergabung dengan manajemen Mind Speak ini sangat jauh berbeda dibanding dulu."

"Tidak usah sungkan. Saya mendirikan Mind Speak memang buat wadah remaja berkarya dalam batas-batas absolut. Saya paham permasalahanmu. Kamu sedang ada masalah dengan Akihito-kun?" tanya Nona.

"Tidak apa-apa. Aku buru-buru pulang ya, nona. Maaf merepotkan, soalnya sudah sore. Takut ditanya orang tua." ujarku sambil bergegas membawa tas menuju ke pintu.

"Sebentar!"

Langkahku terhenti.

"Soal Akihito-kun, ia mengajukan proposal Mind Speak khusus laki-laki. Dia mengajukan itu agar tidak terjadi apa-apa antara kamu dan dia. Aku sudah setujui dan mulai saat ini, kamu akan naik menjadi Content Manager Mind Speak. Akihito-kun tetap content manager Mind Speak tapi khusus untuk yang laki-laki. Kamu handle yang perempuan." pungkas Nona Norioka.

Fair enough.

Kamu mampu berpikir jernih mengenai hal ini, berarti pertemuan kita bisa sedikit lebih jarang. Aku bisa menyembuhkan diriku untuk beberapa lama sampai orang tuaku menyetujui aku menikahimu

"Terimakasih atas kebijaksanaannya. Aku pamit." ujarku sederhana.

Hatiku sudah merasa sedikit lebih lega. Sejujurnya ini yang aku inginkan, kamu begitu mengerti aku. Ya, memang aku tidak bisa membencimu. Namun, aku harus bersikap biasa agar tidak terbawa perasaan seperti dulu.

Tak lama berjalan keluar dari kantor, ternyata Yui menungguku.

Mau tidak mau aku harus menginap di apartemen Yui.

Tidak apa-apa lah.

"Mizuki, gua minta maaf. Elu kemalaman, gaada kereta buat balik lagi. Besok juga masih libur kan? Elu menginap tempat gua aja. Balas gua buat konflik tadi sore. Gua bener-bener minta maaf. Gua sayang elu, Mizuki." ujar Yui sedikit menurunkan volume suaranya dan tertunduk.

"Udah gapapa, elu siapin gua makan aja ntar." jawabku tersenyum.

Tak lama, aku pun sampai di apartemen Yui. Yui duduk di kursi sementara aku berdiri melihat sekeliling kamarnya Yui. Tiba-tiba, Yui memecah keheningan.

"Gua ga nyangka karena kesalahan gua jadi begini. Gua yang ngomporin kalian berdua, akhirnya kalian berpisah karena sakit hati." ujar Yui.

"Udah gapapa. Gua makasih banget sama elu. Setidaknya gua tau Aki-kun gimana dan gua tau cara mencintainya dengan lebih baik." ujarku.

Yui menatapku serius.

"Kenapa bisa gua paham elu? Karena gua pernah seperti elu. Gua punya calon yang gajadi nikah sama gua dan itu rasanya sakit." ujar Yui.

Aku terdiam. Aneh juga. Dia belum pernah terbuka ini sama aku.

Tiba-tiba...

Sepertinya suasana mulai tegang.

Aku diam. Yui diam.

"Gua kasian sama elu, elu ngalamin apa yang gua alamin. Gua ngerasa semuanya kejam dan gua ngerasa sendiri. Elu ngerasa gitu dan gua benar-benar ga tahan! Gua minta maaf, Mizuki!" seru Yui.

Matanya sembab, suaranya keras tak tertahankan, ia berusaha menahan tangis tapi seperti sungai... tak bisa tertahankan.

Aku benar-benar terkejut. Aku tidak pernah tahu.

Maafkan aku, Yui.

Besoknya, aku diajak pergi ke kampusnya Yui. Ya, aku berkeliling dan menemukan lantai atas. Haha. Aku memintanya datang kesini. Ya siapa yang paling cepat, dia boleh meminta sesuatu apapun. Pertemanan aku dan Yui memang seindah itu.

Yui seharusnya adik kelasku, taoi karena dia mengikuti kelas akselerasi maka dia jatuhnya seangkatan denganku. Terkadang sifatnya seperti anak kecil. Ga sabaran, kadang suka marah sendiri. Tapi, jujur aku menyukainya.

"Maafin gua, Mizuki. Gua telat."

"Hahaha. Gua menang nih. Gua boleh minta sesuatu kan?" tanyaku.

"Elu boleh minta apapun, Mizuki-chan..." ujarnya.

Dia memanggilku dengan chan lagi haha.

"Gua ingin tetap mencintai Akihito-kun dan tetap mengusahakan pernikahan gua dengannya walau gua tahu guapunya batasan masing masing. Elu bersedia bantu gua?" tanyaku sambil memegang buku AMH.

Yui merekah. "Dengan senang hati, gua bersyukur elu udah baikan." ujar Yui.

Yui orangnya tulus. Aku sangat suka senyumnya yang menyejukkan hatiku. Ya, dia sahabatku yang paling kusayang. Kita sering bersama dalam berbagai event dan kepanitiaan selama SMA. Bahkan, dia mengajakku pertama kali untuk bergabung dengan Mind Speak.

Aku mengajaknya turun, aku akan berjalan jalan sebelumbwaktu liburku habis yaitu 2 hari lagi.

Ia tiba-tiba memegang tanganku, aku menatapnya serius.

"Elu gaboleh nyerah ya. Buat Akikun bangga sama elu. Gua yakin elu akan banggain Akikun. Elu sangat gua kagumi. Gua sayang elu, Mizuki." ungkap Yui.

Seketika hatiku lega.

"Gua janji." ujarku sederhana.

Aku meninggalkannya turun ke tangga bawah dan berpisah di persimpangan tangga.

---

-Flashback Mizuki Off-

"Aku berterimakasih kepadamu, yang sudah menemaniku hingga saat ini, aku sudah hidup sangat bahagia sampai detik ini."

"Mizuki..."

Detak Jantungnya menurun.

Tidak...

"Mizuki!"

"Terimakasih sudah bersamaku, Aku sayang kamu."

Nafasnya mulai kecil, hingga tak terdengar lagi...

Bibirnya tersimpul menandakan akhir yang bahagia.

"Mizuki!!!!"

Tapi tidak kepadaku, aku kehilangan Mizuki.

Kehilangan seseorang yang berharga bagiku...

Yui dan Yukino mencoba menenangkanku, aku tak terkendali lagi...

Mataku mulai menurun penglihatanku, semuanya jadi menghitam, lalu aku seperti berada di dimensi kosong berwarna putih.

Di ujung dimensi tersebut ada pintu, Kizuki dan Mizuki ada di masing-masing sisi pintu tersebut.

"Akihito-kun..." ujar mereka berdua.

Aku pun berjalan menuju pintu yang sudah dibuka itu.

"Selamat tinggal!" seru mereka.

"Kizuki, Mizuki, Terimakasih sudah membantuku."

Mereka pun menghilang dengan aura warna biru dan kuning.

Hanya aku sendiri, aku pun memasuki portal yang ada di dalam pintu tersebut.

Terimakasih kalian berdua, aku sudah berhasil menerima masa lalu dan masa depanku.

Sekarang aku akan kembali ke dunia nyata.

TO BE CONTINUED